"Kak, bocah bocah gini tapi aku bisa bikin dede bayi loh." Leon menyeringai tipis. "Buktinya, itu diperut kakak ada anak aku."
Mei, 2020.
Terdapat 2 Season
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bisa berhenti?" pertanyaan itu membuat Leon mengernyit, dia menatap Zeline tidak mengerti. Zeline menghembuskan nafasnya pelan, dia menggeleng. "Hentikan ini, Leon! Kisah yang belum berakhir, gak ada terulang lagi."
Leon mengerjap pelan, laki laki itu melempar tas nya sembaran. Matanya menatap Zeline yang duduk di atas tempat tidur. Mereka berdua baru saja menyelesaikan ujian semester satu dan akan di adakan liburan. Sedangkan Zeline akan mempersiapkan ujian karena dia sudah kelas 12. Zeline tidak tau apakah dia dapat mengikuti ujian atau tidak karena perutnya semakin membesar.
"Kenapa kakak bilang gitu?" tanya Leon, dia duduk di depan Zeline, menatap wajah Zeline.
Zeline menghela nafas, perempuan itu meletakkan sebuah bantal di pangkuannya. "Le, mereka udah meninggal, kisah mereka emang udah berakhir gitu aja. Lo mau ngelanjutin cerita mereka juga gak akan ada hasilnya. Mungkin ingatan mereka yang kita punya ini cuman kebetulan. Gue juga percaya reinkarnasi, tapi gak gini juga, Leon."
Leon mengusap wajahnya pelan, dia mendekatkan tubuhnya pada tubuh Zeline. "Biar aku kasih tau gimana Zaron dulu, kak. Gimana perjuangan Zaron buat hilangin rasa bersalahnya karena gak bisa jaga kakak."
"Gue gak--"
"Kakak harus mau. Gimanapun juga, Zaron sama Lily itu dulunya bersatu." potong Leon, dia menatap Zeline dengan pandangan yang sulit Zeline artikan.
"Dan yang namanya Zaron itu selalu nyakitin Lily. Gue tau gimana sakitnya jadi perempuan yang gak di anggap sama pacarnya sendiri. Gue gak mau ngerasain hal yang sama." jawab Zeline, dia meremas bantal yang ada di pangkuannya. "Boleh gue jujur, sejak mimpi itu gue selalu ngerasa sedih tiba tiba kalo liat lo, bukan sedih tepatnya. Gue mau benci lo tapi gak bisa dan gue gak mau ngerasa kek gitu lebih lama lagi."
Zeline meletakkan kembali bantal itu ke tempatnya, lalu dia bangkit dan berjalan meninggalkan Leon. Zeline membuka pintu, gerakannya terhenti saat mendengar ucapan Leon. "Dengan kakak bersikap kayak gitu, hati kakak bakalan ngerasain hal yang sama. Zaron pernah berharap, jika dia di lahirkan kembali, dia ingin memperbaiki kesalahannya sama Lily."
Kepala Zeline menengok ke arah Leon, perempuan itu tersenyum. "Itu harapan Zaron, Lily gak pernah berharap kayak gitu."
Leon bangkit, dia berjalan kearah Zeline yang terdiam di ambang pintu. Laki laki itu berdiri, tepat di depan tubuh Zeline. "Tapi, kenapa Lily terlahir kembali?"
Zeline tersenyum. "Ini harapan Mama Laras. Mama pernah berharap, jika Lily di lahirkan kembali, dia akan sulit untuk mencintai laki laki kek lo, Leon. Gue gak nyalahin Mama Laras, tapi bisa kita ingat ingat kejadian dulu? Di rumah sakit, tepatnya waktu Mama Laras nyalahin Zaron karena kebodohannya. Lily emang bener bener berharga."
"Ak--"
"Gue gak mau nyalahin siapapun. Ini hukum alam. Tuhan baik banget ingatan Lily dan Zaron bisa kita miliki, tapi kita gak bisa buat kisah mereka kembali berlanjur. Mereka berakhir, walaupun dengan tangis." Zeline memotong, dia berbalik. Tubuhnya menegang saat melihat siapa yang berdiri di depan kamar mereka.