Di antara indahnya suguhan sunset yang berkelebat di matanya. Juga suara deburan ombak yang bercampur dengan suara derapan kaki kuda. Arsya kini menyadari bahwa apa yang terjadi di balkon tadi pagi adalah hal kecil jika dibandingkan dengan situasi yang dihadapi Arsya Saat ini. Setelah Arka meninggalkannya untuk berdiskusi dengan Raja Audric. Suami Arsya itu kembali mendatangi kamar Arsya beberapa jam kemudian dengan membawa kabar bahwa Sang Raja menyetujui rencananya. Dan mereka akan kembali ke Coral Mansion hari ini juga.
"Meski aku menikmati berkuda bersama mu dengan posisi seperti ini." Suara bisikan Arka terdengar bersaman deru angin di telinga Arsya. "Tapi aku tidak ingin terlalu sering membebani punggung Raad seperti ini. Jadi aku akan segera mungkin mengajarimu berkuda."
Begitulah. Agar kepulangan mereka ke Coral Mansion tidak diketahui public. Arka menggunakan cara yang sama dengan sebelumnya untuk mengelabui public. Berpindah dari Istana ke Coral Mansion melewati hutan dengan menggunakan kuda.
Namun karena Arsya belum pernah menunggang kuda sebelumnya. Dan tentu saja tidak bisa mengendarai kuda. Mereka pun berakhir dalam posisi yang membuat kedua organ penting Arsya kembali mengalami malfungsi.
Begitulah. Arsya kini sedang berada di atas pungung Raad. Bersama Arka yang memegang kendali kuda hitam itu, mereka berbagi pelana. Tentu saja panjang dan lebar pelana tidak mengakomodasi adanya jarak antara tubuh Arka dan Arsya. Punggung Arsya bisa dikatakan menempel pada dada Arka. Hanya baju mereka lah yang membatasi kedekatan itu. Sementara kedua lengan kokoh Arka yang memegang tali kekang Raad, memerangkap tubuh Arsya. Meski Arsya berusaha mencondongkan tubuh ke depan dengan berpegangan pada handle yang ada di ujung pelana, itu sama sekali tidak menolong. Karena begitu Raad belari kencang, Arka ikut mencondongkan tubuhnya ke depan.
Dengan kedekatan seperti ini, tidak hanya jantung dan otak Arsya yang mengalami malfungsi. Seluruh indera Arsya pun tiba-tiba menjadi sangat sensitive. Indera penciuman Arsya dipenuhi dengan wangi tubuh Arka yang menambah tebal kabut di yang menyelubungi kepala Arsya. Meski ada pakian yang membatasi tubuh mereka. Indera peraba Arsya dengan mudah merasakan setiap gerakan otot tubuh maskulin Arka. Debaran jantung Arsya pun semakin bertambah cepat seiring kesadaran itu. Sementara itu, tidak hanya suara angin yang berderu dan bisikan Arka saja yang dapat di dengar oleh indera pendengaran Arsya. Tapi kuatnya detak jantung Arka juga dapat di dengar Arsya.
Arka benar. Arsya harus belajar menunggang kuda sesegera mungkin. Kedekatan ini benar-benar tidak baik untuk Arsya. Tidak hanya untuk kedua organ vital Arsya yang akan sering mengalami malfungsi. Tapi juga keteguhan Arsya untuk menahan semua godaan Arka. Terlebih untuk hatinya. Karena kedekatan ini adalah ancaman terberat yang paling mungkin membuat Arsya menyerah. Menyerahkan semuanya pada Arka. Tanpa peduli konsekuensi yang akan ditanggungnya jika Arka mengakhiri semua nya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Lost your tounge, Arsya?"
Pertanyaan itu dilontarkan Arka saat begitu Arsya mendarat kembali ke atas tanah. Tentu saja dengan bantuannya. Karena itulah kedua tangannya masih bertengger di pinggang Arsya. Sementara kedua alis tebalnya terangkat keatas dan bibirnya membentuk seringai di wajah tampannya.
Karena jantung dan otak Arsya masih belum berfungsi normal. Arsya pun tidak dapat memberikan balasan pintar untuk pertanyaan yang jelas ditujukan untuk menggodanya. Karena itulah Arsya justru menjulurkan lidahnya. Secara harfiah menunjukkan lidahnya pada Arka, hingga pria itu pun terbahak.
Arsya di selamatkan oleh mahkluk favorite nya. Kuma. Kucing itu datang dan menggelitik kaki Arsya dengan bulu-bulu lembut nya. Memberitahukan kehadiran nya dengan geraman alih-alih dengan suara meong. Tentu saja Arsya sangat bersyukur dengan kehadiran kucing arogan itu. Paling tidak Kuma tidak akan menggoda Arsya sampai pipinya merah seperti hal nya majikannya.
"Kuma. Kamu merindukanku?" Arsya mengelus kepala Kuma sebelum mengangkat gumpalan bulu berwarna kelabu itu dalam pelukannya. "Kamu pasti tau manuasia mana yang lebih menyenangkan."
Sebelum Arka berkomentar Arsya kembali menjulurkan lidahnya pada suaminya itu. Kemudian lari kearah mansion bersama Kuma dalam pelukannya. Meski tentu saja hal itu tidak menyurutkan niat Arka untuk menjahili Arsya.
"Ingat Arsya, kamar mu sekarang ada di sebelah kamarku."
Teriakan Arka itu mengiringi langkah kaki Arsya. Dan tidak ada yang bisa Arsya lakukan selain menggeleng untuk menghilangkan semua efek yang dihadirkan Arka pada tubuh dan pikirannya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kamu terlihat seperti bocah yang dapat mainan baru." Ujar Carnell sambil mengambil alih kekang Raad dari Arka.
"Kamu terdengar seperti ayah mertuaku." Balas Arka.
Carnell mengangkat bahunya dan mulai berjalan kearah istal. "Bagaimanapun aku lah yang membawa Arsya kesini."
Kalau saja Arka tidak mengenal Carnell selama bertahun-tahun. Arka pasti akan mengira bahwa Carnell memiliki perasaan pada Arsya. Tapi sayangnya Arka terlalu mengenal Carnell begitu pula sebaliknya. Karena itu Arka tau bahwa insting protektif Carnell tidak lebih dari insting seorang kakak pada adiknya.
"Bagaimana perkembangan tugas yang ku berikan?"
Pertanyaan itu Arka lontarkan setelah dirinya puas menghirup bau laut yang dibawa oleh hembusan angin. Rumah. Benar. Inilah rumah bagi Arka. Bukan Istana. Bukan pula Jade Castel. Sejak membangun Mansion ini begitu dia menyelesaikan kuliahnya. Arka tau bahwa Coral Mansion ini akan menjadi rumah baginya.
Biru nya laut dan langit adalah penenang bagi hidup Arka yang jauh dari kata tenang. Hembusan angin dan suara deburan ombak adalah hiburan untuk hari penuh ketegangan Arka. Indah nya sunset yang mempesona mata. Lembutnya pasir yang menyentuh kulit kakinya.
Semua itu semakin lengkap dengan kehadiran Arsya. Benar. Arka bukanlah tipe orang yang akan mengingkari apa yang dirasakan. Karena itulah Arka tidak segan mengakui bahwa kehadiran Arsya di Coral Mansion membuat Mansion Arka itu semakin menggambarkan sebuah rumah bagi Arka.
Harum kopi buatan Arsya yang selalu menyapanya di pagi hari begitu Arka selesai jogging. Perdebatan mereka yang mengisi hari-hari Arka. Tawa dan suara Arsya membuat Coral Mansion semakin hidup. Kehadiran Arsya di Coral Mansion membuat Arka ingin menghabiskan waktu selama mungkin di rumah nya itu.
"Kamu mendengar penjelasanku 'kan, Pangeran Arka?"
"Tentu saja Carnell." Arka selalu bisa mengikuti pembicaraan seseorng meski pikirannya tertuju pada hal lain. Jadi Arka tau apa yang baru saja dibicarakan Carnell. "Kamu sudah sedikit melonggarkan keamanan Kayla. Tapi tetap menempatkan anak buahmu yang menyamar sebagai tamu ataupun petugas hotel di dekat Kayla. Excellent. Bagaimana dengan Juna?"
"Dia setuju untuk hadir karena penawaranmu memang menggiurkan untuk pebisnis sepertinya." Carnell mendengus. Karena Arka tau bahwa Carnell sangat mengenal baik Juna. "Tapi dia berniat membawa istri dan anaknya. Karena katanya kamu mengganggu jadwal liburannya."
"Bukan masalah. Sediakan president room di Saphire Hotel." Arka membelai sura Raad saat mereka di depan pintu istal.
"Tapi kamu tetap berniat meminta nya berdiskusi di Coral Mansion?"
Arka mengangguk. "Aku tidak bisa terlihat berada di luar istana. Tapi aku juga tidak bisa berdikusi dengannya di dalam istana. Jadi Corall Mansion adalah pilihan tepat. Terbangkan dia dengan helicopter dari Saphire hotel. Jadi tidak akan ada yang tau aku dan Arsya disini."
"Bukan itu masalahnya." Carnell menyeringai. "Masalahnya adalah aku yakin Juna akan memiilh untuk tinggal di Corall Mansion begitu helicopter yang membawanya mendarat di helipad mansion ini."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...