Part 51 | Menyerah

2.9K 240 220
                                    


Maap yaa klo typing aku suka salah T_T
Abisnya aku selesai ngetik lngsung publish. Jdi ya gitu deh:"(
Harap maklum yaa, aku masih butuh krisan dari kakak-kakak semua:)

Langsung baca yuk
Janlupp votmen yaawww💛💙

H A P P Y R E A D I N G✨

__________________________________

🌸🌸🌸

Jika memang sudah lelah dan ingin menyerah saja, tidak apa-apa.
Jika bertahan rasanya begitu sulit sekali, maka pergilah. Terkadang, ada beberapa yang harus kita lepas, karena memang tidak ditakdirkan menjadi milik kita.

∆∆∆

.
.
.
.
.
"Saya tidak peduli! Mau dia mati pun saya tidak peduli! Dia hanyalah anak haram!" suara bariton milik Ivander bergema memenuhi gendang telinga Sandra. Berulang kali gadis itu meyakinkan dirinya, berharap jika ia salah dengar.

'Anak haram? Jadi gue anak haram?' batin Sandra berteriak. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menghalau jauh pikiran buruknya.

"Buka mata kamu, Mas! Nggak ada yang namanya anak haram, semua anak itu sama. Dia hanya terlahir di waktu yang kurang tepat. Kamu harus inget, Mas Sandra itu anak kandung kamu!"

'Terlahir di waktu yang kurang tepat? Maksud Mama apa?'

"Dia anak kandung saya, dan itu adalah kenyataan yang paling saya benci. Saya tidak pernah sudi menginginkan dia lahir. Karena anak sialan itu, saya kehilangan orang yang paling saya cintai, asal kamu tahu!" Di tengah kebingungan yang melanda, Sandra tersenyum miris. Sejauh itu Papanya membenci Sandra bahkan untuk alasan yang sama sekali tidak Sandra ketahui.

"Cukup, Mas! Dari dulu kamu nggak pernah bisa nerima aku. Yang ada di pikiran kamu itu hanya Soraya. Inget, Mas. Soraya udah meninggal..."

"Saya tau jika Soraya sudah meninggal. Tapi sampai kapanpun saya tidak akan melupakan dia. Jika kau lupa, anak sialan itu yang sudah menyebabkan Soraya meninggal!"

"Kematian Soraya murni bukan atas kesalahan Sandra! Soraya sendiri yang lebih memilih nyawa anaknya daripada nyawanya sendiri! Dia tidak seperti kamu, Mas. Kamu hanya mementingkan dirimu sendiri!" di dalam sana, Giraya berteriak histeris tepat di depan wajah Ivander.

'Lebih memilih nyawa anaknya? Gue nggak ngerti!'

Sandra tidak ingin seperti kebanyakan pemain sinetron yang hanya mendengar sebagian dari pembicaraan, lalu pergi setelah menyimpulkan dengan sepihak, dan pada akhirnya berakhir dengan kesalahpahaman. Ia terus menguping pembicaraan Giraya dan Ivander yang entah bagaimana bisa terlibat pertengkaran seperti itu. Sungguh Sandra sangat penasaran. Anak haram, Soraya, meninggal. Tiga kata itu terus terulang-ulang di benak Sandra, semakin membuatnya untuk menemukan kebenaran tentang rasa penasarannya itu.

'Soraya itu siapa? Kenapa kematiannya disangkutpautin sama gue? Apa dia ada hubungannya sama ucapan papa yang bilang gue anak haram?'

"Sampai kapan kamu nyebut Sandra anak sialan? Kamu itu egois, Mas. Kamu cuma mikirin perasaan kamu sendiri. Nggak pernah mau tau gimana keadaan Sandra di luaran sana!"

BROKEN SANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang