5. Beneran?

93.7K 7K 328
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tinggalkan jejak😽
***

Zeline menatap wajahnya yang terlihat sangat berantakan. Ini sudah dua minggu sejak kejadian itu namun dirinya tidak bisa melupakan kejadian yang Zeline anggap sebagai mimpi buruk. Zeline mengerjap cepat saat dia merasakan matanya kembali memanas. Tidak! Tidak boleh! Dia tidak boleh menangis lagi.

"Gue bisa. Jangan cengeng. Itu cuman mimpi." ujarnya pada dirnya sendiri.

Zeline mengambil tas miliknya, dia berjalan keluar dari kamarnya. Tangannya memasang airpods dikedua telinganya. Mendengarkan lagu yang mungkin dapat menenangkan hatinya yang belum juga merasa damai.

Suara pecahan yang berasal dari dapur terdengar disusul dengan teriakan penuh emosi. Zeline mencoba memfokuskan dirinya pada lagu yang terdengar dengan keras. Dia sudah tidak peduli lagi dengan kedua orang tuanya yang terus saja bertengkar.

Zeline menutup pintu rumahnya dengan keras, dia tidak mau repot repot melerai mereka berdua ataupun datang kedapur untuk makan. Zeline sudah muak mendengar kemarahan orang tuanya.

"Sial! Apa mereka gak bisa ngertiin gue sebentar aja? Seenggaknya jangan berantem walau cuman sehari." gerutu Zeline. Perempuan itu masuk kedalam mobil yang akan mengantarnya kesekolah. Zeline memang tidak membawa mobil sendiri, dia terbiasa diantar oleh Zio ataupun supir pribadinya. Berhubung sekarang dia sudah putus dengan Zio, maka dia harus sering sering berangkat bersama supirnya.

Sampai disekolahnya, Zeline memberikan senyum terbaiknya. Memberi kesan pada orang lain kalau Zeline adalah manusia yang jauh dari kata masalah. Sesungguhnya Zeline tidaklah seperti itu. Zeline itu penuh dengan masalah bersama keluarganya ditambah masalah Leon yang terus saja mengganggunya membuat Zeline jengah. Apalagi, ketakutan akan kelakuan dirinya dan juga Leon mungkin saja bisa jadi. Zeline takut, bahkan sangat.

Langkah Zeline terhenti saat Leon menghalangi jalannya. Gadis berparas cantik itu menghela nafas keras, menatap Leon dengan tatapan muak. "Bisa gak sih lo jauh jauh dari gue?"

Leon menggeleng, dia menarik tangan Zeline menjauh dari koridor. Zeline menggerakkan tangannya, meminta agar Leon melepaskan cekalan tangannya. "Bisa lo lepasin tangan gue?"

Mereka berdua sampai ditaman belakang yang terlihat sangat sepi, Leon langsung memojokkan Zeline kepohon besar yang ada disana. Mengurung tubuh Zeline menggunakan kedua tangannya. "Kak, kasih tau aku, kakak telat apa gak?"

Kening Zeline mengernyit, dia menatap wajah Leon yang sulit ia jelaskan. Ada ekspresi khawatir dan juga senang yang dapat Zeline lihat diwajah Leon. "Telat apa? Gue--"

"Aku tanya, kak. Kakak telat datang bulan apa engga?" tanya Leon lagi. Laki laki itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Zeline.

Zeline mengerjap, dia mengalihkan pandangannya dari wajah Leon. Zeline tidak tau dia telat apa tidak karena dirinya tidak berani melihat kalender. "Gue..gue gak tau."

Leon menghela nafas gusar, dia menatap Zeline tidak percaya. "Gimana kakak bisa--"

Zeline bernafas lega saat Leon menjauhkan tubuhnya, gadis itu menatap Leon yang sepertinya tengah mengeluarkan isi perutnya. Namun, laki laki itu tidak mengeluarkan apapun selain cairan bening. Kening Zeline mengkerut, gadis itu mendadak linglung dengan keadaan. Tangannya mengambil tissue dan juga air mineral yang sengaja ia beli sebelum sampai kesekolah.

POSSESSIVE JUNIOR (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang