Lima

777 127 15
                                    

"Dia harus dipenjara." Ucap Arka dengan kekesalan yang kentara. Bukan hanya karena rencana nya berantakan. Tapi juga karena baru kali ini ada gadis yang berani bertengkar hebat dengan Arka. "Dia adalah penipu."

"Kamu tidak akan mengirim seorang gadis ke penjara karena dia menyiram mu dan mengatakan kebenaran yang seharusnya sudah kamu ketahui 'kan?" Raja Audric tersenyum penuh arti karena mengenal betul karakter putranya itu.

Apa yang dikatakan ayahnya itu benar adanya. Arka tidak akan melakukan hal itu. Meskipun memang ini adalah kali pertama ada seorang gadis yang berani menyiram Arka dan menasehatinya. Apa yang dilakukan gadis itu pada Arka tadi adalah perlakuan terbarbar yang pernah Arka terima dari lawan jenisnya. Walaupun Arka tau dan sadar bahwa apa yang telah dilakukannya pada gadis itu memang sama sekali jauh dari sikap gentleman. Tapi Arka tidak ingin mengakuinya. Jadi jangan tanya betapa kesalnya Arka saat ini.

"Bagaimana pun Dia sudah mengaku-aku sebagai Kayla, Ayahanda." Arka berkata dengan nada defensif. "Dan aku sama sekali tidak percaya dengan yang namanya kebetulan. Kenapa dia muncul di Bandara hari ini dengan pakaian dan koper yang sama persis dengan ciri-ciri Kayla kalau dia tidak berniat menipu?"

Raja Audric menggeleng melihat kekeras kepalaan Arka. "Pertama. Kamu hanya memanggilku Ayahanda saat kamu sedang marah dan merasa bersalah. Dan aku yakin saat ini kamu juga merasa bersalah pada gadis itu. Kedua. Carnell sudah mengecek paspor dan ID card gadis itu pada Kemendagri Indonesia yang menyatakan data ini asli dan sudah di buat bertahun-tahun yang lalu. Jadi dia tidak mengaku-aku sebagai Kayla. Karena memang namanya memiliki unsur Kayla. Ketiga. Bukti boarding pass yang menunjukkan tujuan awal gadis ini adalah ke Lombok juga..."

Perkataan Raja Audric terpotong oleh bunyi ketukan tiga kali di pintu dan pintu yang terbuka. Ratu Athreya. Karena ini bukan istana dimana pasti ada pelayan yang akan menginformasikan kehadirannya. Ratu Athreya memiliki kebiasaan mengetuk tiga kali sebelum membuka pintu. Dengan atau tanpa izin siapapun yang ada dalam ruangan. Karena bagaimanapun Athreya adalah sang Ratu yang memiliki otoritas untuk memasuki ruangan manapun yang dia mau.

"Gadis itu adalah keturanan Shahenda." Ucap Sang Ratu sambil duduk di sofa samping Raja Audric. Sementara Galen menutup kembali pintu ruang kerja Arka yang ada di dalam mansion nya itu. "Aku baru saja ke kamar gadis itu. Arsya. Kebetulan dia baru selesai mandi. Masih dalam balutan handuk dan sedang melepaskan contact lens nya."

Informasi berlebihan dari sang Ratu itu membuat Arka mengerang dalam hati. Bagaimanapun kesalnya Arka pada gadis itu. Tapi saat melihat tubuh gadis itu basah kuyup hingga lekuk tubuhnya terlihat, Arka kesulitan mengalihkan pandangannya dari gadis bernama Arsya itu. Dan kini, begitu mendengar perkataan Ratu Athreya barusan. Bayangan gadis itu hanya dalam balutan handuk, terbayang jelas di otak Arka. Tubuh berisi dengan lekuk yang pas itu, sangat berbeda dengan tubuh wanita-wanita lain yang selalu diet untuk menjaga tubuh kurus mereka. Tidak. Arka tidak terlalu menyukai tubuh wanita yang seperti jam pasir. Arka justru menyukai tubuh dengan lekuk seperti gitar Spanyol seperti milik Ars...

Shit! Ini bukan waktu nya membayangkan tubuh gadis itu. Apalagi tertarik padanya. Karena bisa saja gadis itu adalah orang bayaran yang dikirimkan oleh pihak-pihak tertentu.

"Aku berani bersaksi bahwa dia adalah keturunan Shahenda." Suara Ratu Athreya langsung menarik Arka dari pikirannya yang tidak fokus karena gadis yang kini tinggal di bawah satu atap dengannya. "Mata hijau nya yang tertutup contact lens coklat, adalah mata hijau zamrud khas keturunan Shahenda. Bahkan tidak hanya itu. Gadis itu juga memiliki tanda lahir tepat di atas jantungnya. Tanda lahir yang berbentuk pulau Candella dan Belva tepat seperti yang tergambar di peta kerajaan Chartreuse."

Informasi dari Ratu Athreya itu membuat mata Raja Audric dan Galen membesar dengan keterkejutan. Sementara Arka kembali harus berusaha keras untuk tidak membayangkan bagaimana kedua pulau itu tergambar tepat di atas jantung Arsya, yang berarti berada di atas... Shit! Seharusnya Arka merasa kesal pada Arsya. Tapi kini Arka lebih merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengendalikan pikiran dan reaksi tubuhnya dari Arsya.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang