Part 59 | Berpisah

2.6K 196 191
                                    

Jeje update hihi-!
Janlup votmen.
Jeje yakin, kalian semua baik dan pelit hehe☺️♥️

Happy reading yaa.
Enjoy story.

***

Egoiskah aku yang hanya menginginkan kebersamaan tanpa adanya perpisahan?

∆∆∆

Satu tahun. Mungkin bagi kalian yang mendengarnya, satu tahun itu adalah waktu yang singkat untuk dijalani. Tapi tidak bagi Gevan. Satu tahun itu ia lalui dengan sangat panjang tanpa adanya kehadiran gadis itu di hidupnya. Satu tahun belakangan, setengah waktu Gevan ia pakai untuk menjaga Sandra di Rumah Sakit. Sudah satu tahun ini juga Sandra melewati masa komanya, namun gadis itu tak kunjung sadar bahkan tak mengalami peningkatan sama sekali.

Hari ini, Gevan kembali menginjakkan kakinya di tempat yang sudah sering dikunjunginya itu. Tentu saja untuk melihat gadis kesayangannya. Setelah menyusuri lorong rumah sakit dan melewati ruang demi ruang, kini sampailah Gevan di tempat Sandra.

Cowok itu menarik sedikit senyuman. Senyum kecil yang semoga saja dapat menyamarkan sesak di dadanya. Semuanya masih sama. Sepi, sunyi, dan hening. Hanya ada suara mesin EKG yang berbunyi seiring detak jantung Sandra yang berdetak teratur. Mata itu, mata yang dulu selalu mengeluarkan tatapan tajam dan sorot dingin bagi siapa saja yang melihatnya. Namun kini, mata bak telaga jernih itu terpejam damai tak lagi memancarkan cahaya. 

"Lo betah banget tidurnya. Nggak bosen hem?" Gevan menyapu lembut surai indah milik Sandra. Ia tersenyum memandangi wajah cantik gadisnya walaupun terlihat pucat. Gadisnya ya? Apa Gevan masih pantas menyebutnya seperti itu?

"Gue kangen banget sama lo," ucap Gevan menyentuh pelan hidung mancung Sandra. Gevan terkekeh kecil membayangkan jika ia melakukannya saat Sandra sadar, pasti gadis itu akan menatap Gevan geram sembari menautkan kedua alisnya. Oh jangan lupakan bibirnya yang mengerucut kesal. Mengingatnya saja sudah membuat Gevan gemas.

"Lo kapan bangunnya sih, Ra.  Gue pengen perbaikin semuanya. Gue pengen kita kayak dulu lagi," ujar Gevan memainkan rambut pirang Sandra. Cowok itu terus berceloteh seorang diri. Merangkai kata demi kata hingga membentuk suatu cerita. Satu yang diyakini Gevan, Sandra pasti bisa mendengar semua yang diucapkannya. Namun sayang, selama Gevan berceloteh panjang, ia tak sedikitpun mendapat balasan. Gadis itu masih betah dalam tidurnya.

Drrt! drrt!

Gevan merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih nya dari sana saat merasakan benda itu bergetar. Ia tebak pasti itu adalah telepon dari Mamanya. Dan benar, sesuai dugaannya.

"Iya, Ma?"

Gevan mendesah kasar mendengar ucapan Bunga di seberang sana. Ini sudah menjadi rutinitasnya. Menjaga Sandra sampai malam, lalu pulang saat Bunga sudah menyuruhnya. "Ini Aksa juga mau pulang,"

"Iya, Ma. Ini beneran mau pulang. Aksa tutup dulu," ucap cowok itu segera memutuskan panggilan.

Tatapannya beralih pada Sandra. Menarik senyum manisnya, ia mengacak pelan rambut si gadis. "Gue pulang dulu ya. Besok gue pasti dateng lagi," cowok itu berujar dengan tangannya yang mengelus rambut Sandra.

"Cepet bangun, putri tidur," lirihnya lalu mengecup kening Sandra lama.

Cup.

***

Ninja merah itu terparkir tepat di sebuah rumah mewah bernuansa Eropa. Gerbang besar itu dengan otomatis terbuka memudahkan Gevan untuk memasuki pekarangan rumah sembari memacu si merahnya. Setelah menuruni motornya, ia menyampirkan helm nya di salah satu stang motor dan mulai memasuki kediamannya.

BROKEN SANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang