Part | 70 Akhir kisah

4.5K 231 279
                                    

Vote dulu yuk.

***

Cowok dengan tampilan kacau itu berjalan terburu-buru diantara ramainya orang-orang yang memenuhi bandara. Matanya menyusuri setiap sisi tempat itu, menolehkan pandangan ke setiap titik yang mampu ia jangkau dengan matanya. Kakinya berlari kesana-kemari, mencari seseorang yang mengganggu pikirannya.

"Dimana kamu, Ra?" Gevan mendesah lirih. Sorot matanya yang tersirat kelelahan itu, masih dengan setia mengedar mencari keberadaan Sandra. Namun gadis tuh tak juga muncul di indra penglihatannya.

Bhuk!

Gevan yang tak terlalu memperhatikan jalannya, tanpa sengaja menabrak tubuh seorang pria hingga membuat barang bawaan pria itu terjatuh dan berserak di lantai.

"Maaf, saya sedang buru-buru," sesal Gevan meminta maaf. Ia segera berlutut, membantu pria itu untuk merapikan barang-barangnya yang terjatuh.

Pria yang terlihat lebih dewasa dari Gevan itu tersenyum lebar. "Tidak masalah. Saya juga kurang berhati-hati," ucap pria itu sambil bangkit berdiri, disusul oleh Gevan.

Gevan menggaruk pelipisnya tak enak. "Sekali lagi maaf."

Pria itu tersenyum menanggapi. Ia kemudian menyorot Gevan yang tampak tak nyaman. "Mengapa kamu terlihat gelisah seperti itu? Apa ada masalah?" tanya pria itu sedikit menyinggung masalah pribadi Gevan.

Gevan mengangguk sekilas. "Ya, sedikit."

"Masalah apa, jika boleh saya tahu? Barangkali saya bisa sedikit membantu."

Gevan terdiam sebelum akhirnya menceritakan masalahnya. "Gadisku sedang berada di bandara ini. Dia pergi tanpa memberitahu saya terlebih dahulu. Karena itu saya menyusulnya, sebelum dia benar-benar pergi."

Pria itu mengangguk mengerti. "Begitukah? Saya tidak punya solusi untuk itu, tapi saya harap kamu segera bertemu dengan gadismu itu. Apapun masalah kalian, saya harap semuanya cepat membaik," ia menepuk pundak Gevan, tak lupa menyertakan senyumnya.

"Terimakasih. Maaf, saya harus pergi," pamit Gevan tak ingin mengulur-ulur waktu.

"Ah, ya! Silakan. Semoga kalian bisa bersama," balas pria itu mengangguk.

Gevan hanya tersenyum singkat membalas ucapan pria itu. Kemudian ia kembali melangkahkan kakinya.

Gevan memejamkan matanya yang terasa mulai memanas. "Sandra, kamu dimana sih? Jangan pernah berpikir untuk ninggalin aku, Ra."

Gevan menghentikan langkahnya. Kedua tangannya bertolak di pinggang. Cowok itu menghela napasnya panjang. Kepalanya tetap menoleh kian kemari, mencari dimana gerangan gadis itu berada.

Saat pandangan Gevan menyorot pada satu titik, mata cowok itu tiba-tiba saja terbuka lebar. Ia mengerjapkan matanya, meyakinkan jika penglihatannya tidak salah. Sandra ada di sana. Tengah berbincang dengan seorang yang tak Gevan kenal.

"SANDRA!" teriak Gevan keras hingga mengundang perhatian di bandara itu. Ia berlari mendekati Sandra, tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang mengarah padanya.

Sandra yang mengetahui Gevan menyusulnya, segera saja gadis itu beranjak. Ia tidak sanggup jika harus bertemu dengan cowok itu lagi.

"Mau kemana kamu? Mau ninggalin aku?" tanya Gevan langsung, membuat Sandra membatalkan niatnya untuk beranjak meninggalkan lokasi.

Ia berbalik, menyatukan tatapannya dengan Gevan. Perlahan, ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan senyum. Senyum palsu lebih tepatnya.

"Gue pamit."

"Jangan gini, Ra. Kita bisa perbaiki semuanya."

Sandra menggeleng singkat. "Nggak ada yang mau diperbaiki, Van. Masalahnya hanya ada di gue. Sebelum gue dateng, hidup lo baik-baik aja kan? Semoga dengan gue pergi, hidup lo akan tetep baik-baik aja."

BROKEN SANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang