"Ini, tanda tangani lah. Aku sudah menandatangani nya." Arka kembali menyerahkan folder hitam pada Arsya di tengah perjalanan menuju Istana. Tempat berlangsungnya pesta perkenalan. "Aku tidak bisa memberikan ini sebelumnya karena kita sama-sama sibuk. Tapi kamu harus menandatanganinya sebelum kita menginjakkan kaki di Istana."
"Sekarang?"
Arka mengangguk.
Itu artinya tidak ada banyak waktu untuk membaca ulang. Kalaupun bisa, Arsya hanya bisa membaca sekilas dan memastikan tambahan pasal yang mereka sepakati sudah ditambahkan. Tapi Arsya juga tidak bisa mundur ataupun memiliki pilihan lain, selain menandatangani perjanjian itu. Dia sudah dipersiapkan untuk pesta perkenalan ini. Pesta perkenalan itu sendiri akan berlangsung dalam waktu kurang dari sejam lagi. Sehingga mau tidak mau, Arsya harus menandatangani nya.
Karena itulah, Arsya pun menerima uluran pena dengan ujung diamond dari Arka. Meski dengan sedikit keraguan, Arsya akhirnya menandatangani kedua rangkap perjanjian yang akan Arsya dan Arka simpan masing-masing. Setelah Arsya membubuhkan tanda tangan nya, Arka pun menyerahkan folder itu pada Galen yang duduk di depan bersama sopir berbadan kekar. Salah satu bodyguard yang ikut membawa Arsya dari bandara waktu itu.
"Apa yang dilakukan orang-orang saat pesta berlangsung?" tanya Arsya dengan keresahan yang semakin meningkat dalam dirinya. "Aku benar-benar tidak memiliki gambaran sedikitpun kecuali dari novel-novel bertema abad pertengahan tentang para bangsawan Inggris. Apakah akan dansa dan semacamnya?"
"Ibu ku sama sekali tidak memberitahu apapun padamu?" Seperti biasa. Arka justru balik bertanya.
Arsya hanya bisa menggeleng. Karena bahkan sebelum Ratu Athreya pulang tidak lama setelah Arsya memilih dress nya. Ratu tidak memberikan Arsya pengarahan sedikit pun tentang pesta yang akan dihadiri Arsya ini.
"Aku rasa sang Ratu berharap banyak pada darah Shahenda yang ada di dalam diri Arsya." Galen akhirnya ikut berkomentar saat Arka hanya menghela nafas panjang. "Nampaknya Sang Ratu percaya bahwa nona Arsya memiliki bakat untuk menjadi seorang putri."
"Shahenda? Ada apa dengan namaku?" Arsya memandang Arka dan Galen bergantian dengan bingung. Tidak ada satupun kalimat Galen yang dapat dipahaminya.
"Cerita tentang itu akan sangat panjang." Arka menjawab sambil melihat keluar jendela. "Aku akan menceritakan hal itu nanti. Untuk sekarang, karena kamu tidak memiliki pengetahuan apapun. Juga, karena beberapa bahaya yang mungkin bisa terjadi kapanpun. Sebaiknya kamu selalu berada di sisiku."
"Tentu saja. Pesta itu adalah kegiatan asing bagiku." Arsya pun semakin resah. "Dan aku pasti tidak mengenal satupun orang yang menghadirinya kecuali kamu, sang Raja dan Ratu. Jadi aku pasti akan clingy pada mu malam ini."
Seringai terbentuk di wajah tampan Arka. "Aku sama sekali tidak keberatan. Tapi sebagai gantinya kamu harus melakukan semua yang aku katakan padamu."
Meski seringai yang terbentuk di wajah Arka itu mengingatkan Arsya pada seringai serigala yang ingin menculik gadis bertudung merah. Arsya pada akhirnya tetap mengangguk. Karena tepat seperti kata Arka. Malam ini Arsya tidak memiliki pengetahuan apapun tentang pesta ini. Sehingga Arsya hanya bisa mengandalkan Arka.
"Bagus." Ucap Arka saat mobil akhirnya berbelok ke halaman luas sebuah bangunan dengan gaya classic indah yang tidak kalah megahnya dengan Buckingham Palace. Lampu-lampu sorot yang membuat dinding-dindingnya berwarna keemasan, menambah keeleganan bangunan dengan dua menara kokoh di kedua sisinya. "Untuk saat ini. Tugas mu adalah berdiri sedekat mungkin denganku dan tersenyum kearah para wartawan yang sudah menunggu kita. Aku akan memberimu dua pilihan. Kaitkan lenganmu dengan lenganku. Atau aku akan mengaitkan lenganku di pingang mu."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomantizmSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...