Part | 60 Sandra meninggal?

3.3K 223 239
                                    

Maaf yaa Je sering update, soalnya Je lagi ngejer end:(
Pengen banget ceritanya cepet end:) Dukung Je terus yaaa🤗

***

Aku tidak akan kemana-mana. Aku masih disini, masih menunggu. Aku ingin selalu ada. Karena aku tau bagaimana rasanya mencari dan tidak menemukan. Silahkan cari aku. 'Kan ku pastikan kau tidak akan merasakan hal yang sama.

∆∆∆

Derap langkah terdengar bertahap seiiring dengan langkah kaki Gevan yang menuruni jejeran anak tangga itu. Gevan menoleh ke kanan dan kiri bergantian, mencari keberadaan Papanya yang entah dimana. Namun batang hidung pria itu tak kunjung ia temukan. Sebelumnya ia sudah mencari ke ruangan kerja pria itu, namun hasilnya nihil. Gevan beralih ke samping belakang rumahnya. Instingnya membawanya ke tempat itu.

Gotcha!

Akhirnya Gevan menemukan keberadaan Januar. Ia menatap Papanya itu tak habis pikir. Bisa-bisanya Papanya itu bersantai ria ditemani secangkir kopi dan koran yang bertengger di tangannya. Sementara Gevan semalaman tidak bisa tidur hanya karena memikirkan ucapan Papanya.

"Pa," panggil Gevan memecahkan fokus pria itu. Gevan bersedekap dada, menatap Papanya malas.

"Bagaimana? Kamu setuju dengan Papa?" tanya Januar datar dengan mata yang setia membaca koran di tangannya, tanpa berniat untuk menatap putranya itu.

Gevan menghela nafas panjang. Semoga saja ia tidak akan menyesal dengan keputusannya. "Aksa mau kuliah di Jerman,"

Januar menoleh pada Gevan. Senyumnya terbit dengan sempurna. Ia meletakkan koran ditangannya, lalu mendekati Gevan. "Bagus. Ini yang pengen Papa denger dari kamu. Papa sudah siapkan keberangkatan mu. Besok kamu sudah harus check out," ucapnya merangkul Gevan sembari menepuk pundaknya lumayan keras.

Gevan tersentak. Ia menatap Papanya dengan tatapan tidak percaya. "Are you kidding me? Yang bener aja, Pa! Kok mendadak banget?" tanya Gevan tanpa sadar menaikkan oktaf suaranya.

Januar melepaskan rangkulannya. Pria itu mengedikkan bahunya acuh sembari duduk kembali di kursinya. "Papa sudah bilang semalam,"

Gevan menatap nyalang Papanya. Ia membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, namun ia urungkan. Mulut yang sempat terbuka itu kembali tertutup, digantikan oleh senyuman yang sangat manis namun terkesan terpaksa. "Terserah Papa aja,"

Gevan meninggalkan Papanya dengan perasaan jengkel. Yang benar saja, Gevan harus berangkat ke Jerman, besok? Huh! Daripada memikirkannya, lebih baik ia mengunjungi Sandra.

***

"Assalamualaikum," sapa Gevan pada Giraya yang tetap setia menemani Sandra. Gevan menarik senyumnya, setidaknya masih ada Giraya yang mau menjaga Sandra bila dia pergi nanti.

"Waalaikumsalam. Gevan nggak capek ya dateng ke sini terus," ucap wanita itu membalas salam Gevan.

Gevan menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, Tan. Gevan sendiri yang pengen. Tante pulang aja, istirahat. Tante pucet banget lho," ujar Gevan perhatian. Ia merasa tidak tega melihat wajah Mama Sandra yang sedikit pucat.

"Nggak perlu, tante disini aja. Tante mau ngomong bentar sama Gevan," tolaknya halus sambil menyentuh lembut lengan Gevan.

"Mau ngomong apa, Tan?" tanya Gevan sopan.

Giraya menatap Gevan sendu. Ia menghela nafas sebelum akhirnya membuka suaranya. "Gevan yakin mau nunggu Sandra? Tante nggak apa-apa kalau kamu mau nyari yang lain,"

BROKEN SANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang