Enam Puluh Tujuh

555 93 1
                                        

Saat terbangun dalam sebuah kamar berlantai kayu di atas sebuah ranjang nyaman, Arsya ingat bahwa dirinya baru saja dibius. Arsya ingat dengan jelas saat pria itu berpura-pura salah memencet tombol basement, hingga saat pintu lift terbuka mereka sudah berada tempat parkir mobil. Pria itu berkata bahwa ingin menitipkan sesuatu untuk Arka dan meminta Arsya untuk mengikuti dirinya ke mobil.

Meskipun yakin bahwa permintaan pria itu tidak akan berakhir dengan baik. Tapi Arsya tetap mengikutinya dengan harapan pria itu memfokuskan targetnya pada Arsya. Dan meninggalkan Arka.

Tebakan dan keyakinan Arsya benar-benar terbukti. Setelah pria itu menjulurkan badannya ke dalam mobilnya, alih-allih mengeluarkan barang yang ingin diberikan pada Arka. Pria itu justru berbalik dengan sapu tangan di tangannya. Dan sebelum Arsya bisa melarikan diri, pria itu sudah menangkapnya dan membekap mulut serta hidung Arsya dengan sapu tangan hitam itu. Hingga pada akhirnya Arsya tidak memiliki pilihan lain selain bernafas melalui sapu tangan itu.

Tidak. Tidak ada bau menyengat dari sapu tangan itu. Hanya ada bau ditergen atau mungkin pelembut. Tapi setelah beberapa kali Arsya menarik nafas, Arsya pun kehilangan kesadaran.

Entah berapa lama Arsya tidak sadarkan diri. Hanya saja Arsya bersyukur dirinya terbangun tidak dalam keadaaan terikat seperti yang biasa terjadi di film-film saat pemeran utamanya diculik. Tidak. Arsya terbangun seakan dirinya baru saja tertidur pulas dalam kamar yang nyaman dengan design interior bergaya classic.

Meskipun demikian Arsya yakin bahwa tidak ada jalan untuk dirinya bisa melarikan diri dari kamar ini. Jendela kamar itu memang cukup besar dan bisa terbuka dari dalam. Tapi saat Arsya menjulurkan kepala nya ke luar jendela, Arsya mendapati dirinya berada di kamar yang berada di lantai 3 dari sebuah rumah. Jadi kenekatan untuk melompat dari jendala hanya akan membuatnya berakhir cedera dan kembali tertangkap.

Sementara saat Arsya dengan perlahan dan tanpa suara mendekati pintu. Kemudian mencoba memutar kenop pintu itu dengan perlahan. Jelas pintu itu terkunci rapat dari luar. Meskipun saat menempelkan telinga ke pintu, Arsya samar-samar dapat mendengar perdebatan yang terjadi di luar kamar itu.

Arsya memang tidak dapat mendengar jelas perkataan mereka. Tapi Arsya dapat mendeteksi suara yang sedang berbicara di luar sana. Ada empat suara. Tiga suara pria dan seorang wanita. Dua dikenali Arsya, karena suara itu adalah suara yang di dengarnya saat bersama Rana di perpusatakaan waktu itu.

Tidak heran kalau Arsya tidak bangun dalam keadaan terikat. Pria yang membawa nya kesini adalah salah satu bangsawan kerajaan Chartreuse. Jadi kemungkinan besar komplotan nya adalah orang-orang yang berkedudukan dan terhormat. Mereka memang orang-orang jahat. Tapi mereka bukanlah criminal. Martabat atau mungkin keangkuhan mereka lah yang membuat Arsya tidak diperlakukan dengan kasar.

Meskipun itu bukan berarti mereka akan segan untuk membunuh Arsya. Kalau mereka adalah komplotan yang sama dengan komplotan yang merencanakan dan melakukan pembakaran cottage di Perancis yang menewaskan Pangeran Rivandra. Maka jelas mereka tidak akan ragu untuk membuat Arsya terbunuh jika diperlukan.

Bahkan mungkin saat ini mereka sedang berdebat tenang niat menyingkirkan Arsya. Karena itulah Arsya harus memikirkan cara untuk melarikan diri dari tempat ini. Meskipun tidak tau bagaimana. Ataupun dimana dirinya berada. Tapi Arsya masih memiliki kesempatan untuk hidup jika berhasil mencari cara kabur dengan aman. Paling tidak Arsya bisa bersembunyi di suatu tempat sampai Arka menemukannya.

Arka.

Ingatan akan pria bermata biru itu membuat Arsya berdo'a dalam hati. Berdo'a agar suaminya itu mampu melewati masa kritisnya. Meskipun mungkin Arka tidak akan bisa langsung bangun dari tempat tidurnya untuk menyelamatkan Arsya saat ini juga. Tapi Arsya yakin Arka tidak akan tinggal diam saat mendapati Arsya menghilang begitu pria itu bangun.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang