Tiga Puluh

599 100 1
                                        

Ponsel Arsya yang diletakkan nya di atas meja ruang make up bergetar, saat petugas medis mengangkat tubuh Maiza dengan tandu setelah mereka memberikan pertolongan pertama. Karena sempat melihat nama Arka di layar ponselnya, Arsya pun segera menyambar sebelum mengikuti para petugas medis itu. Dengan fokus yang tidak lepas dari Maiza yang kini sedang menggunakan alat bantu pernafasan,  Arsya menerima panggilan telfon itu. 

"Hallo, A..."

"Shit! Arsya dimana kamu?" Suara Arka memotong perkataan Arsya. "Kenapa kamu tidak segara menjawab telfon?"

Arsya menggeleng beberapa kali untuk sedikit menghilangkan rasa shock dan memaksa pikirannya fokus pada pertanyaan Arka. Karena memang rasa shock dan khawatir Arsya tidak juga hilang sejak dirinya kembali ke ruang make up nya dan mendapati Ramsey memangku tubuh Maiza yang tidak sadarkan diri di lantai.

"Aku.... Aku tadi.... Ah... Aku sekarang sedang berjalan..."

Arsya tidak perlu menjelaskan lebih lanjut karena matanya menangkap sosok Arka yang berdiri di dalam lift yang terbuka. Arka pun tidak berkata-kata lagi dan memasukkan kembali ponselnya ke saku jas biru nya. Kemudian pria itu menghentikan pintu lift dan membiarkan para petugas medis masuk. Begitu pula Arsya dan juga Ramsey.

Arka langsung menarik tubuh Arsya ke sisinya begitu Arsya memasuki lift. Dalam diamnya, pria itu juga melingkarkan lengan kekarnya ke tubuh Arsya. Satu lengan memeluk Arsya, sementara lengan lain menekan tombol lift sampai Ramsey masuk.

"Tunggu!" Produser acara Talkshow Jilly mencoba menghentikan pintu lift yang mulai menutup. Melihat pria berkepala botak dengan kacamata kotak itu, membuat Arsya sadar bahwa beberapa kru dan staff televisi serta Jilly berkumpul menyaksikan evakuasi Maiza. "Princess Arsya harus tampil dalam waktu lima menit lagi."

Tanpa melepaskan lengan nya dari Arsya, Arka memandang tajam produser itu. "Kalau kamu tidak membiarkan pintu lift ini tertutup dalam waktu sepuluh detik. Aku pastikan tidak akan ada lagi satu anggota kerajaan pun yang tampil di CBS."

Ancaman Arka itu diucapkan tanpa meninggikan suara. Tapi tentu saja tatapan tajam dan aura Arka saat ini sudah cukup membuat produser acara Talkshow itu pucat seketika. Seakan pintu lift itu mengalirkan listrik, pria itu segera menarik tangannya bahkan sebelum Arka menyelesaikan kalimatnya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Ini semua salahku, Arka. Kalau saja aku tidak pergi ke ruangan Jilly, maka..."

"Kamu lah yang akan berada di ambulance itu." Arka memotong ucapan Arsya.

Semua amarah Arka lenyap seketika begitu mata nya menangkap sosok Arsya saat pintu lift terbuka tadi. Rasa shock, cemas dan takut yang dilihat Arka di wajah dan mata Arsya sudah cukup untuk meredam amarah Arka. Meski sebelumnya Arka sangat ingin memarahi Arsya karena keputusan nya yang ceroboh. Kini Arka hanya ingin menenangkan dan melindungi wanita yang jelas terlihat berusaha keras menutupi rasa takutnya. 

Bukannya Arka tidak marah lagi pada siapapun yang membuat Maiza terbaring tidak sadarkan diri dalam ambulance yang melaju cepat di depan mereka. Arka masih mengepalkan tangan setiap otaknya mengingat foto yang dikirimkan Ramsey padanya, saat Arka hendak memastikan Kayla sampai di salah satu hotel miliki Arka yang keamanannya sudah diperketat.

Sosok Maiza yang terbaring dengan suntikan yang tertancap di lehernya. Juga tumpahan kopi di sekitar tubuh wanita kuat itu. Meski Arka belum mengunjungi TKP ruang make up Arsya. Arka dapat menebak apa yang mungkin terjadi. 

Maiza di serang begitu dia masuk ke dalam ruangan itu. Karena memang tidak ada bekas perlawanan. Hal itu tidak akan terjadi kalau Maiza sempat mendeteksi ada orang lain di ruangan itu. Maiza pasti melawan dan melumpuhkan siapapun orang itu jika memiliki kesempatan. Bagaimanapun Arka mempercayakan penjagaan Arsya pada Maiza karena tau Maiza sangat terlatih dan berpengalaman.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang