Dunia oranye menjadi tempat pelarian terbaikku saat daring tak lagi asik untuk diikuti 🙃
Semangat para pejuang deadline (:
_____________________________Jangan terburu-buru menyimpulkan kejadian demi membenarkan asumsi mu. Jangan sampai kau kecewa karena kesimpulan yang kau buat.
∆∆∆
***
Sandra keluar dari toilet dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Ia pergi ke toilet untuk memperbaiki mood -nya yang tiba-tiba saja berubah buruk saat berhadapan dengan Gevan. Entah kenapa setiap kali melihat cowok itu bersama dengan Samantha selalu saja berhasil memporak-porandakan perasaannya. Sejak pertama kali melihat gadis itu, feeling Sandra mengatakan jika Samantha bukanlah gadis yang baik. Namun Sandra tidak mempunyai kewajiban untuk menilainya secara sepihak.
Sebelah alis Sandra baik saat netranya menyorot seseorang yang berdiri di depan pintu toilet, menatapnya sembari menumpukkan kedua tangannya di atas dada. Orang itu sepertinya sejak tadi menunggu Sandra keluar dari toilet. Sandra tak menghiraukan. Ia tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan gadis itu.
"Tunggu!" cegah orang itu yang membuat Sandra terpaksa menghentikan langkahnya.
Sandra membalikkan badannya. Menatap si gadis dengan pandangan malas. "Gue nggak punya waktu untuk ngurusin orang kayak lo."
"Kamu orang yang sombong." gadis itu yang tak lain adalah Samantha berdecih sinis.
"Apa kesombongan gue buat lo rugi? Nggak kan? Jadi lebih baik lo diem aja," pungkas Sandra.
Samantha menggerakkan kakinya. Ia memutari tubuh Sandra, menatapnya dari atas sampai bawah dengan mata menelisik. "Kamu gadis yang sangat buruk."
Sandra menggertakkan giginya kuat. "Mau lo apa sih ?" semprotnya pada Samantha.
"...dan kasar," sambung Samantha mengejek Sandra.
"Lo nggak usah banyak bacot, sialan! Lo nggak tau apapun tentang gue. Berhenti berbicara seakan lo yang paling tau tentang gue!" sentak Sandra mendelik tajam.
Samantha menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Kenapa Gevan memilih gadis yang sangat menyedihkan seperti kamu? Tidak ada baiknya."
Sandra memejamkan matanya menahan gejolak emosi yang hampir meledak dari kepala cantiknya. "Sekali lagi gue tanya, mau lo apa?"
"Aku suka sama Gevan. Aku mau dia," adu Samantha dengan wajah angkuhnya. Ia menatap jemari lentiknya, memainkan kuku-kukunya yang dilapisi warna-warna yang mulai sedikit memudar. Sepertinya ia harus menggantinya dengan warna yang lebih cerah.
"Lo mau dia? Ambil kalau lo bisa." Sandra tersenyum miring. Benar dugaannya, gadis itu pasti menyukai Gevan.
"Tapi di hatinya selalu ada kamu! Sampai dia nggak pernah bisa melihatku!" gerutu Samantha kesal.
"Lo pikir gue peduli?" tanya Sandra tenang sembari mengedikkan bahunya acuh.
Samantha menatap Sandra sengit. "Pokoknya aku mau kamu jauhin Gevan!" desaknya menunjuk-nunjuk wajah Sandra.
Sandra menaikkan sebelah alisnya, menatap datar pada Samantha. "Emangnya gue ada deketin dia?"
Samantha mati kutu. 'Benar juga.'
"Intinya kamu harus jauhin dia dan deketin Gevan sama aku!" pinta Samantha tak tahu malu.
Sandra tergelak. Menurutnya ucapan Samantha adakah hal yang sangat konyol. Apakah gadis itu tidak malu mengatakan seperti itu? Benar-benar gila!
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN SANDRA (END)
Roman pour AdolescentsDia datang menaburkan banyak warna indah dalam hidupku. Namun aku lupa, bahwa kelabu juga bagian dari warna. Namanya Cassandra Liora. Seorang gadis dengan kisah kelam di masa lalunya yang mengubahnya menjadi sosok dingin tak tersentuh. Hingga rahas...