Empat Puluh Tiga

541 99 0
                                    

"Serina akan sarapan di kamarnya. Dia bilang akan mendengar penjelasan dari ibunya dulu, baru menemui kalian." Informasi itu disampaikan Lady Eldora saat Galen menarik kursi di samping Ratu Athreya duduk. Lady Eldora memberikan seulas senyum pada Arsya begitu nenek Arka itu duduk di hadapannya. "Terima kasih Arsya sudah menemani anak itu."

Arsya menangguk dan membalas senyum Lady Eldora.

Begitulah. Setelah Arka memberikan penjelasan pada Serina tentang fakta yang selama ini ditutupi darinya. Serina menangis hingga tertidur dalam pelukan Arsya. Bahkan saat Arka mengangkat dan memindahkan tubuh Serina ke atas tempat tidur di kamarnya pun gadis itu tidak terbangun. Begitu pula saat Arsya membersihkan wajah Serina dari air mata dengan handuk basah. Keponakan Arka itu tetap tertidur seperti beruang kecil yang sedang berhibernasi.

Malam nya saat Arsya membawakan makan malam untuk Serina. Gadis itu memang telah terbangun. Tapi rasa shock jelas masih tersisa pada diri Serina, karena gadis itu hanya diam termenung menatap kearah bulan lewat jendela kamarnya. Arsya berhasil membuat Serina makan beberapa suap, sambil mendengarkan gadis itu bercerita tentang masa kecilnya. Tentang ibunya. Tentang Arka. Dan tentang kerinduan dan rasa ingin tahunya akan ayah kandungnya.

Setelah puas menceritakan tentang masa lalu nya. Serina meminta Arsya untuk tidur bersamanya malam itu. Serina berkata, kalau Arsya bisa mencegahnya menelfon ibu nya. Serina tidak ingin tanpa sengaja melukai ibunya dengan berbicara dalam keadan emosi yang tidak stabil. Karena itulah semalam Arsya tidur di kamar Serina. Sambil berusaha membuat Serina menceritakan apa yang saat ini sedang dirasakannya. Berharap hal itu mampu membuat gadis itu merasa lebih lega saat bangun keesokan harinya.

"Arka belum bangun, Galen?" Tanya Lady Eldora pada Galen. "Kenapa dia belum terlihat?"

"Saya akan meminta seseorang untuk memeriksa keadaan Pangeran Arka."

Kursi disamping Arsya memang kosong karena memang Arka belum menampakkan diri. Terakhir kali Arsya melihat Arka adalah saat mereka makan malam bersama di balkon kamar mereka. Setelah apa yang terjadi di ruang kerja Raja Audric tadi pagi, Arsya mengerti kalau Arka belum ingin bertemu dengan kedua orang tuanya.

Meski Arsya tidak bisa membaca apa yang dipikirkan Arka malam itu. Karena Arka semalam bersikap begitu tenang seakan tidak pernah ada badai yang baru saja mereka hadapi. Tapi keterlambatan Arka hadir pagi ini, membuat Arsya merasakan firasat yang tidak menyenangkan. Arka adalah tipe yang selalu bangun pagi. Jadi ketidakhadiran nya di jam ini membuat Arsya sedikit khawatir.

Mungkinkah?

"Ratu Athreya, anda mengundangku lagi ke Istana?"

Firasat Arsya terjawab dengan nada ceria dari suara Arka yang tidak biasa. Juga dari wajah tampan nya yang membuat Arsya melebarkan mata begitu memandang Arka. Bagaimana tidak? Janggut Arka pagi ini benar-benar bersih. Tidak ada satu rambut pun yang terlihat di dagu dan rahang nya. Di tambah dengan kaos putih dan celana jeans. Arka terlihat jauh lebih muda dari umur nya yang sesungguhnya.

"Rana? Kamu sudah bangun?" Ratu Athreya lah yang pertama kali berhasil mengatasi keterkejutan yang pasti menjangkiti semua orang yang ada di ruang makan.

"Iya. Aku kesiangan." Arka menyeringai tanpa dosa. "Kelihatannya kemarin aku push rank lagi sampai tengah malam."

Itu adalah konfirmasi yang dibutuhkan Arsya bahwa saat ini yang sedang menarik kursi di sampingnya bukanlah Arka.  Tubuh Arka yang diisi oleh Persona nya yang lain lebih tepatnya. Rana.

Dengan perubahan penampilan Arka yang sangat drastis ini, ingatan Arsya akan penjelasan dari Galen pun dengan mudah muncul ke permukaan. Rana adalah persona Arka yang paling muda. 18 tahun kalau berdasarkan informasi dari Galen. Sedang mengikuti online course di Universitas tempat Psikiater yang menangani kondisi Arka, mengajar. Persona yang paling dekat dengan Ratu Athreya.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang