"Jadi mulai malam ini, pangeran Arka tidak akan tinggal di Coral Mansion?" Tanya Arsya sambil melepaskan ikatan rambutnya sebelum beranjak ke tempat tidur. "Dia akan tinggal di istana?"
"Begitulah. Secara official." Maiza menjawab dengan singkat, seefektif gerakannya memeriksa pintu geser yang mengarah ke teras kamar Arsya. Kemudian wanita yang ternyata sepantaran dengan Arka itu menutup tirai nya dengan satu sentakan kuat.
Arsya memandangai wanita dengan mata belok indah dan hidung mancung khas wanita arab itu. Eyeliner hitam nya mempertegas penampilan Maiza. Wanita yang sekuat namanya. Dari perkenalan singkat mereka dalam mobil. Dengan disaksikan Arka dan Carnell. Mereka telah membuat kesepakatan. Arsya hanya akan mengikuti setiap saran untuk keamanan dirinya dari Maiza, asal wanita itu berhenti memanggilnya putri atau princess. Well, kecuali dalam acara formal.
"Kamu, Carnell, dan pangeran Arka." Ucap Arsya setelah Maiza hanya diam tegak di tempat menunggu Arsya bicara. "Kalian sudah lama saling mengenal?"
Kerut tergambar beberapa saat di kening Maiza sebelum wanita itu mengangguk. "Begitulah. Kami bertiga kuliah di kampus yang sama." Maiza mengangkat bahu sebelum menambahkan. "Sementata aku dan Pangeran Arka bisa dibilang tumbuh bersama sampai dengan dia diangkat jadi putra Mahkota."
"Tunggu." Arsya menegakkan punggungnya dan menepuk-nepuk pinggir ranjangnya. Memberi isyarat pada Maiza untuk duduk. "Berarti kamu juga mengenal Kayla yang sesungguhnya. Well, maksudku Kayla yang diinginkan pangeran Arka untuk jadi calon istrinya."
Maiza memandang Arsya beberapa saat sebelum mengangguk dan duduk di area yang baru ditepuk Arsya. "Begitulah. Bisa dibilang mereka adalah teman bermain. Sementara aku adalah adik yang suka mengganggu permainan mereka."
"Kamu adik dari Kayla?"
Maiza menggeleng. "Kayla adalah anak mantan Perdana Menteri. Aku adalah anak Galen dan Calinda."
Mulut Arsya terngagah karena tidak menyadari kenyataan itu. Meski Galen memang memiliki hidung mancung dan Callinda memiliki mata belok. Tapi sama sekali tidak ada kemiripan diantara mereka bertiga. Jadi bagaimana bisa Arsya menebak hal itu?
"Maaf." Arsya langsung berucap ketika Maiza terkekeh geli. "Aku hanya tidak melihat..."
"Aku tau." Maiza berkata diantara kekehannya. "Banyak yang mengatakan hal itu. Karena memang aku jauh lebih mirip dengan nenekku. Tapi sebenarnya aku juga agak mirip Emme ku. Calinda. Kalau saja dia bertubuh sedikit kurus."
Arsya berusaha membayangkan Calinda dengan tubuh kurus. Tapi benar-benar susah. Wanita hangat itu sudah identik dengan tubuh tambun nya. Jadi Arsya memilih untuk menyerah dan mengalihkan pikirannya ke hal yang telah mengusiknya sepanjang perjalanan pulang dari Istana. Terlebih melihat keakraban Arka dan Maiza. Bagaimana suasana di mobil tadi terasa lebih santai dengan keberadaan Maiza dan Carnel.
"Kenapa pangeran Arka tidak meminta mu untuk menjadi istrinya?" Arsya memandang Maiza dengan penuh rasa penasaran.
Tentu saja. Maiza cantik. Ditambah dia begitu kuat. Juga mengetahui lebih banyak tentang Chartreuse dari pada Arsya. Kalau keluarga Kerajaan dan rakyat negara ini tidak memiliki masalah dengan Arsya yang bukan siapa-siapa, menjadi calon istri Pangeran mereka. Well, sebagian dari keluarga kerajaan, pemerintahan dan rakyat Chartreuse. Karena luka di leher Arsya adalah pengingat jelas bahwa ada yang tidak ingin dirinya menjadi calon istri Arka.
Meskipun begitu, kalau Arsya bisa menjadi calon istri Pangeran Arka. Hal yang menunjukkan bahwa Kerajaan ini tidak terlalu mempermasalahkan ada atau tidaknya darah biru murni pada calon istri Putra Mahkota. Bukan kah itu berarti tidak ada masalah jika Maiza yang jadi calon istri Arka? Walau dia adalah anak pelayan dan pengasuh pribadi Sang Pangeran.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...