Part | 33 Penjelasan Sandra

1.6K 228 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Kemana cinta yang selama ini kau ucapkan, jika mempercayai ku saja kau tidak bisa?

- Cassandra -

∆∆∆

"Buktinya udah ada di depan mata gue, dan lo bilang gue salah paham. Ngelawak lo?" Gevan menunjuk foto di ponselnya, dimana Sandra tengah berpelukan bersama seorang cowok yang tak dikenal oleh Gevan.

"Lo lebih percaya sama satu foto ketimbang gue?" tanya Sandra tak habis pikir.

"Kenapa nggak?" balas Gevan enteng.

"Gue minta break itu buat ngasih lo waktu buat berpikir. Bukannya malah nyari cowok lain. Emangnya lo nggak cukup satu cowok hah!?" sarkas Gevan lalu berbalik badan sembari melangkahkan kakinya.

"Van, tunggu!"

"Udah nggak ada yang perlu di bicarakan. Gue pergi," balas Gevan tetap melanjutkan langkahnya.

"Lo itu bukan bocah, lo udah gede! Lo cowok kan? Belajar nyelesaiin masalah, jangan malah ngehindar!" ucapan yang cenderung ke teriakan berhasil menghentikan langkah Gevan.

"Jelasin sekarang," ucap Gevan dingin.

Sandra tersenyum dalam diam, kemudian menceritakan kejadiannya pada Gevan.

Flashback.

Sandra tengah berada di salah satu supermarket untuk membeli beberapa camilan karena stok camilannya sudah dihabiskan oleh si laknat Gea. Sandra memutuskan untuk jalan kaki, karena jarak antara supermarket dan apartemennya yang tidak jauh.

Setelah membayar belanjaannya Sandra keluar dari supermarket sembari menenteng kantong kresek. Tiba-tiba Sandra merasakan tubuhnya bertubrukan dengan sesuatu. Sepertinya bukan bertubrukan, tetapi tubuh Sandra dipeluk oleh seseorang.

Cekrek!

Tanpa sepengetahuan Sandra, seseorang memotret Sandra yang masih berada dalam dekapan cowok itu.

Sementara Sandra masih terdiam akibat terlalu syok dipeluk oleh seseorang yang tak diketahuinya.

Bhuk!

Sandra menonjok kuat dada cowok itu setelah sadar bahwa cowok tersebut memeluk tubuhnya.

"Sembarangan ya lo main peluk aja," kesal Sandra menatap sengit cowok yang kini jatuh di jalan akibat ulahnya.

Cowok itu berdiri lalu menepuk-nepuk bokongnya untuk membersihkan debu yang menempel di celananya.

"Eh sorry, gue salah orang. Gue kira tadi elo itu pacar gue," ucap cowok itu meminta maaf, menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

'aneh,' batin Sandra merasa heran dengan alasannya yang tidak masuk akal. Posisi Sandra kan tidak memunggungi cowok itu, jadi wajahnya terlihat dengan jelas. Lagian cowok mana yang lupa dengan wajah pacarnya sendiri.

"Gilak lo, masak pacar sendiri nggak kenal," nyinyir Sandra memunguti barangnya yang tadi tidak sengaja dilemparnya karena terlalu semangat menonjok cowok itu.

"Sekali lagi gue minta maaf," cowok itu membantu Sandra untuk memasukkan barangnya ke dalam kantong kresek.

Sandra mengangguk tak ingin memperpanjang masalah. "Gue duluan,"
.
.
.

"Dan lo kira gue percaya?" Sandra tak menyangka dengan balasan Gevan. Apakah cowok itu masih belum bisa mempercayainya.

"Lo harus percaya sama gue. Gue nggak bohong," ucap Sandra berusaha menyakinkan Gevan.

"Kenapa gue harus percaya sama lo?Bisa aja kan lo ngarang cerita," Sandra menggeleng-gelengkan kepalanya tak setuju dengan asumsi Gevan.

"Terserah lo mau ngelakuin apa pun yang lo mau. Gue nggak akan ngatur-ngatur lo lagi," ucap Gevan memalingkan wajahnya.

"Lo selalu bilang lo cinta sama gue. Tapi nyatanya apa? Cinta lo itu nggak lebih dari sampah. Bahkan cinta yang selalu lo agung-agungkan itu nggak ada apa-apanya dibandingkan sebuah foto yang lo sendiri nggak tau kebenarannya," Sandra mengeluarkan semua perkataan yang sedari tadi dipendamnya. Bahkan air matanya kini meleleh dari pelupuk matanya.

Gevan hanya diam tak menjawab. Hatinya juga ikut sakit, apalagi melihat air mata Sandra. Jujur, Gevan lemah dengan air mata itu.

"Gue kecewa sama lo hiks. Lo bahkan nggak bisa percaya sama gue, dan lo bilang lo cinta sama gue? Buang jauh-jauh cinta sialan lo itu, gue nggak butuh,"

Gevan tak tahan lagi melihat Sandra menangis. Ia menarik Sandra ke dalam dekapannya. Sandra memberontak, namun kekuatannya kalah dengan Gevan.

"Maaf," ucap Gevan yang lebih ke bisikan.

Sandra tak menjawab, ia berusaha melepaskan pelukan Gevan sebelum air matanya mengalir semakin deras.

Berhasil melepaskan diri dari, Sandra berlari meninggalkan Gevan. Gevan hanya diam menatap kepergian Sandra, tak berniat untuk mengejarnya.

Keduanya sama-sama rapuh, sama-sama sakit, dan sama-sama cinta.
Namun, ego mengalahkan segalanya.

BROKEN SANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang