Tujuh

735 124 10
                                    

"Terima kasih sudah menunggu, Arsya." Ucap Galen sambil menarik papan bening ke hadapan Arsya, begitu pria tua itu menyelesaikan panggilan telfonnya. Sepanjang Galen berbicara lewat telepon, pria tua itu tetap tinggal perpustakaan pribadi itu sambil sesekali memandang Arsya dengan kening berkerut. Hal yang semakin membuat Arsya penasaran. Tapi sayangnya dengan jarak diantara mereka, Arsya hanya bisa mendengar gumaman Galen.

"Jadi kamu mau menjelaskan apa yang baru saja terjadi padaku?" Arsya kembali bertanya sambil mengamati berbagai foto Arka yang sedang ditempelkan Galen di papan bening itu. Foto Arka dengan berbagi style kalau boleh Arsya tambahkan. Kalau saja Arsya tidak tau siapa Arka sebenarnya, Arsya pasti berpikir bahwa Arka adalah foto model begitu melihat foto-foto itu.

"Tentu, Arsya. Maaf membuatmu menunggu." Galen menundukkan kepalanya setelah menempelkan foto terakhir Arka. Kemudian Galen pun beranjak menuju sofa bundar di samping Arsya. "Aku harus mendapatkan izin Raja Audric untuk membagikan rahasia Pangeran Arka yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Dan Raja Audric justru memberiku perintah untuk menjelaskan semuanya padamu. Serta menjawab semua pertanyaanmu."

"Tunggu." Arsya mengangkat tangannya.

Rahasia yang hanya diketahui orang-orang tertentu. Rahasia Arka. Rahasia seorang Pangeran Kerajaan Chartreuse. Siapkah Arsya untuk mengetahuinya? Entah mengapa rahasia itu terdengar begitu besar dan menakutkan. Dan Arsya yakin rahasia itu akan membawa konsekuensi tersendiri bagi orang-orang yang mengetahuinya. Siapkah Arsya?

"Kenapa Arsya?" Kening Galen berkerut semakin dalam melihat keraguan Arsya.

Namun pada akhirnya Arsya menggeleng. Tidak. Arsya adalah tipe yang tidak bisa menahan rasa penasaran. Meskipun Arsya sering mendengar istilah Curiosity killing the cat. Dan pernah beberapa kali mengalami kejadian buruk karena rasa penasarannya. Tapi jiwa Arsya adalah jiwa kucing. Jadi lebih baik mengobati rasa penasarannya daripada mati penasaran.

"Tidak. Silahkan mulai penjelasannya. Aku siap mendengar apapun." Ucap Arsya dengan tekad kuat.

Galen mengangguk dan memberikan senyum bangga pada Arsya. "Sebelum aku mulai menjelaskan, aku ingin tahu apakah kamu pernah mendengar tentang Dissociative Identity Disorder- DID? Atau yang biasa disebut Multiple Personality Disorder?"

Arsya mengangguk dengan percaya diri. "Kepribadian ganda. Orang yang memiliki dua kepribadian atau lebih. Aku pernah menonton beberapa drama Korea yang mengangkat tema itu. Dan membaca komik dengan tema yang sama."

"Bagus. Aku senang kamu tidak asing dengan istilah itu. Jadi aku tidak perlu menerangkan dari awal." Galen berkata sambil kembali beranjak ke papan bening nya. Kemudian mulai membuka tutup marker hitam nya. Pria itu mulai menggaris bawahi foto Arka dalam setelan jas biru dengan garis-garis tipis. Galen pun menuliskan nama Arka di bawah garis itu.

"Pangeran Arka pertama kali di diagnosis menderita DID saat berusia 16 tahun." Galen memulai penjelasannya. "Tepat nya tiga bulan setelah meninggalnya kakak dari Pangeran Arka, Pangeran Rivandra, Putra Mahkota terdahulu. Psikater kepercayaan istana mendiagnosis bahwa tragedy itulah pemicu nya. Tapi psikater asal Skotlandia yang membantu Pangeran Arka itu juga mengindentifikasi bahwa kemungkinan trauma kecelakaan yang dialaminya waktu kecil juga ikut berpengaruh."

Saat membaca komik dan menonton drama tentang kepribadian ganda, Arsya selalu berpikir bahwa hal itu hanya lah imajinasi belakang. Tidak benar-benar nyata. Bagaimana bisa seseorang punya banyak kepribadian di dalam tubuh nya dan tidak memiliki ingatan atas apa yang terjadi saat kepribadian lain muncul?

Namun melihat bagaimana sikap Arka yang berubah 180 derajat pagi ini. Serta bagaimana pria itu tidak mengenalinya. Arsya harus menerima bahwa itu adalah penjelasan paling masuk akal atas semua keanehan pagi ini. Multiple Personality Disoreder.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang