Dia selalu ada dalam hati mu, seperti halnya kau selalu ada dalam hati ku. Namun aku benci mengakui bahwa aku tak ada di hati mu, barangkali hanya sedikit.
- Gevano -
∆∆∆
Seseorang akan terasa berharga jika ia tak lagi ada dalam genggaman mu.
Keberadaan nya akan sangat kau nantikan dan semua hal yang bersangkutan dengannya pasti akan sangat kau rindukan.Sepertinya kata-kata itu cocok untuk seorang gadis yang kini tengah duduk bersandar pada motornya menikmati angin sepoi-sepoi. Cerahnya langit hari ini, tak mampu menutupi kehampaan hati gadis itu.
Sudah tiga hari berlalu semenjak Gevan memutuskan untuk break. Tiga hari itu pula hidup Sandra terasa hampa. Tak ada lagi perhatian dari Gevan, tak ada lagi kecupan singkat di keningnya, dan tak ada lagi nasi goreng buatan Gevan yang sangat Sandra sukai.
Sandra mengembuskan nafasnya berat. Gevan benar, ia butuh waktu untuk memahami perasaannya sendiri. Dan sekarang Sandra sudah yakin, jika ia telah jatuh cinta--pada Gevan.
"Gue kangen banget sama lo," gumam Sandra membayangkan wajah Gevan. Ia tersenyum saat mengingat awal pertemuannya dengan Gevan. Dan hal itu membuat Sandra semakin merindukan sosok lelaki itu.
Sandra akui, ia terlalu pengecut dalam hal mengungkapkan perasaan. Ia hanya masih berada dalam bayang-bayang masa lalu. Sandra takut, jika nantinya mereka tidak bisa bersama. Ia tidak akan siap untuk kembali merasakan kehilangan. Memangnya ada yang siap jika kehilangan seseorang yang mereka sayangi?
Tak ingin larut dalam kegundahannya, Sandra memutuskan untuk kembali ke apartemen. Namun di tengah perjalanan Sandra terusik saat merasakan seseorang mengikutinya. Sebenarnya bukan kali ini saja Sandra merasa diikuti. Terhitung sejak kembalinya dia ke Indonesia, seseorang itu sudah mengintainya. Sandra biarkan saja, karena ia ingin melihat sejauh mana orang itu bertindak. Tapi kali ini, Sandra akan mengakhirinya. Dengan sengaja ia menggiring orang itu menuju tempat sepi. Sandra tersenyum miring di balik helm full face nya. Mood nya juga cukup buruk hati ini, jadi tidak ada salahnya jika ia melampiaskan kepada orang itu.
Saat sudah berada di tempat yang benar-benar sepi, Sandra melambatkan laju motornya. Ia turun dari motornya tanpa melepas helm yang dipakainya. Tanpa merasa takut, orang itu justru melakukan hal yang sama, dan mendekatkan dirinya kepada Sandra.
"Lo siapa? Dan kenapa lo selalu ngikutin gue?" tanya Sandra dari balik helmnya.
Orang itu tak menjawab. Namun ia memasang kuda-kuda bersiap ingin menyerang Sandra. Dengan senang hati, Sandra akan jabani.
Dengan gerakan cepat, orang itu melayangkan pukulan pada Sandra, yang tentu saja dapat ditangkisnya dengan mudah.
Tak tinggal diam, Sandra membalas serangannya dengan meninju keras perut orang itu.
Buk!
Buk!
Buk!
Bunyi pukulan kedua orang itu terdengar saling sahut-sahutan. Kekuatan orang itu dalam adu jotos tidak bisa dianggap remeh. Sandra sampai kewalahan menghadapi serangannya. Bahkan tak jarang ia terkena pukulan orang itu.
Saat Sandra hendak memelintir tangan sang rival, orang itu tiba-tiba menghentikan pergerakan Sandra, lalu ia melepaskan helm full face yang menutupi wajahnya.Saat orang itu sudah melepaskan helm sepenuhnya, Sandra terkejut melihat wajah si penguntit itu.
"Paman Zoe?"
Orang yang dipanggil Zoe itu mengangguk lantas tersenyum.
"Apa kabar keponakan paman?" Zoe bertanya lembut kepada keponakan kesayangannya itu
Sandra melepas helm nya, kemudian segera menubruk tubuh pamannya itu.
"Sandra kangen sama Paman. Paman kok nggak pernah dateng ke rumah,"Zoe membalas pelukan Sandra. "Paman juga rindu denganmu. Paman sangat ingin menghampiri mu, ke rumah, tapi rasanya paman sangat tidak ingin bertemu dengan papa mu itu," jelas Zoe melepaskan pelukan Sandra. Sandra hanya mengangguk, sebenarnya ia bingung, dari dulu Zoe sangat membenci Papanya. Dan sampai sekarang, ia tak tahu alasannya apa.
"Jadi selama ini Paman yang ngikutin Sandra?" Zoe mengangguk membenarkan.
"Kenapa?"
"Paman hanya ingin melindungi mu. Karena paman tidak yakin si bodoh itu bisa menjagamu,"
Sandra terkikik geli. Si bodoh yang dimaksud Zoe adalah Xavier. Ya, Zoe adalah ayah dari Xavier.
"Sandra bisa jaga diri sendiri,Paman. Paman nggak usah ngikutin Sandra lagi, risih tau. Sandra berasa jadi buronan,"
Zoe berdecak sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, Paman tidak akan mengikuti mu lagi. Tapi jika seseorang menyakiti, Paman orang pertama yang menghabisinya,"
"Ya, ya, ya. Terserah Paman," ucap Sandra bernada.
"Udah mau malam. Sebaiknya kamu pulang saja. Paman tidak akan membuntuti mu lagi," ucap Zoe yang dibalas anggukan kepala oleh Sandra.
***
"Lo kenapa?" Sandra bertanya pada Gevan. Ia tak ingin Gevan semakin menjauhinya. Maka dari itu Sandra mengajak Gevan berbicara empat mata, untuk menyelesaikan masalah mereka.
"Gue? Gue baik-baik aja" ucap Gevan menunjuk dirinya.
"Lo bohong! Lo pasti marah sama gue,"
"Gue udah bilang gue nggak apa-apa,"
"Terus kenapa lo kayak ngehindar dari gue?" Sandra terus menyerang Gevan dengan pertanyaannya.
"Emang iya? Perasaan lo aja kalik," jawab Gevan cuek.
"Nggak. Lo emang ngehindarin gue,"
"Gue kan udah bilang nggak. Dalah, gue mau pergi," Gevan hendak beranjak, namun tangannya ditahan oleh Sandra.
"Gue nggak suka lo kayak gini ke gue,"
Gevan menghentakkan tangan Sandra kasar. "Gue lebih nggak suka lo selingkuh di belakang gue!"
"Maksud lo apa?" Sandra tak mengerti maksud perkataan Gevan yang menuduhnya selingkuh.
Gevan tak menjawab. Ia mengeluarkan handphone nya dari sakunya, kemudian mengotak-atik benda itu untuk mencari sesuatu.
Setelah ia menemukannya, Gevan memberikan handphone nya pada Sandra, menunjukkan sesuatu di sana.Sandra menggeleng kaget melihat foto itu. Ia tak tahu bagaimana foto itu bisa sampai pada Gevan. Namun yang jelas, pemikiran Gevan tentang Sandra salah.
"Lo salah paham,"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN SANDRA (END)
Teen FictionDia datang menaburkan banyak warna indah dalam hidupku. Namun aku lupa, bahwa kelabu juga bagian dari warna. Namanya Cassandra Liora. Seorang gadis dengan kisah kelam di masa lalunya yang mengubahnya menjadi sosok dingin tak tersentuh. Hingga rahas...