Lima Puluh Dua

553 88 0
                                        

Karena Arka memenuhi janjinya untuk membuat Maiza sibuk. Sore ini, begitu Arsya sampai di Corall Mansion dengan di temani Ramsey dan Emmet, Arsya dilanda kebosanan. Tidak ada ide yang muncul di kepalanya untuk melanjutkan tulisannya. Tidak pula ada minat untuk melanjutkan bacaan novel nya. Alhasil Arsya berakhir rebahan di sofa ruang tengah dengan remote di tangannya.

Setelah mengganti chanel beberapa kali. Alis Arsya pun terangkat begitu melihat wajah familiar di layar home theatre itu. Siapa lagi kalau bukan Jilly. Seperti biasa, wanita itu terlihat cantik dalam balutan setelan formal warna ungu.

"...yang kami dapat. Pangeran Arka terlihat bergegas memasuki hotel Saphire memilik nya." Narasi Jilly terdengar begitu Arsya memperbesar volume. "Kita semua tau siapa yang menghuni salah satu suite di hotel itu selama hampir sebulan ini. Kayla Adrien. Sahabat sang Pangeran sejak kecil. Wanita yang pernah memiliki hubungan dekat dengan Pangeran Arka. Apakah di kerajaan Chartreuse akan terjadi kisah cinta yang sama dengan di Kerajaan Inggris? Apakah akan ada Diana-Charles-Camilla versi Chartreuse? Well, kita akan mendalam hal itu. Tapi saat ini kita sudah terhubung dengan reporter Anne. Anne..."

Arsya memutar mata mendengar narasi itu. Kemudian mematikan layar home theatre karena tidak berminat mendengarkan omong kosong Jilly. Jilly tetaplah Jilly. Arsya tidak akan kaget kalau wanita itu akan membahas hubungan Arsya dengan Carnell. Terlebih kalau Jilly benar-benar berniat mengangkat kisah cinta Diana-Charles-Camilla versi Chartreuse. Bukankah Diana juga dihubungkan dengan bodyguard nya dalam kisah cinta itu.

"Aku akan pergi ke istall, Ramsey." Ujar Arsya saat bertemu dengan bodyguard berdarah Wales itu di teras belakang mansion.

Dengan Kuma dan Ramsey yang membuntuti di belakang Arsya. Arsya bergegas ke istal. Arsya berpikir untuk mengendarai Raad yang hari ini tidak memiliki kesempatan untuk keluar istall karena Arka sibuk dari pagi. Berkuda sepanjang pantai pasti akan membantu Arsya menghilangkan rasa bosan dan memperbaiki mood nya.

Meskipun menganggap narasi Jilly adalah omong kosong. Tapi Arsya tidak bisa menghentikan mood nya yang memburuk karena perkataan Jilly. Arsya juga tidak bisa menghilangkan rasa insecure yang tiba-tiba menghantuinya. Bagaimanapun Arsya menyadari bahwa Arka adalah pangeran tampan yang diinginkan banyak wanita. Tidak peduli meskipun Arka sudah menikah.

Lihatlah bagaimana Jilly yang kini selalu menyerang Arka dengan berita-berita tentang nya. Kalau Jilly tidak pernah jatuh cinta dengan dalam pada Arka, Jilly tidak akan memendam dendam selama ini dan terus menyerang Arka.

Semetara Kayla. Meski Arka sudah terang-terangan mengatakan tidak memiliki perasaan apapun pada Kayla Adrien. Tapi kalau perkataan Dokter Wilker tetang persona lain Arka benar adanya. Maka sikap Tristan pada Kayla adalah bukti bahwa Arka pernah memiliki perasaan pada Kayla.

Belum lagi banyak wanita cantik lainnya di luar sana. Arsya yakin tidak sedikit wanita yang bersedia menjadi simpanan seorang Arka kalau pria itu mau. Dengan wajah, tubuh dan kekayaan nya. Arka bahkan bisa menjadi sugar daddy bagi cewek yang berusia setengah dari umur pria itu.

"Tunggu sebentar, Princess Arsya." Ramsey yang sudah memegang pelana menghentikan langkah Arsya yang sedang menarik kekang Raad. "Aku tidak bisa menghubungi Emmet dan lainnya."

Wajah serius Ramsey mampu mengusir semua pemikiran negative yang barus saja memenuhi kepala Arsya. Begitu Ramsey meletakkan pelana dan meraih pistol dari tali harness di balik jas nya. Arsya tau bahwa Ramsey mendeteksi adanya bahaya yang mungkin sedang terjadi di Mansion.

"Anda membawa ponsel, Princess Arsya?"

Arsya mengangguk dan menepuk kantong hoodie nya. Tapi seketika keningnya berkerut saat Ramsey mengulurkan pistol nya pada Arsya.

"Tunggu. Aku baru diajari Carnell cara memegang tanpa peluru." Arsya mendadak panik, karena tau dengan pasti bahwa magazine pistol semi automatis yang kata Carnell buatan Smith&Wesson itu pasti terisi penuh.

"Carnell sudah mengacari cara mengokang dan membidikkan?"

Arsya kembali mengangguk. "Tapi..."

"Dengar, Princess Arsya." Carnel meletakkan pistol dengan berat lebih dari setengah kilo itu ke dalam telapak tangan Arsya. "Aku harus memastikan keadaan di Mansion. Karena berada disini tanpa tau ancaman yang datang, hanya akan memperkecil kemungkinan Anda selamat. Jadi tetaplah di istall ini. Jika dalam waktu sepuluh menit aku belum kembali, segera telfon pangeran Arka atau Carnell. Ceritakan situasi yang ada. Tetap tunggu disini, sampai mereka datang. Kalau ada orang yang tidak dikenal datang, jangan ragu untuk menembak."

"Tapi aku belum pernah menembakkan peluru sebelumnya."

"Itu bukan masalah." Ramsey mengeluarkan pistol lain dari holster nya. Kemudian menunjuk dada dan perutnya dengan ujung pistol. "Arahkan ke bagian tengah tubuhnya. Kalaupun tembakan anda meleset. Anda tetap bisa melukainya."

Tanpa menunggu bantahan dari Arsya. Ramsey beranjak meninggalkan istal.

Arsya sungguh berharap tidak ada yang terjadi di Corall Mansion. Karena kalau Ramsey benar-benar tidak kembali dalam waktu 10 menit. Itu berarti Ramsey dalam kondisi yang tidak memungkinkan baginya untuk kembali ke istal. Entah dia tidak bisa secara fisik. Atau tidak ingin menarik perhatian bahaya kearah Arsya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Arka sedang mempelajari lokasi tempat kemungkinan Kayla berada saat ponsel dalam saku jas nya bergetar. Satu alis tebal Arka terangkat saat nama Arsya terpampang di layar ponselnya. Ujung bibirnya tertarik keatas karena berpikir bahwa istrinya itu pasti merasa bosan dan ingin Arka segera pulang.

"Arsya, aku tau kalau..."

"Arka, aku rasa aku dalam keadaan yang kurang baik." Potong Arsya.

Meski tidak ada kepanikan dalam suaranya. Tapi Arka dapat merasakan urgensi yang ada. Karena itulah Arka segera bangkit dari tempat duduknya dan memberi tanda pada Carnell.

"Aku sekarang sedang berada di dalam istal." Arsya melanjutkan. "Sepuluh menit yang lalu, Ramsey bilang kalau dirinya akan memeriksa keanehan yang terjadi di mansion. Dia juga meminta ku untuk segera menelfon mu..."

Arka mengumpat sebelum Arsya menyelesaikan ceritanya. Arka tidak perlu penjelasan lebih lanjut. Arka tau kalau istrinya itu dalam bahaya.

"Hell! Bilang pada pilot heli untuk menyalakan mesin, sekarang!" Arka mengaum pada Carnell sambil menekan lift khusus yang hanya bisa digunakan nya. "Arsya dalam bahaya!"

Tanpa banyak bertanya, Carnell ikut masuk ke dalam lift dan sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Dengar Arsya." Arka kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Aku bisa mendengar sumpah serapahmu."

Arka mengabaikan sindiran Arsya. "Tetap bersembunyi dalam istal. Dan lihat sekitarmu. Apakah ada yang bisa kamu jadikan senjata."

"Ramsey memberikan satu pistol nya padaku." Ujar Arsya yang untungnya masih terdengar tenang. "Tapi aku juga sudah memasang pelana di punggung Raad. Siapa tau aku butuh melarikan diri."

"Great." Arka berkata sambil memandang angka lift yang berubah cepat menuju rooftop hotelnya. "Tapi untuk saat ini tetap bersembunyi dalam istal. Dan jangan matikan sambungan telfon ini."

"Aku tidak dapat menghubungi siapapun di Corall Mansion." Carnell berkata sebelum Arsya sempat menjawab. Arka pun mengalihkan pandangannya pda Carnell. "Seluruh cctv telah dimatikan. Tapi dari rekaman terakhir, aku mendapati tiga van mendekati gerbang depan."

Arka kembali bersumpah serapah. Karena kini Arka menyadari kebodohannya. Jelas hilangnya Kayla adalah pengalih perhatian. Arsya lah yang sadari awal jadi target utama.

"Aku sudah meminta Maiza dan lainnya kembali ke Mansion." Carnell melanjutkan tanpa memedulikan sumpah serapah Arka. "Tapi mengingat lokasi mereka, mereka baru bisa bergabung 20 menit lagi. Jadi hanya ada kita berdua dan empat orang bodyguard termasuk pilot yang akan bertarung kali ini. Dengan amunisi penuh yang sudah siap dalam heli."

"Persetan! Kita akan menyelamatkan Arsya apapun yang terjadi."

"Pasti."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang