Terbangun dalam kabut tebal, membuat Arka yakin bahwa salah satu persona nya telah mengambil alih tubuhnya. Lagi. Di hari penting untuknya. Di hari dimana dirinya harus memastikan bahwa semua rencana nya dapat berjalan lancar.
Shit!
Arka tau seharusnya dirinya tidak tidur. Tapi begitu mendapati kamarnya kosong dan Arsya yang ngambek tidur di kamar wanita itu sendiri. Arka tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Arsya dan menghilangkan rasa sebal istrinya itu. Dan seperti biasa. Harum tubuh Arsya serta kehangatan tubuhnya adalah pemberi ketenangan dan kenyaman untuk Arka. Keduanya jauh lebih efektif membuat Arka tertidur daripada lullaby song manapun.
Fakta bahwa dirinya kembali melewatkan hari penting untuknya, memang menyebalkan. Tapi tidak semenganggu kilasan kejadian yang menunjukkan Arsya menangis tanpa suara dengan baju dan tangan yang berlumuran darah. Kilasan itulah yang membuat Arka memaksakan diri untuk bagun dan melawan rasa kantuk yang meliputinya.
Namun bukan nya benar-benar terbangun. Arka justru terbangun dengan diliputi kabut tebal hingga Arka hampir tidak dapat melihat keadaan di sekitarnya. Meskipun demikian, Arka tidak peduli. Airmata yang menuruni wajah Arsya membuatnya tidak lagi merasa tenang. Karena itulah Arka berusaha terus berjalan menembus kabut tebal. Meski dirinya tidak tau kemana kakinya melangkah.
Arka sudah berjalan selama beberapa saat. Tapi kabut tebal itu tidak juga menipis. Selain itu tidak ada suara Arsya yang dapat memandunya untuk melewati kabut itu. Sehingga Arka pun semakin khawatir dengan keadaan Arsya.
Apa yang terjadi pada Arsya? Kenapa suaranya tidak lagi terdengar?
Rasa frustasi Arka sedikit berkurang saat kabut pekat itu perlahan merenggang menjauhinya. Seperti selimut yang sedikit demi sedikit ditarik, kabut itu kini tidak lagi melingkupi Arka. Hingga menambah jarak pandangan Arka.
Kabut itu masih mengelilingi Arka. Tapi kini Arka bisa memandang ke sekitarnya dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah ruangan bernuansa putih. Dinding, lantai dan atapnya semua nya berwarna putih. Sementara di tengah ruangan ada lima cermin tinggi yang disusun melingkar.
Dengan harapan bahwa kelima cermin itu dapat membantunya untuk benar-benar terbangun. Arka melangkah ke tengah lingkaran cermin itu. Dan begitu berada di tepat di tengahnya, kening Arka pun berkerut.
Memang Arka dapat melihat bayangan dirinya di dalam lima cermin itu. Tapi kelima cermin itu menampakan bayangan dirinya dalam kondisi yang berbeda. Pakaian yang berbeda. Gaya yang berbeda. Juga keadaan yang berbeda.
Persona nya.
Itulah pemikiran yang melintas di kepala Arka setelah mengamati satu-persatu bayangan nya di dalam cermin itu.
Satu bayangan nya yang menggunkan kacamata, jeans dan hodie. Reza. Sosok diri Arka tanpa stubble dalam balutan kaos dan kemeja flannel di cermin lainnya. Rana. Gaya hipster yang jauh dari kesan formal dan sangat natural dengan kupluk beanie itu tidak salah lagi adalah Ray. Sementara yang bergaya smart casual dengan kemeja dan sweater itu dalah Tristan.
Satu bayangan dalam cermin terakhir yang terlihat begitu trendi dengan turtle neck shirt dan blazer seakan sedang melakukan pemortretan untuk majalah fashion itu, Arka yakin dia adalah Zevan. Persona nya yang terkuat di antara yang lain itu saat ini perlahan mengangkat mata nya yang tertutup. Hingga akhirnya mata biru mereka saling menatap satu sama lain.
Meski rasanya seperti sedang bercermin. Tapi Arka tau itu bukanlah bayangannya yang sesungguhnya. Karena Arka sendiri saat ini sedang dalam balutan pakaian yang kata Arsya adalah 'seragam' pangerannya. Pakian formal dengan jas dan dasi yang memang hampir setiap hari di pakai Arka.
![](https://img.wattpad.com/cover/245459335-288-k550998.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...