Minimal kita tau kapan harus berhenti dan sadar diri.
Karena terkadang ada hal yang tak bisa dipaksakan.- Gevano -
∆∆∆
Sandra berniat untuk meminta maaf kepada Gevan. Semalaman Sandra tidak bisa tidur karena memikirkan lelaki itu. Jujur saja, ia merasa bersalah. Pagi ini, ia berangkat ke sekolah menggunakan motornya. Rasanya sudah lama Sandra tidak memakai motor ini ke sekolah, karena ada Gevan yang selalu mengantar dan menjemput nya.
"Lo ada masalah sama Gevan?" tanya Gea yang mengetahui Sandra berangkat sendiri. Rupanya gadis itu cukup peka dengan sekelilingnya.
Sandra menggeleng. "Nggak," jawabnya berbohong.
"Mata lo nggak bisa bohong," balas Gea tenang.
Sandra menghela nafasnya lemah, dan mulai menceritakan semua kejadiannya.
"Jadi dia udah tau kalau lo itu leader Dark Knight!?" tanya Gea sebagai responnya. Sandra mengangguk.
"Terus reaksinya dia gimana?"
"Gevan cuma minta gue buat ninggalin semua hal yang berhubungan dengan gangster, jelaslah gue nolak,"
"Terus lo emosi karena nggak terima sama permintaan dia, dan nggak sadar ngucapin hal itu?" tebak Gea yang diangguki oleh Sandra.
Gea memutar matanya jengah.
"Menurut gue lo itu salah. Nggak seharusnya lo bilang gitu ke dia.
Gue emang bukan cenayang, tapi gue yakin kalau Gevan itu beneran sayang sama lo. Kalau kata caption di Facebook nih ya, orang yang tulus sayang sama lo itu, nggak akan dateng dua kali. So pasti Lo ngerti maksudnya. Lebih baik lo minta maaf sama Gevan," jelas Gea menepuk pundak Sandra memberi pengertian.Sandra mendengus, namun dalam hati ia membenarkan ucapan Gea.
"Woi mau kemana Lo?" teriak Gea yang melihat Sandra melangkahkan kaki meninggalkannya, setelah dia memberi Sandra pencerahan bahkan tanpa mengucapkan terimakasih.
Sandra tak menggubrisnya.
"Emang defenisi temen nggak tau diri," Gea menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin.
Niat Sandra sebenarnya ingin mencari Gevan agar bisa meminta maaf kepada cowok itu, seperti yang disarankan oleh Gea.
"Umm,lo liat Gevan nggak?" tanya Sandra yang kebetulan berpapasan dengan Erland.
"Taman. Pasti lagi ribut ya," ucap Erland yang lebih ke pernyataan.
Sandra mengangguk. "Ya gitu deh,"
"Selesai baik-baik, jangan pake emosi," pesan Erland yang entah mengapa, hari ini ia jarang berbicara. Teman-temannya yang lain pun memperhatikan hal itu.
"Iya," balas Sandra tersenyum kecil.
"Ya udah gue pergi dulu. Lo susulin aja dia. Gue kasian juga liatnya, dari tadi mukanya murung banget," pesan Erland. Dia yang dimaksud adalah Gevan. Sesudah mengatakan hal itu, Erland pamit pada Sandra untuk kembali ke kelas.
Setelah sileut Erland menghilang dari pandangan Sandra, ia segera mengayunkan langkahnya menyusuri koridor sekolah, hingga sampailah ia di tempat yang diberitakan Erland.
Sesuai dengan yang dikatakan Erland, Gevan memang berada di taman itu. Ia tengah duduk di salah satu kursi taman. Kaki kirinya ia letakkan di atas kali kanannya, dengan kedua tangan yang bertumpu pada pinggang kursi.
"Gevan," panggil seseorang membuyarkan lamunan Gevan. Gevan tak menoleh, karena ia sudah tau orang itu adalah Sandra.
"Maaf.."
"..."
"Gue nggak maksud ngomong gitu. Dan maaf gue juga nggak bisa buat nurutin permintaan lo,"
"Kasih gue alasan," ujar Gevan dengan mata yang memandang ke sembarang arah.
"Gue nggak bisa ninggalin gangster gue. Karena itu adalah impian terbesar Ares. Gue susah payah untuk mewujudkannya. Gue nggak bisa ninggalin gitu aja. Gue mohon lo ngertiin gue, Van,"
"Gue kurang ngerti apa sama lo? Bahkan sampai ini, yang ada di hati lo hanya seseorang bernama Are. Gue coba buat ngertiin, gue nggak pernah nyuruh lo lupain dia dan maksa lo supaya cinta sama gue," balas Gevan kini menatap Sandra dengan tatapan dingin.
"Gue emang cowok, tapi lo jangan salah. Bahkan cowok kayak gue itu juga punya hati. Hati gue juga bisa rapuh kalau lo mau tau," ujar Gevan menatap Sandra yang terdiam.
"Sebenernya arti gue itu buat lo apa?"
Sandra terdiam seribu bahasa tak mampu menjawab pertanyaan Gevan. Bahkan untuk jujur tentang perasaannya pada Gevan pun ia tidak bisa. Rasanya seperti ada yang menahan tenggorokan Sandra untuk berbicara. Lidahnya terasa kelu.
"Lo nggak bisa jawab kan?" Gevan mendongakkan kepalanya sebentar, kemudian kembali menubruk mata Sandra dengan tatapannya.
"Kita break aja,"
Sandra menggeleng cepat. "Nggak!"
"Lo butuh waktu buat nyadarin perasaan lo ke gue. Dan selama itu juga lo bebas ngelakuin apapun yang lo mau. Gue nggak akan ganggu lo,"
Apa itu artinya Gevan akan pergi meninggalkan Sandra? Tidak! Sandra tidak mau itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN SANDRA (END)
Teen FictionDia datang menaburkan banyak warna indah dalam hidupku. Namun aku lupa, bahwa kelabu juga bagian dari warna. Namanya Cassandra Liora. Seorang gadis dengan kisah kelam di masa lalunya yang mengubahnya menjadi sosok dingin tak tersentuh. Hingga rahas...