Dua

1K 144 17
                                    

"Oke! Lombok! Masih ada satu jam lagi. Ada tiket promo satu paket dengan hotelnya. Great! Let's go!" Gumam Arsya pada dirinya sendiri sambil menekan layar ponselnya untuk membayar tiket pesawat yang baru saja dipilihnya. Arsya pun segera melakukan check in online hingga boarding pass muncul di layar ponselnya.

Begitulah. Hari ini, Arsya Kayla Shahenda kembali akan melakukan hal gila. Tidak hanya pergi ke bandara dengan satu koper dan paspor tanpa memberitahu siapapun. Arsya juga baru memilih tempat tujuan dan memesan tiket lewat aplikasi begitu turun dari taksi. Sehingga tidak ada satu orang pun yang tau apa yang akan dilakukan Arsya ataupun kemana Arsya pergi. Tidak mamanya. Tidak adiknya. Bahkan tidak pula teman se geng nya. Tapi memang itulah tujuan Arsya. Pergi ke suatu tempat, sendiri, tanpa diketahui siapapun.

Arsya memiliki alasan yang kuat untuk melakukan hal itu. Setelah semua yang terjadi dalam hidupnya 9 bulan ini. Arsya butuh menghilang. Menghilang dari keluarga nya. Menghilang dari teman nya. Juga menghilang dari beban hidup yang terasa semakin menyesakkan.

Tapi karena tau bahwa bunuh diri itu dosa, sehingga kesempatan Arsya untuk masuk surga semakin kecil. Arsya menghilangkan opsi itu. Arsya pun lebih memilih untuk menghilang dengan cara ini.

Iya. Hidup Arsya benar-benar berada di titik terendah saat ini. Setelah menyerahkan surat resign dan akhirnya mundur dari posisinya sebagai manager marketing perusahaan Elektronik terkenal 9 bulan yang lalu. Kini Arsya hampir menyerah dengan rencana yang telah dibuat nya.

Kenapa? Kenapa Arsya bisa meninggalkan pekerjaannya yang bergaji lebih dari cukup? Juga posisinya sebagai manager marketing?

Well, alasannya sesimple lingkungan kerja yang tidak sehat. Benar. Karena Arsya tidak tahan dengan bos baru nya yang sangat toxic. Atasan yang selalu mengkalim hasil kerja keras tim sebagai hasil kerja kerasnya sendiri demi mendapatkan bonus dan penghargaan. Belum lagi hobinya yang selalu menghindar jika ada konflik dan tidak pernah bisa mengambil keputusan di keadaan genting. Hingga akhirnya tim nya lah yang kembali harus bekerja keras. Tidak. Arsya tidak tahan terus-terusan bekerja dengan bos seperti itu. Karena itulah setelah menahan diri selama dua tahun, Arsya akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

Setelah resign, Arsya pun melakukan deep thinking tentang apa yang sudah dan akan dikerjakan setelah itu. Over thinking kalau Bahasa kerennya, dengan memikirkan apa yang sudah dicapainya. Dalam kehidupan pribadi nya, well, pencapaian Arsya tidak terlalu mengesankan. Wajah Arsya tergolong wajah standar. Dibilang jelek, ada beberapa orang yang mengatakan Arsya cantik. Dibilang cantik, tidak pernah ada orang yang menoleh dua kali untuk melihat kearahnya. Selain itu sikap introvert bawaan Arsya yang berusaha dipendamnya, membuat Arsya tidak mudah dekat dengan orang. Meski Arsya termasuk orang yang ramah saat menghadapi orang yang baru dikenalnya. Karena bagaimanapun pekerjaan nya sebagai marketer mewajibkan Arsya bersikap ramah pada siapapun.

Mungkin karena dua hal itulah. wajah standar dan kepribadian setengah introvert. Arsya tidak pernah sekalipun berpacaran. Alias jomblo dari lahir.

Untuk kehidupan profesionalnya termasuk sekolahnya. Dari SD hingga SMA Arsya selalu masuk ke sekolah favourite dan masuk sepuluh besar. Sementara saat kuliah di salah satu universitas negeri bergengsi, Arsya pun berhasil menggapai gelar sarjana dalam waktu 3,5 tahun dan mendapatkan IPK di atas 3. Meski tidak mendapatkan cumlaude. Tapi paling tidak IPK nya mampu membantunya untuk mendapatkan pekerjaan bahkan sebelum Arsya di wisuda.

Karir Arsya di perusahaan Elektronik itu pun termasuk cukup memuaskan. Setelah 5 tahun bekerja, Arsya bisa mencapai posisi manager dan menjabat posisi itu selama 3 tahun. Dan dalam rentang waktu tersebut Arsya bisa membantu orang tuanya membiayai kuliah adik nya.

Well, meskipun pencapaian Arsya begitu mengesankan di bidang professional, Arsya merasa ada yang kurang. Bukannya Arsya tidak bersyukur. Tapi apa yang dilakukan Arsya selama ini rasanya bukan untuk dirinya sendiri. Arsya berusaha keras dalam kehidupan sekolah dan kuliahnya sehingga tidak pernah sekalipun memikirkan tentang pacaran, meski Arsya sempat tertarik pada satu dua cowok. Itu semua Arsya lakukan untuk membuat bangga orang tuanya. Arsya juga langsung bekerja begitu selesai sidang skripsi juga demi membantu orang tuanya yang tergolong berpenghasilan menengah ke bawah. Sehingga rasanya tidak ada yang benar-benar Arsya lakukan untuk dirinya sendiri.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang