Suara ketukan di pintu perpustakaan itulah yang akhirnya mematahkan selubung kekuatan tidak terlihat diantara Arsya dan Arka. Mata mereka yang saling menatap pun teralihkan. Tangan Arka pun terangkat dari pipi Arsya. Hingga semua hal yang memerangkap mereka pun runtuh dan mengembalikan keduanya ke realita yang ada.
"Masuk" Gumam Arka sambil beranjak dari depan Arsya. Gumaman yang cukup keras hingga tidak lama kemudian terdengar gagang pintu diputar dan pintu ganda perpustakaan itu pun terbuka.
Galen lah yang terlihat memasuki perpustakaan dan berjalan langsung kearah Arka yang kini sudah berdiri tegak. Pria tua itu membungkuk selema beberapa saat di depan Arka sebelum kembali berdiri tegak.
Kesadaran Arsya yang sudah kembali membuat Arsya memutar matanya melihat hal itu. Hal lain yang tidak disukai Arsya dari sebuah kerajaan adalah bagaimana mereka menunjukkan rasa hormat pada anggota keluarga Kerajaan. Terlebih saat seseorang yang lebih tua harus membungkuk di depan pria yang lebih muda hanya karena kedudukan nya yang lebih tinggi. Itu adalah hal yang tidak masuk bagi Arsya.
"Sang Raja dan Ratu menginginkan kehadiran pangeran Arka dan nona Arsya di hall." Ucap Galen setelah Arka mengangguk untuk menerima penghormatannya.
"Issi dan Emme sudah menyelesaikan dansa pembuka mereka?" Tanya Arka sambil kembali ke sisi Arsya.
Galen mengangguk dan tersenyum. "Anda berdua telah terbebas dari kewajiban berdansa. Kini sang Raja dan Ratu ingin pangeran Arka mengenalkan nona Arsya pada orang-orang di sekitar keluarga Kerajaan."
"Itu artinya ibu dan ayahku ingin aku mengenalkan mu pada bahaya dan ancaman yang barusan ku ceritakan." Arka mengulurkan tangannya pada Arsya.
Arsya sangat ingin mengabaikan uluran tangan itu. Tapi Arsya dapat melihat dari sudut matanya kalau Galen memandangnya dengan penuh harap agar Arsya bertingkah sopan dengan menerima uluran tangan Arka. Sehingga Arsya pun akhirnya meletakkan tangannya diatas tangan Arka dan membiarkan pria itu menarik tubuhnya berdiri.
"Sudah siap menjalankan peranmu sebagai calon istriku, Arsya?" Pertanyaan itu diucapkan Arka sambil meletakkan tangan Arsya pada lengannya.
"Aku tidak punya pilihan lain 'kan?" Gumam Arsya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Aku akan sedikit memberimu gambaran beberapa ancaman dan bahaya." Arka mengulurkan lengannya pada Arsya. "Aku akan mengenalkan mu pada beberapa orang yang berpotensi membawanya."
Meski mengatakan semua itu dengan nada santai. Tapi wajah Arka terlihat serius. Pria itu tidak sedang menakuti Arsya. Bahaya dan ancaman itu nyata. Karena itulah Arsya bisa merasakan ketegangan dalam dirinya kembali terbangun. Meski Arsya belum bisa membayangkan bahaya dan ancaman seperti apa yang menantinya.
"Bukankah disaat seperti ini seharusnya Pangeran menawarkan perlindungan?" Arsya dengan sengaja menyindir Arka sambil mengaitkan lengannya pada lengan Arka.
"Aku kira kamu tidak menganggapku Pangeran." Satu alis tebal Arka terangkat mengisyaratkan tantangan pada Arsya. "Kamu butuh perlindungan ku, Arsya?"
Pria satu ini tau bahwa harga diri Arsya tidak akan mengizinkannya mengakui bahwa dirinya membutuhkan perlindungan. Karena itulah Arka sengaja menantang Arsya untuk mengakui nya. Dasar pria arogan!
"Kamu begitu ingin aku memohon padamu, Pangeran Arka?" Balas Arsya, tanpa membiarkan Arka menang dalam permainan ini. "Aku kira seorang Pangeran akan cukup cerdas untuk tau dengan sendirinya kapan harus turun tangan."
Arka tertawa kecil sambil menggeleng. Bahkan Galen yang ada di depan mereka pun berdehem. Untuk menyembunyikan senyumannya. Entah apa yang ditertawakan keduanya. Tapi Arsya yakin keduanya berbagi humor yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
Roman d'amourSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...
