"Apa maksud semua ini, Issi?" Pria bermata biru muda itu meletakkan tablet pc nya ke atas meja makan di hadapan Raja Audric. "Bisakah ayahanda menjelaskan kenapa artikel seperti ini bisa beredar?"
Raja Audric yang berambut kelabu hanya melirik sekilas ke layar tablet yang menampilkan artikel berita yang menjadi trending topik di pagi hari ini. Kemudian Raja Audric mendongak dan memandang putra nya itu dengan dua alis hitam tebalnya yang terangkat.
"Arka? Kamu datang sepagi ini hanya untuk mengkonfirmasi sebuah artikel?"
Lucas Arka Aleydis. Sang Putera Mahkota. Pria tampan bermata biru muda dengan tubuh atletis. Ketampanan dan pesona nya tidak perlu diragukan. Hanya saja sikap temperamental nya membuat orang-orang di sekitarnya harus banyak bersabar.
Seperti pagi ini, sang pewaris tahta Kerajaan Chartreuse itu benar-benar dibuat kesal oleh artikel yang membahas tentang dirinya. Seperti sedang kebakaran jenggot, Pangeran Arka buru-buru meminta sopirnya untuk segera mengantarnya ke Istana. Padahal Sang Pangeran sudah berencana untuk menikmati kopi dan sarapan di salah satu Coffee shop langganan nya. Tapi artikel tentang calon istrinya yang di release oleh department Public Relation Kerajaan Chartreuse membuatnya kehilangan selera untuk sarapan.
"Benar." Sang Putera Mahkota Chartreuse itu duduk dengan kesal di kursi samping ayahnya. "Siapa lagi yang akan repot-repot pergi ke Istana ini di pagi hari hanya untuk menanyakan berita gila itu?"
"Kalau dia sudah memanggilmu Ayahanda, berarti dia benar-benar kesal." Komentar Ratu Athreya sambil mengangkat cangkir teh nya.
"Emme tau tentang hal ini?" Arka bertanya pada ibunya dengan nada suara dan pandangan tidak percaya.
Ratu Athreya mengangkat bahu sambil berkata, "Well, Issi mu selalu berdiskusi denganku saat mengambil keputusan tentangmu."
"Tapi, tidak ada satupun di antara kalian yang mau repot-repot memberitahuku terlebih dahulu, sebelum pengumuman ini di release?"
Arka menggeleng kesal karena tindakan kedua orang tuanya kali ini.
Sementara Ratu Athreya tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk tangan Arka. Senyum hangat itu sedikit meluluhkan emosi Arka. Karena bagaimanapun wanita yang dipanggil Arka dengan sebutan Emme itu adalah ibu terbaik yang dimilik Arka. Athreya selalu bersikap seperti seorang ibu dan kadang sahabat bagi Arka. Tanpa memedulikan statusnya sebagai Ratu Kerajaan Chartreuse.
"Kamu perlu sarapan dulu untuk memperbaiki mood mu, Arka." Ucap Ratu Athreya, sebelum beranjak dari tempat duduknya. "Dengarkan penjelasan Issi mu sambil sarapan, sementara aku akan membuatkan kopi untukmu. Dengarkan baik-baik dulu, Oke?"
Arka pun menghela nafas dan mengangguk. Kepatuhannya itu mendapatkan balasan senyum hangat Ratu Athreya, sebelum sang Ratu beranjak pergi.
Well, Arka memang tidak bisa menolak kopi dari ibunya. Kopi buatan sang Ratu adalah kopi terenak bagi Raja Audric dan Arka. Tidak peduli berapa banyak Coffee shop yang telah didatangi Arka, tidak ada yang bisa mengalahkan keharuman aroma dan kenikmatan kopi buatan ibunya.
"Jadi katakan padaku, kenapa Issi mengeluarkan pernyataan bahwa aku akan mengenalkan calon istriku dalam waktu dekat ini?" Arka kembali bertanya setelah salah satu pelayan kerajaan menyajikan sarapan untuknya.
Raja Audric tidak langsung menjawab. Raja yang telah puluhan tahun memimpin Chartreuse itu memilih untuk menikmati kopi nya terlebih dahulu, sebelum berhadapan dengan putra nya yang sedang kesal itu. Kopi buatan istrinya yang selalu bisa membuatnya bersemangat menjalani hari sekaligus mampu memberikan ketenangan. Dan saat ini, Sang Raja sangat membutuhkan ketenangan untuk menghadapi kekeras kepalaan sang Putra Mahkota.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...