Selamat menempuh bulan Februari.
Semoga bulan ini lebih baik dari bulan sebelumnya:):Don't forget to smile:)
Yang paling penting, don't forget to do homework gaiseuu 😭
makin numpuk aja yawlo🔫***
Terimakasih atas lukanya. Akan ku rawat hingga sembuh.
∆∆∆
Gadis itu menatap kedua pusara di depannya dengan pandangan kosong. Ia duduk berjongkok tepat di antara dua makam itu. Bahunya bergetar, hidung dan kedua matanya memerah, bibirnya yang kering dan pucat, serta kantung mata yang bertengger di bawah matanya membuat kondisi gadis itu terlihat menyediakan. Dengan isak tangis yang sesekali terdengar, ia menjatuhkan pandangan pada pusara itu.
"Kalian apa kabar disana? Sandra kangen, pengen ketemu kalian," lirihnya mengusap kedua nisan itu bergantian.
Ia menyapu lembut wajahnya membuat jejak air matanya sedikit memudar. "Sandra nggak kuat hidup sendiri. Sandra capek, Pa, Ma. Sandra pengen istirahat. Kenapa Sandra selalu menderita, Ma? Kenapa Sandra nggak bisa ngerasain bahagia, Pa?" keluh Sandra mengeluarkan curahannya. Ia memandangi kedua pusara itu bergantian. Tatapannya mendarat pada sebuah nisan yang bertuliskan nama sang Ayah. Ivander Leknard.
Sandra menundukkan kepalanya. "Andai Papa nggak pernah nitipin jantung Papa buat Sandra, pasti sekarang Sandra udah tenang nggak ada masalah yang ganggu Sandra, Pa. Pasti sekarang Sandra udah bisa senyum. Pasti sekarang Sandra udah ketemu sama Mama," bebernya menyesali keadaan. Ia menutup mulut dengan telapak tangannya, berusaha meredam suara tangisannya agar tidak pecah.
Ia menengadahkan kepalanya menatap langit yang kini tampak mendung. "Sandra pengen nyusul kalian. Tapi Sandra nggak mau buat pengorbanan Papa sia-sia. Doain Sandra, Pa. Semoga Sandra bisa bertahan hidup dan buat Papa dan Mama bahagia di sana," mohon gadis itu dengan suara Isak tangisnya yang perlahan menghilang.
Tatapannya berpindah pada makam di samping pusara Ivander. Ia menarik senyumnya lembut. Kabut tipis itu kembali menyelimuti netra-nya secara perlahan. Soraya Rosemarie. Nama yang terukir di batu nisan gelap itu. Dengan pelan, ia mengusap rentetan huruf itu, membayangkan jika ia tengah mengusap wajah sang Ibu.
"Mama..." bisiknya pelan seraya memegangi tanah makam yang menjadi tempat peristirahatan mendiang Ibu kandungnya itu.
"Maafin Sandra. Karena ngelahirin Sandra, Mama harus kehilangan kehidupan Mama. Pasti mama nyesel kan udah ngelahirin Sandra? Maaf, Ma, Sandra belum bisa membalas pengorbanan Mama. Cuma doa yang bisa Sandra berikan untuk Mama."
Sebisa mungkin Sandra menarik senyumnya. Ia tak ingin membuat Mamanya sedih karena melihatnya menangis. "Walaupun Sandra nggak pernah ngeliat wajah Mama, tapi Sandra sayang banget sama Mama. Sandra yakin di kehidupan selanjutnya, Sandra bisa ketemu sama Mama. Kita pasti akan bersatu."
"Sandra sayang Mama," bisiknya kemudian mencium lembut batu nisan itu.
"Sandra juga sayang Papa." Sandra berganti memberi kecupan pada nisan Ivander.
"Sandra pamit, Ma, Pa. Assalamualaikum."
Dengan pelan, ia membangkitkan tubuhnya. Kedua kakinya terasa lemas dan tak sanggup untuk menopang berat tubuhnya. Namun Sandra memaksakan dirinya. Ada satu makam yang masih harus ia kunjungi. Masih dia area pemakaman yang sama, gadis itu menyeret kakinya. Seraya memegangi sebuket bunga lily, ia mengambil langkah demi langkah hingga membawanya ke sebuah gundukan tanah yang diselimuti rumput hijau segar. Ia menarik tipis senyumnya saat melihat kondisi makam itu yang tampak terawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN SANDRA (END)
Novela JuvenilDia datang menaburkan banyak warna indah dalam hidupku. Namun aku lupa, bahwa kelabu juga bagian dari warna. Namanya Cassandra Liora. Seorang gadis dengan kisah kelam di masa lalunya yang mengubahnya menjadi sosok dingin tak tersentuh. Hingga rahas...