Sembilan

701 125 2
                                    

Kacamata yang dipakai Arsya melorot ke ujung hidungnya secara harfiah. Hidung Arsya memang tidak se mancung hidung Anne Hathway, tapi kacamata Arsya jarang sekali melorot ke ujung hidung seperti ini. Tepat setelah Ratu Athreya memberitahu Arsya apa pekerjaan yang ditawarkannya. Entah karena kedua alis coklat Arsya yang terangkat tinggi-tinggi karena ketidakpercayaan atas apa yang baru didengarnya. Atau mungkin karena keterkejutan dan rasa shock nya. Kacamata bundar Arsya pun merosot ke ujung hidungnya.

Entahlah, yang jelas Arsya harus menaikkan kembali kacamata nya. Serta berusaha keras untuk menenangkan diri dari rasa shock, sebelum berdehem untuk kembali bersuara. "Istri dari Putra Mahkota Kerajaan Chartreuse? Istri Pangeran Arka?"

Ratu Athreya mengangguk. Tapi sebelum Arsya mengeluarkan satu kata lagi. Sang Ratu mengangkat tangan sebagai tanda untuk Arsya menahan apapun yang ingin disampaikannya. "Sebelum kamu menjawab. Aku akan menceritakan kenapa kamu bisa terseret dalam kesalahpahaman kemarin. Dan kenapa aku menwarkan pekerjaan ini padamu. Aku ingin kamu mendengarkan dulu, sebelum memutuskan apapun terkait tentang tawaran ini."

Arsya mengangguk. Ratu Athreya pun memulai ceritanya dengan senyum hangat sebelum wajahnya berubah menjadi serius. Ratu Athreya menceritakan tentang tekanan dari parlemen yang dihadapi Raja Audric. Termasuk bagaimana respon Pangeran Arka tentang tekanan itu. Tapi pada akhirnya keluarga Kerajaan memang harus menjawab permintaan dan harapan Rakyat nya. Karena hal itu adalah salah satu wujud dukungan dan kasih sayang rakyat Chartreuse pada keluarga Kerajaan.

Namun tentu saja yang menjadi masalah adalah kondisi Pangeran Arka. Multi Personal Disorder yang diderita nya membuat nya tidak mungkin untuk memperkenalkan dan menikahi sembarang wanita. Karena itulah pada awalnya Pangeran Arka berencana untuk memperkenalkan Kayla Adrien yang merupakan teman sejak kecil pangeran yang mengetahui keadaannya. 

"Tapi sayangnya Kayla tidak pernah muncul di Bandara." Ucap sang Ratu dengan nada datar. Karena memang sang Ratu sempat menceritakan bahwa Ratu Athreya dan Raja Audric tidak begitu setuju dengan ide Pageran Arka untuk mengenalkan Kayla. "Arka memang masih berkeras untuk mencari Kayla, dan sang Raja juga masih memberinya kesampatan untuk itu. Tapi aku dan Audric percaya bahwa Kayla memang tidak ingin diperkenalkan sebagai calon istri Arka. Kami tau beberapa alasan yang munngkin membuatnya mundur."

Penjelasan sang Ratu memang sangat masuk akal. Tapi Arsya masih belum mendapatkan alasan yang jelas kenapa Sang Ratu memilih Arsya dan menawarkan posisi sebagai istri Arka padanya? Karena itulah saat Sang Ratu terdiam beberapa saat, Arsya pun kembali berdehem untuk mengembalikan suaranya dan mengusir keheningan.

"Kenapa aku?" Tanya Arsya. "Bukan kah ada banyak wanita yang jauh lebih layak dan pantas untuk menjadi calon istri Pangeran Arka di Kerajaan ini?"

Ratu Athreya sudah membuka mulut untuk memberikan jawaban. Tapi seakan ada yang menahannya, Sang Ratu pun menutup kembali mulutnya dan menggeleng. Ratu Athreya mengerutkan dahi selama beberapa detik sebelum kembali menatap kedua mata Arsya. Tatapan penuh ketakjuban yang tidak biasa Arsya terima. Karena waktu kecil, Arsya justru sering mendapatkan tatapan mencemooh karena mata hijau nya itu.

"Karena kamu tidak memiliki kepentingan tersembunyi apapun yang dapat mengancam keluarga Kerajaan kami." Ratu Athreya akhirnya menjawab dengan ketenangan yang penuh charisma. Benar-benar terasa aura seorang Ratu dari Ratu Athreya saat ini. "Juga bagaimana kamu bereaksi atas D.I.D yang diderita Arka. Aku yakin kamu adalah wanita yang tepat untuk Arka. Karena kamu tidak hanya bisa memahaminya. Tapi juga dapat membantunya."

"Tapi..." Arsya benar-benar ingin menolak penawaran Ratu Athreya itu. Karena rasanya begitu absurd dan tidak nyata. Bagaimana bisa Arsya yang bahkan dua hari sebelum ini sama sekali tidak tau apapun tentang Kerajaan Chartreuse ini. Tiba-tiba diminta menjadi istri Putra Mahkota dari kerajaan Chartreuse. Hal ini bahkan terlalu tidak masuk akal untuk Arsya jadikan bahan novelnya. Meski ini benar-benar terjadi.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang