Arka terbangun setelah menembus kabut tebal dalam pikirannya. Bahkan sebelum bangun pun Arka tau bahwa kemungkinan besar salah satu persona nya sudah mengambil alih tubuhnya. Kabut putih tebal itu hanya melingkupinya saat salah satu persona nya muncul. Jadi Arka sudah tidak lagi kaget saat mendapati hari sudah berganti dua kali sejak dirinya tidur.
Namun kali ini ada yang sedikit berbeda. Entah persona mana yang muncul, kali ini Arka mendapatkan kilasan ingatan dari persona itu. Hanya sekilas, hanya berupa aroma kopi dan mata hijau indah yang muncul di benak Arka saat dirinya mulai menembus kabut putih itu. Tapi itu adalah kali pertama Arka merasakan nya. Karena selama dua puluh tahun ini, tidak pernah sekalipun Arka berhasil mengingat apapun saat persona nya mengambil alih tubuhnya. Tidak peduli seberapa keras Arka mencoba.
Aroma kopi yang begitu harum itu membuat Arka ingin mencicipi kopi yang mungkin sudah dirasakan persona nya. Karena itulah Arka segera beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap untuk jogging paginya. Siapa tau Arka bisa mencari dan mendapatkan lagi kopi itu dalam perjalanan jogging nya. Karena Arka tau kalau persona nya tidak akan berpergian jauh dari Coral Mansion. Jadi pasti coffee shop yang menyediakan kopi itu ada di sekitar sini. Lalu mata hijau indah itu. Entah mengapa Arka benar-benar ingin melihat sendiri mata hijau itu memandangnya dengan penuh kehangatan. Siapa pun pemilik mata hijau itu.
"Syukurlah bukan bocah itu yang muncul." Arka menghembuskan nafas lega setelah memeriksa wajahnya di cermin kamar mandi. Stubble tipisnya masih ada. Jadi pasti bukan Rana yang muncul kemarin. Karena persona Arka yang satu itu pasti sudah mencukur habis stubble nya.
Saat mencoba menebak-nebak siapa yang muncul sambil menuruni tangga. Arka mencium aroma kopi yang sama persis dengan yang ada dalam ingatan nya. Satu alis tebal Arka terangkat penuh keheranan. Jadi salah satu persona nya mendapatkan kopi itu di Coral Mansion? Siapa yang bisa membuat kopi seharum ini? Ini jelas beda dengan aroma kopi buatan Calinda ataupun Galen. Selain itu, saat ini masih terlalu pagi bagi mereka untuk bersiap. Ini masih jam 5.00 pagi. Sementara Galen dan Calinda biasanya baru bersiap jam 6. Serta sarapan akan disajikan jam 8.
Untuk menjawab rasa penasarannya, Arka pun mengikuti harumnya aroma kopi itu dan berakhir di dapur. Kening Arka berkerut saat melihat gadis dalam balutan hoodie Army dan rok lipit sedang bersenandung di dapurnya. Tudung Army nya dipakai menutupi hampir seluruh kepalanya. Selain itu gadis berhoodie itu sedang memunggungi Arka. Jadi Arka tidak bisa memastikan siapa gadis yang ada di dapurnya itu.
Meskipun kalau dilihat dari sosok mungilnya, Arka bisa menebak siapa gadis itu. Terlebih senandung yang jauh dari kata merdu, yang sama persis dengan yang Arka dengar dua malam lalu. Kecuali, pagi ini gadis itu tidak menggenakan headphone, tapi membiarkan speaker ponselnya menyala dalam volume rendah.
Arka berjalan mendekati gadis itu. Karena memang memiliki kemampuan bergerak sesunyi mungkin, tidak heran kalau gadis di dapurnya itu tidak menyadari kehadirannya. Itu yang dipikirkan Arka, sebelum gadis itu berbalik padanya tanpa rasa kaget. Bukannya terkejut gadis itu justru memasang senyum hangat di wajahnya. Serta menatap Arka dengan mata hijau dibalik kacamata bundarnya.
Iya. Mata hijau itu adalah mata yang sama dengan yang muncul dalam ingatan Arka pagi ini. Mata hijau yang indah yang mengingatkan Arka pada keindahan hutan Forsythia. Mata hijau zamrud yang khas keluarga Shahenda kata ibunya. Apapun itu, mata indah itu mampu membuat Arka terpukau dan tertegun. Sehingga dirinya hanya bisa berdiam diri di tempat sambil memandanginya. Bahkan tanpa sadar satu tangan Arka sudah terangkat ingin menangkup wajah manis gadis itu. Ingin mendekatkan wajah manis itu padanya agar Arka bisa menikmati setiap detail keindahan mata hijaunya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Ini." Arsya mengulurkan cangkir berisi kopi pada Arka, sambil mengulangi perkataan yang diucapkan pada Reza kemarin. "Ini adalah tanda permintaan maaf ku."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHARTREUSE
RomanceSebuah kerajaan dengan segala intriknya. Sang pewaris tahta dengan segala misteri dan rahasianya. Sebuah tempat tersembunyi dengan keindahannya. Keberadaan ketiganya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Namun takdir membawa seorang gadis biasa...