P r o l o g

97.8K 4.3K 85
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Vanilla Almira binti Dhimas Aryasena dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas sebanyak lima puluh gram dibayar tunai," ucap Lukas Prajnawirapati dengan lugas tanpa ada salah dan cela dalam pengucapan ijab kabulnya.

"Bagaimana, apakah sah?" tanya sang penghulu bertanya kepada para saksi.

"Sah, sah," jawab para saksi satu persatu.

"Alhamdulillah," ucap syukur sang penghulu lalu melafalkan doa.

Saat doa dikumandangkan, seluruh keluarga mengucap syukur, senyum-senyum terpancar dari para tamu undangan, ada seorang gadis yang menangis seorang diri di dalam sebuah ruangan. Menatap dirinya di hadapan cermin dengan riasan wajah, rambut serta kebaya putih yang dipakai selayaknya pengantin. Dialah Vanilla Almira, sang mempelai wanita, meratapi nasibnya sendiri yang sudah diatur oleh keluarganya tanpa ia bisa tolak. Beberapa kali matanya melirik ke layar ponsel yang aplikasi chat-nya masih terbuka. Sebuah pesan teks yang baru saja ia kirimkan, hanya menampilkan satu ceklis-tanda bahwa sang penerima pesan belum membacanya.

Vanilla Almira

Jun, sekarang aku resmi menjadi istri Kak Lukas. Aku harus gimana? Udah nggak ada jalan keluar lagi.
Aku mau kabur aja rasanya.
Tolong aku.
Jun, kita kabur sama-sama ya?

Begitu isi pesan yang Vani kirimkan ke laki-laki bernama Jun.

"Vani," panggil seseorang.

Vani enggan menoleh, dia menatap bayangan sepupunya yang baru masuk ke dalam ruangan.

"Van, keluar yuk!" ajak Mala-sepupunya itu. "Penghulunya udah nunggu, Kak Lukas juga, kalian harus tanda tangan buku nikah."

Vani menggelengkan kepalanya.

"Gue nggak bisa, Mal," ungkap Vani.

"Nggak bisa apa?"

"Nggak bisa lanjutin pernikahan ini."

"Lo udah gila? Kak Lukas udah ijab kabul, saksi udah bilang kalian sah, gimana ceritanya nggak lanjutin pernikahan?" bantah Mala.

Mala menghela napasnya lalu menarik sepupunya itu ke dalam pelukan, dia tahu betapa sepupunya itu sangat butuh ditenangkan emosinya.

"Sabar ya," ucap Mala menenangkan Vani sambil mengusap punggung gadis itu. "Sekarang kita keluar, yuk! Nggak enak sama tamu undangan dan keluarga."

Mala membantu menghapus air mata Vani dan menambahkan bedak ke wajah Vani agar tidak terlihat sisa-sisa air mata di sana. Dia juga menuntun gadis itu berjalan keluar ruangan menuju ke ruangan lainnya tempat proses ijab kabul dilaksanakan. Sudah ada kedua orang tuanya, sanak keluarga, serta tamu undangan lainnya yang Vani tak begitu kenal.

Tak ada senyum di wajah Vani, bahkan saat dia menatap laki-laki yang saat ini telah resmi menjadi suaminya itu. Jika Vani bisa, dia ingin segera menumpahkan air mata, agar semua orang tahu kalau pernikahan ini sangat ditentangnya.

"Nah, ini buku nikahnya, silakan kedua mempelai menandatangani buku nikah ini," pinta sang penghulu.

kedua pasang pengantin baru itu menandatangani buku nikah satu persatu lalu disusul oleh para saksi, setelah itu keduanya melakukan proses bertukar cincin. Saat akan melakukan sesi pemotretan mata Vani membulat, kemudian derai yang setengah mati ia tahan kini tumpah seluruhnya. Dia melihat Jun--kekasihnya, berdiri di antara para tamu menatapnya dengan tatapan sedih yang menyiksa.

Tak kuasa menahan gejolak emosi, Vani ambruk, tubuhnya melunglai tak sadarkan diri, membuat semua orang yang ada di ruangan itu, tak terkecuali Lukas dan Jun menjadi panik dibuatnya.

Dengan sangat gentle, Lukas mengangkat tubuh Vani yang tak sadarkan diri untuk dipindahkan ke ruangan yang sebelumnya digunakan oleh Vani untuk menunggu.

"Kak mau aku bantu?" Mala menawarkan diri.

"Nggak perlu, saya suaminya. Saya bisa urus istri saya sendiri," tolak Lukas. "Tapi tolong--" Lukas menggantung ucapannya.

"Iya, Kak?" tanya Mala.

"Minta security untuk usir laki-laki itu dari sini!" perintah Lukas dengan tegas.

<The Substitute>

.will be continued.

will be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang