72

4.7K 344 151
                                    

"Van?" lirih Marvel saat melihat Stevani berjalan dibelakang Daniel.

Dua pria itu saling melemparkan tatapan tajam penuh intimidasi. Jangan sampai ada pertengkaran di pagi hari yang cerah ini. Stevani menatap nanar pria yang masih berstatus suaminya.

"Kamu datang lebih cepat dari dugaanku," ucap Daniel.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada istriku!" bentak Marvel mencengkram shirt Daniel.

Daniel mengangkat kedua alisnya, tersenyum mengejek.

"Seharusnya berterimakasih padaku karena aku sudah menjaganya dan tidak melukainya," jawab Daniel

"Berhentilah, aku tidak mau kalian bertengkar hanya karena aku," lerai Stevani memegang lengan Marvel.

Mereka saling menatap tajam, Daniel melepaskan cengkraman tangan Marvel dengan kasar.

"Aku akan memberikan kalian waktu untuk bicara," ucap Daniel,

"Buatlah keputusan terbaik." Lanjut Daniel tersenyum pada Stevani.

Daniel melirik sekilas ke arah Marvel, berjalan menjauh meninggalkan mereka.

"Van," panggil Marvel mencoba meraih pergelangan tangan istrinya. Stevani menepisnya.

"Kita bicara di taman belakang," ucap Stevani.

Marvel menghembuskan nafasnya, dengan pasrah mengikuti langkah istrinya. Apapun yang terjadi Marvel harus membawa Stevani pulang ke tempat tinggal mereka.

"Apa kamu sudah menandatangani surat perceraian kita?" tanya Stevani setelah mereka lama berdiam diri dalam pikiran masing-masing.

Marvel menghembuskan nafasnya, menoleh ke arah samping. "Bisakah memberiku kesempatan? Semua hanyalah kesalahpahaman Van. Tasya yang menciumku waktu itu, dan.."

"Apa tidur dengannya juga termasuk kesalahpahaman Vel?" tanya Stevani memotong ucapan Marvel.

"Itu masa lalu Van, ayolah jangan kekanakan. Bukankah yang terpenting saat ini aku mencintaimu?"

"Masa lalu? Bagaimana bisa kamu mengatakan masa lalu jika saat itu kita sudah menikah Vel?"

"Saat itu aku belum menyadari perasaanku Van, mengertilah."

"Apa kamu pikir aku juga menyadari perasaanku waktu itu Vel? Aku menghormatimu sebagai seorang pria yang berstatus sebagai suamiku," Stevani menjeda ucapannya, menarik napas dalam lalu menghembuskannya.

"Aku tahu pernikahan kita seperti bercandaan untukmu tapi aku ingin menjadi seorang istri yang berbakti pada suami selama 2 tahun pernikahan kita.

Sulitkah bagimu untuk menahan hasratmu sementara waktu selama 2 tahun? Apa saat itu kamu tidak memikirkan perasaanku? Hahaha bagaimana kamu akan memikirkan perasaanku kalau dalam hatimu saja tidak ada rasa peduli padaku," lanjut Stevani menatap Marvel berkaca-kaca.

"Maafkan aku," lirih Marvel.

Stevani mengalihkan pandangannya kembali pada kelinci yang tengah memakan rerumputan.

"Kembalilah padaku, aku mohon. Aku akan menebus semua kesalahanku padamu, jadi aku mohon berikan aku kesempatan sekali ini," pinta Marvel.

Stevani memilih diam tak memedulikan perkataan suaminya. Bagaimanapun dirinya harus memilih diantara 2 pilihan, kembali pada Marvel atau mencari ketenangan dulu.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang