Part | 42 Dia datang

1.5K 222 40
                                    

Terkadang, diam jauh lebih baik dalam menyikapi keadaan daripada bersikeras memaksa orang lain untuk sekedar memahami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, diam jauh lebih baik dalam menyikapi keadaan daripada bersikeras memaksa orang lain untuk sekedar memahami.

- Gevan -

∆∆∆

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif-"

Gevan membanting kasar handphone nya saat lagi-lagi suara operator sialan itu yang terdengar di telinganya. Seminggu sudah ia tak pernah mendengar kabar dari Sandra. Gadis itu seolah hilang di telan bumi. Gevan sudah berusaha mencari tahu keadaan Sandra melalui orang-orang yang mengenalnya.

Namun orang-orang itu tak sedikit pun mampu mengurangi kecemasannya. Gevan pun tak pernah mengunjungi apartemen Sandra. Cowok itu terlalu naif untuk menampakkan dirinya di depan Sandra. Namun kali ini, sepertinya Gevan harus mengalahkan egonya. Ya, dia berniat ingin mengecek apartemen Sandra. Memakai jaket hitamnya dengan terburu-buru dan segera mengeluarkan kunci motornya, Gevan menyeret tubuhnya menyusuri petak demi petak lantai kamarnya.

"Aksa mau kemana?" tanya Bunga yang melihat putranya itu berjalan sembari menenteng kunci motor. Gevan yang ditanyai pun menoleh pada Bunga yang tengah menonton acara gosip yang saat ini tengah hangat-hangatnya dibicarakan.

Ia memberi sedikit senyuman pada Bunga. "Aksa mau keluar bentar, Mah. Bosen di rumah," jawab Gevan yang tentu saja dibumbui kebohongan.

Bunga mengangguk paham dengan bibirnya yang membentuk huruf O.
"Oh iya, Rara kok nggak pernah main ke rumah sih? Mamah kangen banget lho sama dia," keluh Bunga menanyakan Sandra yang memang akhir-akhir ini sangat jarang mampir ke kediamannya.

Gevan menggaruk kikuk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus menjawab apa. Terhitung sejak kejadian di apartemen Sandra tempo hari, keduanya sudah jarang bertemu, bahkan hanya untuk sekedar bertukar sapa.

"Sandra nggak sempet, Mah. Dia mah sibuk orangnya," Gevan menjawab dengan mata yang tak tertuju pada Bunga. Dan Bunga tahu jika anaknya itu sedang berbohong.

Mengambil remote yang terletak di atas meja sofa, Bunga mengecilkan volume TV lalu menoleh kembali pada Gevan. "Aksa sini Deket Mamah," panggilnya melambaikan tangan mengisyaratkan Gevan untuk mendekat.

Gevan menurut. Ia melangkah pada Bunga dan mengambil bagian di samping wanita itu. "Mau cerita sama Mamah?" tanya Bunga lembut yang entah sejak kapan tangannya sudah bertengger di kepala Gevan, mengelus sayang rambut putra bungsunya itu.

Gevan menghela nafasnya. Mamahnya memang yang mengerti dirinya, bahkan sebelum Gevan memberitahu.
"Aksa berantem sama Sandra, Ma. Dan sekarang dia ngejauh dari Aksa. Sebenernya sih salah Aksa juga. Aksa udah jahat ngomong yang nggak-nggak sama dia," ucap cowok itu mulai membeberkan keluh kesahnya.

"Oh ya? Emangnya Aksa ngomong aja sama Rara? Kenapa Rara sampe jauhin Aksa gitu?" tanya Bunga penasaran masih dengan tangan yang setia mengelus-elus rambut Gevan.

BROKEN SANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang