Sepanjang hidupnya, Arsya seharusnya sudah terbiasa menjadi seorang kakak. Arsya sudah terbiasa mengambil keputusan di situasi genting keluarganya terlebih setelah ayahnya meninggal. Sejak Reina lahir, saat Arsya berusia 4 tahun, dia sudah dibiasakan untuk bisa menjaga adiknya. Bahkan bertanggung jawab dan mengurusi sekolah adiknya begitu Arsya mulai menginjak bangku SMA. Jadi saat bersama Rana kemarin, Arsya menjalani peran sebagai kakak dengan natural.
Namun kehadiran Rana kemarin juga membuat Arsya menyadari ada satu hal yang tidak biasa. Sebuah perubahan yang tidak Arsya sadari sebelumnya. Perubahan yang kemungkinan besar terjadi sejak Arsya bertemu dengan Arka. Perubahan dalam diri Arsya yang membuat nya merindukan kehadiran Arka selama beberapa saat.
Bahaya dan kegentingan yang dihadapi Arsya bersama Rana kemarin akhirnya menyadarkan Arsya. Kebersamaan nya dengan Arka selama beberapa bulan ini membuat Arsya tanpa sadar begitu mengandalkan Arka. Ketegasan dan kekeraskepalaan Arka yang membuat pria itu selalu melakukan dan mendapatkan sesuatu sesuai keinginannya. Perlahan membuat Arsya bergantung padanya di saat genting. Karena memang keputusan Arka selalu dapat diandalkan.
Kesadaran itu menambah pikiran yang berputar memenuhi kepala Arsya sejak kemarin malam. Setelah hidup sebagai seorang kakak lebih dari 26 tahun, mempunyai seseorang yang dapat dipercaya dan diandalkan untuk bergantung merupakan angin segar. Karena sesungguhnya tidak jarang Arsya berharap dirinya bukan anak pertama dari keluarganya. Atau berharap memiliki kakak laki-laki yang dapat diandalkan.
Tapi disaat bersamaan, berbagai pertanyaan timbul di benak Arsya. Siapkah Arsya untuk benar-benar bergantung pada Arka? Dapatkah Arsya memasrahkan dirinya pada Arka? Terlebih hatinya? Bagaimana jika suatu saat nanti Arka menemukan wanita yang dicintainya dan tidak menginginkan pernikahan ini lagi? Arsya tau dirinya akan sangat tidak berdaya dan lemah jika itu terjadi setelah Arsya memasrahkan diri dan hatinya pada Arka. Jadi, siapkah Arsya?
"Shit! Anak itu kembali!"
Kalimat yang diikuti dengan sumpah serapah itu mampu membuat burung-burung yang sedang bertengger di pembatas balkon seketika mengepakkan sayapnya. Arsya yang sebelumnya membiarkan tubuhnya berayun saat pikirannya berkelana pun, seketika itu juga menghentikan gerakan ayunan kayu berwarna putih itu. Arsya bangkit dari bangku ayunan dengan dua seater itu dan beranjak kearah kamar Arka.
Sumpah serapah Arka masih terdengar saat Arsya berdiri di tengah pintu kamar Arka yang mengarah ke balkon. Entah kapan pria itu membuka pintu geser ini. Atau mungkin Arka memang tidak pernah menutupnya. Entahlah. Hanya saja, keputusan Arsya untuk mengetahui alasan kenapa Arsya mengeluarkan sumpah serapah dalam berbagai Bahasa itu, membuat Arsya mematung di tempat.
Arsya tidak tau apakah dirinya harus menyesali keputusannya atau sebaliknya. Karena memang otaknya kembali mengalami malfungsi saat melihat Arka melintasi kamar hanya dalam balutan handuk putih yang menggantung di pinggangnya. Karena malfungsi itu pula, Arsya justru hanya terdiam di tempat dengan matanya melebar. Tapi bisa bersuara ataupun bergerak, Arsya hanya bisa mengamati Arka yang sedang menekan tombol intercom dengan geram. Alih-alih segera beranjak dan kembali ke kamar sebelum Arka menyadari kehadirannya.
"Galen! Ke kamarku sekarang juga!" Arka berteriak ke arah intercom. "Anak itu muncul lagi. Aku ingin laporan apa yang dilakukan anak sialan itu selain memangkas habis..."
Terlambat. Arsya tidak bisa lari dan bersembunyi. Mata biru langit Arka kini terarah tepat pada Arsya. Kesadaran pria itu akan kehadiran Arsya sempat membuatnya terdiam selama beberapa saat. Sebelum dengan perlahan ujung bibirnya terangkat membentuk seringai menggoda yang khas di wajah tampannya.
"Pangeran Arka?" Terdengar suara Galen dari intercom.
"Nanti Galen." Suara Arka tidak lagi meninggi. "Berikan laporan mu nanti. Sekarang aku akan bicara dengan istriku yang manis. Aku yakin dia bisa berbagi informasi tentang apa yang terjadi kemarin."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...