Empat Puluh

686 101 1
                                        

Di antara nyanyian penuh harmoni dari burung-burung yang selalu mengunjungi balkon kamar Arsya setiap pagi sejak dua hari yang lalu. Pagi ini, lagi-lagi mata Arsya terpaku pada pintu bergaya klasik Eropa dari tempat nya rebahan di kursi dua seater dekat perapian. Entah sudah berapa kali Arsya memandangi pintu yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Arka, sejak Arsya mulai menghuni kamar ini di malam pernikahannya. Dan setiap kali pandangan matanya terfokus pada pintu itu, setiap itu pula perkataan Arka pun kembali terngiang di telinga Arsya. Seakan pria itu kembali berbisik dengan suara beratnya tepat di telinga Arsya.

Tentu saja Arka benar-benar menepati janjinya selama dua hari ini. Arka memanfaatkan waktu luang mereka untuk menepati setiap kata dalam janjinya. Karena memang bisa dibilang dua minggu ini adalah hari libur bagi Arka dan Arsya. Dengan alasan mengurangi kebosanan, Arka pun menawarkan tour dalam istana pada Arsya. Tour yang diterima Arsya tanpa tau konsekuensinya.

Bukan. Arka sama sekali tidak mencoba menyentuh Arsya. Arka benar-benar memegang perkataannya tentang tidak memaksa Arsya. Tapi sayangnya pria itu juga bersungguh-sungguh dengan semua yangg dikatakannya. Termasuk janji nya untuk membuat Arsya lah yang ingin membuka pintu penghubung kamar mereka. 

Meski tidak ada lagi ciuman seperti di taman malam itu. Meski tidak ada sentuhan antar kulit yang menghasilkan aliran elektrik kecil di antara mereka. Tapi dalam tour istana selama dua hari kemarin, Arka benar-benar mampu membuat jantung Arsya bekerja maksimal sepanjang hari. Hingga Arsya heran dirinya belum terkena serangan jantung karena selama dua hari ini jantungnya terus berdebar keras karena ulah Arka.

Arka memang tidak menyentuh kulit atau tubuh Arsya. Tapi Arka tidak berhenti membuat Arsya sadar akan kehadiran dan keberadaan nya. Entah di sengaja atau tidak, Arka selalu berdiri atau berjalan begitu dekat dengan Arsya. Hanya butuh sedikit gerakan untuk membuat tangan mereka bersentuhan saat mereka berjalan bersama. Tapi sentuhan itu tidak pernah benar-benar terjadi. Meski sering kali Arsya sendiri kesulitan melawan daya magnetic yang tak kasat mata diantara mereka. Daya magnetik yang membuat Arsya harus menggenggam tangannya sendiri agar tidak menyerah pada daya tarik tak kasat mata itu.

Daya tarik yang kuat yang tak terlihat itu juga harus dilawan Arsya saat Arka duduk atau berdiri di sekitarnya. Arsya hanya perlu sedikit bergeser untuk menyerah. Karena memang Arka selalu berdiri dan duduk begitu dekat dengannya hingga Arsya dapat mencium wangi ringan tapi elegan perpaduan mint, kayu, citrus, dan bunga dari tubuh Arka.

Kalau dua godaan itu hampir berhasil menguras habis kendali diri Arsya. Maka mata sewarna biru langit Arka lah yang mampu membuat Arsya beberapa kali meletakkan tangannya di knop pintu penghubung itu. Tidak seperti dua usaha Arka lainnya yang membutuhkan jarak yang begitu dekat. Mata indahnya itu memiliki efek yang jauh lebih kuat meski Arka berada di sisi lain ruangan yang bersebrangan dengan tempat Arsya berada. 

Seakan seluruh tubuh Arsya memiliki alarm yang akan langsung berbunyi begitu Arka memandangnya. Arsya selalu bisa merasakan tatapan Arka padanya. Dan saat Arsya berbalik menatap suaminya itu, Arka tidak pernah repot untuk mengalihkan pandangannya. Pria itu justru dengan intens memerangkap mata Arsya dengan pandangannya. Hingga sering kali Arsya lupa apa yang sedang dilakukan saat itu. Karena memang tatapan itu berhasil membuat pikiran Arsya terfokus pada sensasi dalam tubuh nya yang tidak pernah Arsya rasakan sebelumnya.

Kupu-kupu yang tidak berhenti mengepakkan sayapnya di perut Arsya. Getaran halus yang menyusuri punggung Arsya hingga bulu kuduknya meremang. Tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering hingga Arsya harus menelan ludah. Juga gelitikan aneh di bibirnya yang mengingatkan Arsya pada ciuman pertama mereka.

"Aku harus menghindari Arka." Arsya mengerang sambil membenamkan wajah nya ke bantal yang sedang dipelukanya. "Aku benar-benar bisa gila kalau terus seperti ini."

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang