"Kamu ingat saat kita berdansa kemarin, Arsya?" Suara berat Arka kembali bermain di telinga Arsya.
Arsya harus memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam untuk menghalau efek Arka pada tubuh dan pikirannya. Hal terakhir terbukti adalah sebuah kesalahan. Seharusnya Arsya tidak menarik nafas dalam-dalam, karena wangi tubuh Arka justru memenuhi hidungnya. Wangi yang selama hampir dua hari ini menjadi wangi adiktif bagi Arsya. Terlebih saat mereka berada di atas satu pelana seperti sekarang ini.
"Apa hubungan nya dansa waktu itu dengan berkuda?" Arsya akhirnya tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Rasa kesal pada diri sendiri. Pada reaksi tubuh dan pikirannya pada Arka yang semakin tidak terkendali akhir-akhir ini.
Tentu saja jawaban yang dipenuhi rasa kesal itu justru membuat Arka tertawa. "Kamu marah?"
"Tidak." Jawaban cepat Arsya itu benar-benar menunjukkan hal yang sebaliknya. "Katamu kuda dapat merasakan emosi penunggang nya. Aku yakin Raad akan tau kalau aku marah."
Raad pun mendengus saat itu juga. Iya. Kuda hitam itu seakan ikut menertawakan Arsya bersama dengan pemiliknya.
"Kamu kesal karena aku terus membuatmu berdebar." Bisik Arka di telinga Arsya. "Kamu ingin aku turun sekarang?"
Benar. Itulah yang membuat Arsya kesal. Dengan tangan Arka yang bertengger di pinggang Arsya selama pria itu mengajari nya berkuda, karena Arka telah membiarkan Arsya memegang tali kekang Raad. Tentu saja jantung Arsya berdebar seperti sedang berlari marathon. Tapi Arsya tidak akan mengakui hal itu pada Arka. Tidak. Itu hanya akan membuat Arka tidak berhenti menggodanya.
"Kalau memang kamu bisa mengajarkanku berkuda tanpa harus berada di belakangku. Itu akan lebih baik."
"Jantungmu berdebar kencang."
Wajah Arka yang masih ada di dekat telinga nya benar-benar tidak menolong. Kulit Arsya yang akhir-akhir ini begitu sensitive akan segala hal tentang Arka, dapat merasakan hembusan nafasnya menembus kerudung yang menutupi kepala Arsya. Getaran elektrik yang membuat bulu kuduk Arsya meremang menuruni tulang punggungnya hingga jantung Arsya pun berpacu semakin kencang.
"Aku akan turun." Ujar Arka. Dengan berbisik tentunya. "Tapi dengar dulu penjelasanku. Berkuda memiliki konsep yang hampir sama dengan berdansa. Kamu dan kuda mu adalah partner. Seperti hal nya berdansa. kamu dan kudamu harus bergerak bersamaan dalam satu set. Satu memimpin, lainnya mengikuti. Kamu jadi dominant. Sementara Raad akan jadi submasive. Bisakah kamu menjadi dominant?"
Arsya tidak tau darimana keberaniannya untuk menggoda Arka muncul. Tapi setelah mendengar pertanyaan Arka. Arsya tidak dapat menahan diri untuk membalas Arka.
"Kamu bisa membuktikan dan menilai sendiri sisi dominant ku, Pangeran Arka."
Tawa kecil Arka pun berderai saat pria itu turun dari punggung Raad. Tentu saja keberanian Arsya itu justru membuat suaminya itu senang. "Aku benar-benar tidak sabar untuk melihat dan membuktikan sisi dominant mu itu, Arsya."
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah dua sore, berlatih di pantai belakang Coral Mansion. Arsya akhirnya bisa menunggangi Raad dengan baik tanpa berbagi pelana dengan Arka. Saat ini adalah ujian terakhir untuk Arsya sebelum Arka benar-benar membolehkan Arsya naik kuda sendiri untuk perjalanan kembali ke Istana besok pagi.
Begitulah. Sejak kembali tinggal di Coral Mansion dua hari yang lalu. Arka dan Arsya melakukan perjalan pulang pergi ke Istana dengan menunggang Raad. Seperti hal nya pekerja yang pulang pergi kantor. Emerald Palace kini terasa seperti tempat kerja bagi Arsya. Karena mereka akan berangkat pagi ke Istana dan pulang setelah jam kunjung ke Istana selesai. Disana Arka akan bekerja bersama sang Raja. Sementara Arsya menghabiskan waktu dengan Serina, kalau dirinya tidak sedang membantu sang Ratu atau menerima tamu bersama beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
Storie d'amoreSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...
