66

4.6K 322 129
                                    


Jika Stevani pernah menyakiti seseorang di masa lalu hingga ia jatuh ke dasar jurang kesakitan. Maka sekarang Stevani merasakan karma yang begitu besar. 

Ketika hati sudah bergantung pada sosok yang sangat disayangi maka ia harus bersiap untuk hal yang diluar kendali. 

Berjanji akan selalu mencintai dan melindungi, mengasihi layaknya berlian yang tidak akan pernah ada duanya. Lalu, dengan teganya menyakiti hingga tak terkira. 

Stevani kira mencintai seseorang akan selalu indah dan berkesan manis, nyatanya mencintai Marvel harus menerima sebuah pukulan begitu keras tepat dihatinya.

Stevani duduk di salah satu tempat dekat jendela di Flower Café. Kopi manis yang terasa pahit ia sesap perlahan. Matanya menatap kaca penghalang antaranya dan orang yang berlalu lalang diluar. Hembusan nafas sebagai penanda bahwa ada yang mengganggu pikiran. 

Mata sendu melukiskan betapa derasnya air mata yang mengalir bagai air hujan membasahi bumi.

Langit sungguh sedang bersahabat sepertinya. Mendung tanpa adanya sinar kuning yang begitu menyilaukan mata. Awan abu-abu menyelimuti hati nan gundah dan merana. Sebatang kara dengan diberikan luka dihari yang seolah menjadi saksi bahwa rasa sakit yang dialami begitu nyata.

"Maaf Kak telat, terjebak macet." Sapaan seorang menyadarkannya. Menoleh tanpa berekspresi.

"Duduklah," suruh Stevani, "mau pesan minum dulu?" tanya Stevani.

"Tidak kak, sudah," jawab Tasya. Ia duduk didepan Stevani.

Stevani kembali menatap keluar jendela. Sungguh jengah dan menyakitkan bertemu dengan seseorang yang menjadi salah satu tersangka yang menyakitinya.

"Jadi kenapa Kak Vani minta Tasya untuk bertemu?" tanya Tasya.

Stevani menoleh dengan ekpresi datarnya. Meletakkan gelas berisi kopi nan pahit itu. Matanya menatap cairan hitam dalam gelas. Menghembuskan nafas perlahan, lidah serasa kelu untuk menanyakan yang membuatnya penasaran.

"Kak Van?" panggil Tasya kembali.

Merasa iba dan bersalah dengan Stevani yang begitu menyedihkan. Matanya begitu sendu, siapa yang sanggup menatap mata sendu seperti ini. Bagaimanapun Tasya adalah seorang Wanita tentu ia mengerti perasaan Stevani atau hanya sok mengerti. Tapi, ia harus melakukan ini semua sudah dikorbankan untuk mendapat cinta dan bersama dengan Marvel. Tentu akan menjadi hal yang sangat menyakitkan ketika semua terasa kosong dan tak berarti.

"Jadi bisa dijelaskan tentang foto yang kamu kirim beberapa hari yang lalu?"

Tasya menatap datar lalu membalas, "Kak Vani serius ingin tahu?"

Stevani mengangguk pelan.

"Apa kalian sempat berhubungan ketika Marvel sudah menikah?" tanyanya tanpa basa-basi.

Tasya menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Walaupun cinta mampu membuat seseorang begitu menjadi kejam dan sangat egois tapi tidak membuat Tasya begitu tega mengatakan semua hal yang terjadi padanya dengan Marvel. Dalam hati kecilnya sungguh tak sanggup tapi ini semua demi cinta yang selama ini hinggap dan tak mau pergi.

"Foto itu adalah foto Marvel. Foto itu diambil ketika Marvel baru saja tiba di Italy di pagi hari setelah kami tidur," jawab Tasya.

Matanya tak mampu menatap mata Stevani didepannya. Ia menatap penuh arti keadaan diluar sana.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang