Tiga Puluh Delapan

568 101 3
                                    

Sejak kecil Arsya tidak pernah benar-benar memiliki gambaran pesta pernikahan impian. Tapi setelah melihat dan terlibat dalam pesta pernikahan kerabat dan sepupu nya yang menggunakan berbagai adat tradisional. Arsya seketika itu juga memutuskan tidak ingin pesta pernikahan megah dengan banyaknya keribetan persiapan, tata cara, rangkaian acara dan pantangan pernikahan sesuai dengan adat yang dijadikan tema. Tidak terima kasih. Arsya hanya ingin pesta pernikahan sederhana yang akan berlangsung beberapa jam tepat setelah akad dengan dihadiri orang-orang terdekat saja.

Hari ini bisa dibilang hal yang diinginkan dan tidak diharapkan oleh Arsya benar-benar terjadi. Acara akad nikah Arsya memang hanya dihadiri orang-orang terdekat Arsya dan Arka. Sang Raja dan Ratu, ibu dan adik Arsya, Galen dan Callinda, Maiza, Carnell, dan tentu saja beberapa bodyguard. Pesta pernikahan pun dilaksanakan beberapa saat setelah akad, setelah Arka memastikan ibu dan adik Arsya berada dalam pesawat menuju Indonesia. Tapi tentu saja pesta itu akan dihadiri banyak orang dan bahkan dilihat oleh hampir seluruh rakyat Chartreuse karena memang setelah akad segala rangkaian pernikahan Arka dan Arsya disiarkan secara langsung oleh hampir semua stasiun televisi yang ada di Chartreuse.

Arsya juga tidak merasakan keribetan persiapan, tata cara ataupun pantangan khas pesta pernikahan adat. Well, kecuali dengan mendengar dengan seksama jadwal dari Marnie dan Marrie. Atau sedikit berdebat dengan Martha tentang gaun pengantin nya saat wanita itu ingin menambahkan berbagai batu mewah sebagai hiasan gaun Arsya. Arsya berhasil memenangkan perdebatan dengan Martha. Tapi sayangnya Arsya tetap harus mengikuti rangkaian acara yang dimulai dari pagi buta dan bahkan mungkin akan berakhir di tengah malam yang telah tersusun rapi di jadwal yang diberikan Marnie dan Marrie.

Setelah prosesi akad nikah selesai, Arka dan Arsya segera dibawa berpindah ke Greeny, ibu kota dari Chartreuse. Mereka berakhir di Jade Castle, kastil yang diwariskan secara turun temurun untuk putra mahkota yang berada di tengah kota. Kastil yang baru pertama kali di datangi Arsya. Tapi sayangnya Arsya tidak memiliki banyak waktu untuk terkagum-kagum dengan keindahan arsitekturnya. Karena begitu mereka tiba disana, pasukan berkuda dan kereta kuda terbuka telah menunggu mereka. 

Iya. Royal Wedding Parade. Arka dan Arsya harus menjalankan tugas pertama mereka sebagai pasangan kerajaan dengan menyapa rakyat Chartreuse. Para rakyat yang sangat antusias sehingga banyak yang sudah berkumpul bahkan berkema sehari sebelumnya di dekat gerbang Jade Castle.

Pelajaran pertama yang diambil Arsya hari itu. Bahwa dengan menjadi istri dari seorang Putra Mahkota adalah harus berusaha keras agar otot wajah dan tangan tidak kaku karena harus terus memasang senyum dan melambaikan tangan saat berhadapan dengan rakyatnya. Hal itu berarti Arsya harus terus menarik kedua ujung bibir nya dan menggerakkan telapak tanganya, sejak pintu gerbang Jade Castle dibuka hingga kereta kuda yang mereka tumpangi tiba di Emerald Palace. Istana Kerajaan Chartreuse.

Setelah berhasil melewati tantangan pertama dengan selamat. Arsya kini dihadapkan pada tantangan kedua. Upacara pengukuhan pernikahan mereka dan penobatannya sebagai putri dari Kerajaan Charteruse. Arsya tidak terlalu cemas dengan acara pengukuhan pernikahan, karena memang Arka dan Arsya hanya perlu menjawab 'Hye, eim dose' yang berarti 'iya, saya bersedia', setelah Raja Audric membacakan janji pernikahan dalam Bahasa asli Chartreuse, yang diucapkan secara turun temurun.

Hal menegangkan bagi Arsya justru terjadi setelah upacara pengukuhan. Upacara penobatan. Meski Arka sudah mengartikan tiap kata dari sumpah yang akan diucapkan Arsya. Sehingga Arsya kini mampu menghafal semuanya. Tapi tetap saja keringat dingin terasa menuruni punggungnya. Arsya bahkan harus beberapa kali menelan ludah karena rasanya ada gumpalan di tenggorakannya yang bisa membuatnya kesulitan mengeluarkan suara ataupun bernafas.

Ketegangan itu melingkupi Arsya hingga rasanya Arsya bisa pingsan begitu saja saat dirinya melakukan sedikit kesalahan. Tapi saat mata Arsya terfokus pada gerakan Raja Audric mengambil gulungan perkamen yang berisi sumpah yang akan diucapkan Arsya. Kehangatan tiba-tiba melingkupi telapak tangan Arsya yang berbalut sarung tangan indah berbahan brukat buatan Martha. Kehangatan yang mampu menembus sarung tangan putih itu dan menyebar keseluruh tubuh Arsya. Hingga kehangatan itu akhirnya mampu mengusir rasa dingin dan kecemasan dari tubuh Arsya.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang