Dua Puluh Delapan

574 91 2
                                        

"Kamu berubah."

Pernyataan itu disampaikan Kayla begitu wanita itu duduk di hadapan Arka di dalam ruang kerja nya. Tapi fokus Arka pada map tebal berisi laporan dari Carnell sama sekali tidak teralihkan. Matanya masih tertuju pada setiap detail kedatangan Kayla di Chartreuse. Dari pesawat yang ditumpangi nya. Hingga detail waktu pergerakan Kayla dari bandara menuju Corral Mansion.

Kayla memang adalah teman Arka sejak kecil. Juga manta kekasih mendiang kakak nya, Pangeran Rivandra. Tapi bukan berarti Arka bisa percaya begitu saja pada Kayla. Terlebih setelah wanita itu tiba-tiba menghilang saat hendak pergi ke Chartreuse. Kemunculannya seminggu sebelum pernikahan Arka dan Arsya, hanya meningkatkan kecurigaan Arka pada Kayla.

"Kita sudah lama tidak bertemu Kayla." Ucap Arka sambil menutup map biru tebal nya dan meletakkan nya diatas meja kerja. Kemudian Arka pun mengalihkan fokusnya pada Kayla. "Jadi aku tidak tau perubahan apa yang kamu maksud."

"Sikapmu pada wanita itu." Kayla mengangkat bahunya. "Arka yang kukenal tidak semudah itu akrab dengan orang asing. Apalagi menggoda dan menyeringai seperti yang kamu lakukan tadi."

"Meski aku belum mengenalkan kalian. Aku yakin kamu sudah tau namanya. Dia adalah Arsya. Dan dia adalah calon istriku."

Kayla mengangguk. "Aku sudah membaca berita nya. Aku hanya tidak menduga kamu memberikan posisiku pada wanita asing yang tidak pernah kau kenal sebelumnya."

"Dengar. Meski benar aku pernah meminta bantuanmu untuk menjadi calon istriku. Posisi itu tidak pernah jadi milikmu karena kamu tidak pernah sampai di Chartreuse untuk mengklaim nya." Arka berkata sambil meletakkan tangan kanan nya di atas meja dan mengetuk-ketukan jari jemarinya. "Jadi Kayla, katakana padaku. Dimana kamu selama ini? Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran dan menghilang? Dan apa yang kamu lakukan dan inginkan sekarang?"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Tidak. Pangeran Arka tidak akan suka ini."

Maiza menggeleng tegas pada staff Departemen Rumah Tangga Istana dan Staff Depertement PR yang baru saja memberikan jadwal baru untuk Arsya. Sementara dua wanita dengan setelan kerja berwarna merah dan rambut blonde rapi di depan nya menatap Maiza dengan padangan yang jauh dari kata bersahabat. Well, jelas Marie dan Marnie yang gaya mereka mengingatkan Arsya pada pramugari salah satu maskapai penerbangan international di Australia itu, tidak suka kalau jadwal yang sudah mereka susun ditolak.

"Siapa pembawa acara talk show ini?" Arsya berusaha menengahi ketegangan di antara ketiga wanita cantik itu.

"Miss Jilly." Jawab Marnie, staff Departement PR yang memiliki tubuh tinggi semampai yang tidak kalah dari model atau pramugari sungguhan. "Anda hanya akan tampil dalam dua sesi yang dipisahkan dengan dua sampai tiga iklan kerajaan. Sementara setiap sesinya hanya berdurasi sepuluh menit."

"Apalagi ini acara Jilly. Dua puluh menit dari durasi enam puluh menit acara?" Tambah Maiza. "Pangeran Arka pasti..."

"Aku akan hadir pada Talkshow itu." Potong Arsya.

Tentu saja pernyataan Arsya itu seketika mampu membuat Maiza langsung berbalik memandang Arsya yang duduk di sofa sambil mempelajari jadwalnya. Tapi Arsya hanya memberikan senyum terbaiknya untuk menjawab apapun pertanyaan dan argument yang ingin Maiza lontarkan.

Arsya tentu tidak akan melewat kesempatan ini. Ini adalah saat yang tepat untuk mengalihkan fokus nya dari Kayla dan Pangeran Arka pada Jilly. Selain itu, Arsya masih merasa sebal pada Arka karena akhir dari perdebatan mereka tadi pagi. Jadi biar saja pria itu juga merasakan hal yang sama. Skor sementara 1-1.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang