"Jadi. Kapan aku bisa mendengar penjelasanmu?"
Pertanyaan itu terucap di dalam mobil begitu Arsya menyelesaikan kegiatan pertama dari jadwalnya. Bertemu dengan Martha. Membahas tentang gaun pengantinnya. Hal yang pada akhirnya Arsya serahkan pada Martha. Karena Arsya harus mengakui dia tidak punya sense of fashion. Arsya memang bisa sedikit mix and match. Tapi Arsya tidak tau banyak tentang fashion, terutama gaun pengantin. Jadi Arsya hanya berpesan pada Martha, agar gaun pengantin nya tidak terlalu berlebihan. Dan yang paling penting. Tanpa ekor panjang menjalar bermeter-meter. Karena Arsya yakin dirinya pasti akan merusak ekor gaun itu dengan sengaja atau tidak.
"Putri Ar..." Maiza segera mengkoreksi diri sendiri begitu Arsya mengerutkan kening. "Nona Arsya. Tidak bisakah kita melakukan sesuatu tanpa membuat kesepakatan?"
Arsya mengangkat bahu dengan muka polos untuk menanggapi protes Maiza itu. "Karena jadwal hari ini begitu... hm... secara halus, aneh dan tidak biasa untuk orang biasa sepertiku. Jadi aku rasa aku berhak mendapatkan sedikit hiburan. Dan karena kamu begitu perfeksionis dalam menjalankan pekerjaanmu. Aku pun senang kamu setuju dengan kesepakatan kita."
Maiza yang duduk di kursi penumpang depan bersama Carnell yang sedang menyetir, menghela nafas mendengar jawabannya. Sementara Carnell terlihat jelas sedang menahan senyum.
"Jadi." Lanjut Arsya. "Sekarang bertahu kenapa kalian saling bertukar pandang dan tersenyum penuh arti setelah apa yang dilakukan Pangeran Arka padaku tadi pagi di dapur?"
Sekali lagi Maiza menghela nafas dan memandang lurus ke depan, di jalanan yang tampak lengang siang ini. Tapi saudara sepersusuan Arka itu terlihat mulai menyerah. "Karena sudah lama kami tidak melihat Pangeran Arka menjadi dirinya sendiri."
Jawaban Maiza itu membuat Arsya mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"
Maiza kembali terdiam dan memandangi Arsya. Seakan berusaha memutuskan apakah harus menceritakan lebih lanjut atau tidak. Kemudian wanita cantik itu mengarahkan pandangan nya kearah Carnell. Entah bagaimana, pria itu bisa merasakan pandangan Maiza. Keduanya saling pandang selama beberapa saat sebelum Carnell mengangkat bahunya.
"Aku akan menceritakan nya. Toh cepat atau lambat Jilly akan membahas tentang itu dalam liputannya." Maiza berkata seakan menanggapi perkataan tanpa suara Carnell. Kemudian Maiza kembali memiringkan posisi duduknya agar bisa menatap Arsya. "Jadi, Pangeran Arka yang dulu ku kenal adalah cowok jahil yang selalu ceria. Dia selalu bisa menghidupkan suasana. Karena pangeran Arka sejak kecil sudah cerdas dan humoris."
"Kamu yakin sedang membicarakan tentang Pangeran Arka?"
Kalimat tanya Arsya itu penuh dengan keraguan. Tentu saja. Karena apa yang dikatakan Maiza sangatlah jauh dari gambaran Arka sat ini. Mungkin salah satu persona Arka lainnya. Tapi jelas bukan Arka yang Arsya kenal.
"Melihat sikap Pangeran Arka saat ini memang sulit untuk mendapatkan gambaran itu." Jawab Maiza. "Tapi siapapun yang mengenal Pangeran Arka dari kecil pasti akan sepakat denganku. Juga orang-orang yang dekat Pangeran Arka. Itulah karakter Pangeran Arka yang sesungguhnya. Karena itulah saat melihatnya menjahilmu serta bagaimana ekspresinya saat bersamamu. Aku dan Carnell tau, Pangeran Arka kembali menjadi dirinya sendiri."
Karena masih sulit bagi Arsya untuk menggambarkan Arka dengan karakter seperti yang dikatakan Maiza. Arsya pun mencoba untuk membelokkan arah pembicaraan ini. Lebih baik mereka membahas tentang perubahan sikap Arka. Daripada terfokus pada sikap Arka padanya.
"Oke. Katakan lah aku percaya dengan penjelasan mu tentang karakter Pangeran Arka." Arsya memandang Maiza dengan penuh rasa penasaran. "Lalu kenapa dia tiba-tiba berubah? Bahkan bisa dibilang berubah 180 derajat dari gambaran yang baru saja kamu berikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...