Jangan menaruh sandaran pada dia yang tak ingin kau sandari. Atau jika kau memaksa, silahkan nikmati sesaknya.
- Gevano -
∆∆∆
Terhitung dua hari sejak Sandra dan Gevan bertengkar, kini keduanya tak pernah lagi terlihat sama dalam satu tempat. Jika Sandra berpapasan dengan Gevan ia akan segera menghindari cowok itu, begitupun sebaliknya. Mereka sekarang tampak asing satu sama lain, padahal statusnya masih berpacaran.
Keduanya bagaikan dua kutub yang saling tolak menolak, bagaikan air dan minyak yang tidak bisa menyatu. Jika sedang berada di kantin mereka tidak pernah duduk dalam meja yang sama Maka dari itu jika jam istirahat, Sandra lebih memilih menghabiskan waktunya sendiri di taman. Ia tak mengizinkan Gea yang ingin menemaninya. Sandra kembali seperti sejak pertama ia menjadi siswa di sekolah ini--selalu menghabiskan waktunya di taman. Bedanya, tak ada Gevan yang selalu menghampirinya.
Tapi kali ini berbeda karena tiba-tiba saja Arkan datang menghampiri Sandra. Lelaki itu hanya duduk di samping Sandra dengan airpods berwarna merah glossy menyumbat kedua telinganya, tanpa berniat untuk membuka percakapan.
Tidak tahan berlama-lama dalam suasana yang begitu awkward, Sandra berdiri dari tempat duduknya. Namun sebelum itu, tangan Arkan lebih dulu meraih pergelangan tangan Sandra.
"Kenapa lo pacaran sama Gevan?" suara berat nan dingin milik Arkan menusuk ke indera pendengaran Sandra.
"Maksud lo?" Sandra menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa lo pacaran sama Gevan?" Arkan mengulangi pertanyaan yang sama. Ia melepaskan cekalan tangannya.
"Karena gue sayang sama dia," balas Sandra datar.
Arkan melepaskan airpods nya, kemudian tersenyum miring. Namun dalam senyumannya, tersirat kepedihan yang tak mampu diungkapkan. "Enak ya jadi Gevan. Dia orang baru dalam hidup lo, tapi dengan mudahnya bisa deket sama lo. Nggak kayak gue yang udah nungguin lo bertahun-tahun,"
Sandra terkesiap tak menyangka kata-kata itu keluar dari mulut Arkan, cowok yang selama ini dikenal dingin dan cuek.
Sandra kira Arkan tidak lagi memiliki perasaan padanya.Sandra terdiam tak tau ingin berkata apa.
Arkan Kemabli mengangkat suaranya. "Lo tenang aja, gue udah ikhlas. Gue nggak akan ganggu kebahagiaan lo sama Gevan," Sandra bernapas lega dengan pernyataan Arkan.
"Thanks,Ar. Dan, maaf.." ucap Sandra berterima kasih atas pengertian Arkan, dan meminta maaf karena tak dapat membalas perasaan cowok itu yang sebenarnya sudah lama diketahui olehnya.
"Sandra," panggil Arkan menyebut nama Sandra, membuat gadis itu terkesima. Pasalnya semenjak bertemu dengan Arkan, baru kali ini ia menyebutkan namanya.
"Wanna talk about something?" tanya Sandra menebak isi pikiran Arkan.
Arkan mengangguk. Lelaki itu tampak menghembuskan nafasnya.
"Gevan nggak tau apa-apa tentang kejadian itu,""Maksud lo? Kenapa jadi bawa-bawa nama Gevan?" tanya Sandra tidak paham.
"Gue udah tau alasan lo nerima Gevan," Arkan berujar dingin.
"A-lasan apa sih? Lo ng-nggak jelas," ucap Sandra tiba-tiba diserang rasa gugupnya. Ia berbicara terbata-bata bak seseorang yang ketahuan mencuri.
"Gevan adiknya Drax, right? Dan lo mau jadiin Gevan sebagai sasaran balas dendam lo,"
Deg!
Sandra tak menduga bahwa Arkan mengetahui niat terselubungnya.
Sandra merutuki dirinya yang tiba-tiba mati kutu di hadapan Arkan. Namun ia berusaha bersikap biasa-biasa. Sandra menatap Arkan, dengan tangan yang ditumpuk di depan dada."Iya. Gue emang cuma mau balasin dendam gue melalui Gevan. Masalahnya sama lo apa?" Kalimat itu akhirnya keluar dari mulut Sandra.
"Gevan nggak salah. Satu hal yang harus lo tau, dia tulus sayang sama lo," ucap Arkan dengan wajah datarnya.
"Terus lo pikir gue peduli? Nggak sama sekali,"
"Sadar atau nggak sadar, lo juga sayang sama dia. Lo nggak bisa menampik hal itu,"
"Nggak usah sok tau. Gue nggak pernah sayang sama dia. Dari dulu bahkan sampai sekarang gue cuma cinta sama Ares asal lo tau!"
Krek! Anggap aja itu bunyi hati seseorang yang patah setelah mendengar ucapan Sandra. Seseorang yang diam-diam memerhatikan keduanya. Seseorang itu, Gevan.
"Sadar,San. Ares itu udah nggak ada. Yang pergi memang akan kembali, tapi lain halnya dengan orang yang udah berurusan dengan maut," Arkan berdecak frustasi.
"Ares emang udah nggak ada di dunia, tapi dia akan selalu ada disini dan disini," Sandra menunjuk dada dan kepalanya secara bergantian.
Arkan tak habis pikir dengan Sandra. "Jangan sampai Gevan yang nggak bersalah lo jadiin korban dari kesalahan yang sama sekali nggak dia perbuat,"
'Kalau pun ada orang yang pantas untuk dikorbankan, orang itu adalah gue. Maafin gue yang nggak punya keberanian buat jujur sama lo,San,' lanjut Arkan dalam hatinya.
"Lo nggak ngerti apa yang gue rasain, Ar. Lo nggak tau gimana rasanya jadi gue! Lo nggak pernah tau itu!" Sandra menaikkan oktaf suaranya.
"Gue ngerti apa lo rasain, gue ngerti. Gue tau lo sedih, gue tau lo terpuruk.... Tapi nggak gini caranya, nggak dengan mengorbankan perasaan Gevan," balas Arkan mulai terbawa suasana.
"Gue udah bilang gue nggak peduli sama dia,"
"Mulut lo mungkin bisa bohong, tapi nggak dengan mata lo. Mulut lo mungkin bisa bilang lo nggak sayang sama Gevan, tapi nyatanya.. hanya Gevan yang ada di mata lo,"
Sandra tertawa hampa menatap Arkan dengan tatapan kosong. "Kalaupun gue sayang sama Gevan, gue lebih milih buat mengesampingkan perasaan gue. Gue mau dia ngerasain apa yang selama ini gue rasain. Gue mau dia hancur!"
Arkan menggelengkan kepalanya tak percaya. "Lo berubah, lo nggak kayak dulu lagi. Lo egois,"
"Keadaan yang buat gue berubah. Dan takdir yang nggak pernah adil sama gue yang maksa gue buat jadi egois," Sandra tersenyum miring.
"Jangan sampai lo nyesel di akhir. Nggak akan gunanya,"
Sandra tersenyum mengejek. "Gue nggak akan nyesel," Sandra memalingkan wajahnya menatap sembarang arah.
Namun tiba-tiba tubuhnya menegang saat matanya menangkap sosok Gevan yang berdiri tidak jauh dari mereka, berarti Gevan mendengar semua pembicaraan mereka.
"Gevan.." ucap Sandra lirih, membuat Arkan mengikuti arah pandang Sandra.
Sementara Gevan menatap Sandra sembari memberikan senyum miringnya. Dengan tenang, Gevan melangkahkan kakinya, mendekati Sandra dan Arkan yang menatapnya dengan tatapan berbeda.
"Perbaiki sebelum lo nyesel," hanya mengucapkan itu, Arkan meninggalkan Sandra yang terdiam dengan segala pemikirannya.
Kini tinggallah mereka berdua di tempat itu. Sandra diam tak berniat untuk menjelaskan semuanya pada Gevan.
Gevan menatap Sandra yang tampak enggan untuk membalas tatapannya.
"Apa maksudnya, Ra?" tanya Gevan dengan suara berat yang terdengar serak. Sorot kekecewaan sangat tampak dalam netra nya."Gue rasa lo udah denger semuanya, jadi gue nggak perlu repot-repot buat jelasin lagi," balas Sandra dengan suara dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN SANDRA (END)
Teen FictionDia datang menaburkan banyak warna indah dalam hidupku. Namun aku lupa, bahwa kelabu juga bagian dari warna. Namanya Cassandra Liora. Seorang gadis dengan kisah kelam di masa lalunya yang mengubahnya menjadi sosok dingin tak tersentuh. Hingga rahas...