54

4.9K 216 50
                                    



Sudah dua minggu sejak meninggalnya Anton. Stevani dan Marvel setiap hari mengunjungi makam Anton dan Lani. Monica masih tinggal di Jakarta karena Nando masih ingin liburan disini. Monica juga melakukan sedikit riset terhadap Fashion di Indonesia. Stevani sudah sedikit melupakan duka setelah meninggalnya Anton. Semua ini berkat keluarga Thomas, Marvel dan juga Monica dan Nando. Stevani masih sering bekerja di Bar miliknya setelah mendapatkan ijin dari Marvel tentunya.

"Pagi Sayang," sapa Marvel pada Stevani dengan memeluknya dari belakang.

"Sudah bangun?" tanya Stevani santai sambil menggoreng Gurami kesukaan suaminya.

Mereka memang selalu terlihat romantis setiap hari. Bahkan baik Tasya dan Daniel tidak lagi muncul untuk mengganggu hubungan mereka. Tidak terasa hubungan mereka sudah satu tahun lebih. Yang artinya sebentar lagi 2 tahun, bukankah Marvel sempat mengatakan bahwa pernikahan mereka hanya 2 tahun saja?

"Gurami?" tanya Marvel dengan menyandarkan kepalanya di pundak Stevani.

"Kesukaan kamu kan?" Kekeh Stevani.

"Di bakar apa di goreng?" tanya Marvel sembari menghirup wangi Gurami.

"Aku semur aja ya Vel."

"Apapun yang kamu masak sayang," jawab Marvel dengan manja

"Duduklah, aku mau nyelesaiin ini dulu," suruh Stevani.

"Gak mau," balas Marvel semakin mengeratkan pelukannya.

Stevani hanya menghembuskan nafasnya. Marvel memang semakin hari semakin memperlihatkan sifat kekanakannya. Semakin manja, tidak peduli didepan Monica atau Nando, Ia selalu bersikap manja pada Stevani. Seperti saat ini, untung para Maid sudah terbiasa dengan sikap majikannya itu.

"Kalian ini sungguh." Monica tiba-tiba saat memasuki dapur dan melihat adegan romantis itu. Stevani mendorong Marvel kebelakang.

"Tante selalu ganggu deh," protes Marvel dengan mencebikkan bibirnya. Sisi kejam Marvel sungguh tidak ada jika sudah bersama Stevani.

"Tante sudah bangun?" tanya Stevani.

"Kamu masak apa? Biar Tante bantuin," tanya Monica berjalan mendekat ke Patry.

"Duduklah disana Vel." Suruh Stevani dengan menunjuk kursi meja makan dengan dagunya. Marvel hanya menurut saja.

"Sudah hampir matang Tan."

"Maafin Tante ya. Tante telat bangun jadi gak bantuin kamu masak," ucap Monica yang sudah berdiri disamping Stevani.

"Tidak apa-apa Tan. Bantuin Vani nyiapin ini di meja aja ya," jawab Stevani dengan senyum tulus.

Marvel hanya melihat interaksi mereka dari meja makan. Ia menatap lekat Istrinya. Stevani semakin cantik setiap harinya. Selalu mengerti apa yang diinginkan olehnya.

Jarang sekali melihat Stevani marah-marah seperti kebanyakan Istri dari koleganya. Koleganya selalu bercerita jika Istri mereka begitu cerewet dan suka marah-marah. Entahlah mungkin memang belum saatnya untuk Stevani menjadi cerewet dan marah-marah.

Beruntung sekali aku menikahinya batin Marvel dengan senyum tipis.

"Bola mata Kak Marvel bisa keluar jika terus menatap Kak Vani seperti itu," Sergah Nando dengan senyum sinis.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang