Lima Puluh Enam

544 87 0
                                    

Hari ini Arsya dengan sangaja menghindari Arka. Tidak hanya karena dirinya masih marah pada Arka. Tapi juga karena Arsya yakin Arka akan berusaha mencari tau apa yang dibicarakannya dengan Raja Audric. Dan tentu saja hal itu akan memicu perdebatan tidak berkesudahan diantara mereka.

Meski Arsya tau hal itu tidak akan bisa dihindarkan. Begitu mereka bertatap muka. Mereka pasti akan membahas rencana mereka. Arsya tidak meragukan hal itu. Hanya saja Arsya ingin menundanya sebisa mungkin.

"Aku mulai ngantuk." Ujar Serina setelah memandang layar ponselnya yang baru saja bergetar. "Kamu mau tidur bersamaku malam ini?"

"Arka meminta bantuanmu?" Tebak Arsya.

Sepanjang siang hingga malam ini Arsya memang sengaja menghabiskan waktu bersama Serina. Tidak hanya pergi bersama keponakan Arka itu ke butik Martha. Tapi juga berbelanja bersama dan makan malam malam di luar. Setelahnya, Arsya pun memilih untuk menghabiskan waktu di kamar Serina.

"Jujur? Seharian ini Uncle Arka tidak berhenti menggangguku." Serina nyengir saat Arsya mengerutkan kening. "Dia tidak berhenti menanyakan keadaaanmu. Juga menyuruhku mengambil fotomu diam-diam dan mengirimkan padanya."

Kalau saja Arsya tidak sedang marah pada Arka. Arsya pasti akan merasa berdebar mendengar kepedulian Arka itu. Meski hal itu membuat Arka terdengar posesif. Tapi Arsya memang tidak pernah merasa terganggu dengan rasa posesif Arka. Rasa posesif itu lebih baik bagi Arsya daripada 'hobi' Arka untuk mengorbankan diri demi orang lain.

"Apapun yang sudah dilakukannya, Uncle Arka sudah mengaku bersalah pada kami. Dia juga berniat meminta maaf padamu." Lanjut Serina. "Karena itulah berikan lah dia kesempatan untuk melakukannya."

Arsya menghela nafas panjang mendengar permintaan Serina itu. "Pada akhirnya aku tau akan memaafkannya. Tapi..."

"Kalau bukan demi Uncle Arka." Timpal Serina sambil memasang wajah cute di depan Arsya. "Lakukan lah demi aku. Juga pendukung 'kapal' kalian?"

"Shipper maksudmu?"

Serina mengangguk dengan semangat. "Aku tidak menyangka istilah itu sudah sampai ke Chartreuse. Bahkan rakyat Chartreuse sudah punya couple kebanggan mereka sendiri. Kamu dan Uncle Arka."

Kedua alis Arsya terangkat karena rasa excited Serina saat gadis itu membuka ikon Instagram di ponselnya. Arsya memang sudah pernah mendengar tentang pendukung hubungan nya dengan Arka dari staff CBS waktu itu. Tapi Arsya sama sekali tidak tau bahwa Serina begitu antusias hingga menjadi shipper mereka.

"Lihat! AR couple. Itu nama official kalian." Ujar Serina sambil menyodorkan ponsel nya ke tangan Arsya.

Layar ponsel Serina dipenuhi postingan foto Arsya bersama Arka. Tidak hanya satu atau dua akun yang diikuti Serina. Tapi ada lebih dari lima akun ditambah dengan hastag AR Couple yang diikutinya. Bahkan saat Arsya menekan ikon explore di Instagram Serina. Fotonya bersama Arka langsung bermunculan. Arsya bahkan tidak tau kalau dirinya dan Arka sering kali difoto diam-diam, saat mereka bersama.

"Mereka dapat asupan foto dari Instagram resmi istana dan para fans uncle Arka." Serina menjelaskan seakan bisa membaca pertanyaan di pikiran Arsya. "Karena itulah jangan kecewakan kami. Kalian tidak boleh berpisah. Berbaikan lah dengan Uncle Arka, ya?"

"Aku juga tidak ingin berpisah dengan Arka." Tanpa sadar Arsya menyuarakan pikiran dan suara hatinya.

Itu adalah kejujuran yang muncul dari dalam diri Arsya. Kejujuran yang akhirnya diakui Arsya pada dirinya sendiri.

Meskipun hal itu pula yang menjadi dasar Arsya marah pada Arka. Karena Arsya tidak ingin berpisah dengan Arka. Arsya pun akhirnya tidak dapat menahan gejolak amarahnya saat mengetahui bahwa Arka sedang menyusun rencana yang membahayakan dirinya sendiri.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang