49

5.6K 255 6
                                    

"Abang bahagia melihat mereka?" tanya Monica mendekat ke arah Anton yang berada di Balkon.

"Tentu, setidaknya saat aku pergi aku sudah tenang Nic karena ada yang mencintainya dan melindunginya," jawab Anton yang masih senantiasa memang keluar.

Anton sedari tadi melihat interaksi dari Marvel dan Stevani. Tempat parkir mobil memang bisa dilihat dari lantai atas.

"Abang jangan bilang gitu. Kita bahkan baru beberapa bulan berkumpul kembali," ucap Monica dengan meneteskan air matanya.

"Abang sudah pasrah dengan kondisi Abang Nic. Lumpuh dan menderita kanker otak membuat Abang tidak berharap untuk hidup lama," balas Anton dengan nada pasrah.

"Abang bisa sembuh, kita minta bantuan Marvel saja. Pasti Dia akan membantu penyembuhan Abang." Monica masih mencoba membujuk Anton untuk berobat.

"Tidak perlu repot, Lani sudah menungguku."

Anton dengan menyunggingkan senyum ihklas. Monica tidak bisa berbuat apa-apa menyangkut Mbak Iparnya itu. Anton sempat divonis menderita depresi ringan setelah kematian Lani.

❤❤❤

"Sudah dihubungi Brandon?" tanya Marvel memecah keheningan.

Stevani menoleh. "Sudah, Dia ada di Bar nanti siang," jawabnya lalu kembali beralih menatap keluar jendela.

Marvel menoleh sebentar lalu fokus kembali pada jalanan.

"Lalu sekarang mau kemana?" tanya Marvel.

"Apa aku boleh ke kantormu sebentar?" tanya Stevani menoleh pada Marvel.

Marvel menoleh ke samping, kebetulan sekarang lampu merah.

"Tentu boleh, aku sangat senang," jawab Marvel tersenyum.

Stevani hanya senyum sekadarnya.

Setelah beberapa menit mereka telah tiba di Shine Corporation. Marvel keluar dari mobil terlebih dahulu. Ia mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Stevani.

"Terima kasih," ucap Stevani saat sudah keluar.

Marvel tersenyum lalu meraih tangan Stevani untuk digenggamnya. Mereka melangkah beriringan kedalam kantor.

Bisik-bisik para karyawan saat mereka memasuki loby perusaah hingga Marvel dan Stevani masuk dalam lift khusus.

Stevani mendengus kesal didalam lift.

"Kenapa mereka masih saja suka gosip sih."

Marvel mengelus punggung istrinya.

"Sudahlah biarkan saja. Mereka hanya iri saja."

Stevani menganggguk. Pintu lift terbuka, Marvel meraih tangan Stevani dan menggenggamnya kembali setelah sempat terlepas tadi.

Angga tersenyum saat melihat Marvel dan Stevani berjalan menuju arahnya.

"Selamat Pagi Bos, Vani," sapa Angga.

Marvel hanya menatap datar dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Pagi Angga," balas Stevani dengan senyum ramahnya lalu mengekor ke Marvel.

Angga mendengus kesal.

"Punya bos kok jutek amat. Untung temen."

"Aku duduk disofa saja ya?" ucap Stevani.

"Iya."

Stevani sudah terduduk di sofa dengan ponsel digenggamannya.

"Aku akan ada meeting sebentar lagi, tidak apa jika ku tinggal?" tanya Marvel sembari melepas jasnya.

Stevani menoleh ke arah Marvel.

"Tidak apa, aku disini hanya sebentar."

"Kenapa begitu? Bukankah bertemu Brandon masih nanti siang? Ini masih pukul 09:00 pagi," tanya Marvel yang mulai mempersiapkan berkas untuk meetingnya.

"Aku harus membeli beberapa barang perlengkapan Bar. Sepertinya gelas gelas disana harus ditambah atau diganti dengan yang baru," jawab Stevani, "selebihnya aku ingin jalan-jalan saja."

Marvel berjalan menuju pintu.

"Baiklah kalau ada apa-apa telepon aku ya. Aku meeting dulu."

Stevani mengangguk seraya tersenyum.

"Inget kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Jangan hubungi yang lain."

Stevani terkekeh dengan peringatan Marvel yang terkesan posesif menurutnya.

"Baiklah, pergilah meeting aku akan baik-baik saja disini," ucap Stevani dengan senyum mengembang. Marvel mengangguk lalu keluar ruangan.


MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang