Lima Puluh Lima

575 95 0
                                    

Arka berhasil menepati janjinya. Juga mencapai tujuannya. Arsya benar-benar berhasil terdistraksi oleh pemenuhan janji Arka. Sehingga tidak ada hal lain yang memenuhi pikirannya selain Arka dan apa yang mereka lakukan hampir sepanjang malam. Hingga Akhirnya Arsya terlelap dalam pelukan Arka.

Tidak ada perdebatan malam itu. Juga pagi saat Arsya terbangun karena alarm ponsel nya yang berusaha dimatikan Arka. Karena begitu Arsya membuka mata, Arka sudah berpakaian lengkap dalam setelan jas biru tua. Dan sebelum Arsya dapat membuka mulutnya untuk bertanya. Suami Arsya itu terlebih dahulu mengecup bibir Arsya.

"Aku harus segera menghadap Raja." Ujar Arka setelah mengecup bibir Arsya. "Kamu tidak perlu terburu-buru bangun. Kita akan bertemu nanti saat sarapan."

Hanya itu kalimat yang diucapkan Arka sebelum pria itu beranjak meninggalkan kamarnya. Sementara Arsya sama sekali tidak bisa protes atau bereaksi karena efek semalam dan kecupan Arka baru hilang begitu pintu tertutup di belakang Arka.

Alhasil Arsya tetap tidak tahu apa yang sedang direncanakan Arka. Rencana yang sangat mungkin membahayakan dirinya sendiri. Rencana yang ingin sekali di debat Arsya. Tapi tidak dapat dilakukan karena Arsya masih belum punya alasan kuat untuk protes dan memenangkan perdebatan. Jelas Arsya tidak akan bisa memenangkan perdebatan dengan Arka hanya bermodal rasa khawatir nya. Karena berdasarkan pengalaman, hanya pemikiran berdasarkan logika lah yang dapat membuat Arka mempertimbangkan kembali keputusan.

Setelah sepanjang pagi merasa kesal, khawatir dan penasaran. Semua rasa itu akhirnya terjawab dengan ketukan pintu dari Galen satu jam sebelum waktu sarapan. Meski pipi Arsya sempat bersemu merah karena Galen tidak datang sendiri tapi bersama Elma. Jelas gadis itu sudah mencari Arsya di kamar Arsya sendiri.

Namun rasa malu Arsya sirna seketika saat melihat koran yang diletakkan Galen di meja dekat perapian. Foto Raja Audric bersama Arka memenuhi hampir setengah bagian depan koran itu. Judul headline artikel itu cukup simple, tapi mampu menarik pikiran dan perhatian Arsya.

THE SUCCESSION.

Hanya dengan membaca judul artikel itu, otak Arsya mulai bekerja untuk menghubungkan artikel itu dengan rencana Arka. Tapi Arsya menahan diri untuk tidak menarik kesimpulan. Meski sebuah garis penghubung mulai jelas. Arsya memutuskan untuk membaca lebih seksama artikel yang tercetak dalam koran itu.

Namun tentu saja tebakan Arsya benar adanya. Artikel itu mengabarkan tentang rencana pengumuman pergantian Raja kerajaan Chartreuse. Departement PR Istana telah mengkonfirmasi bahwa dalam waktu dekat Raja Audric akan mengumumkan resmi rencana suksesi itu. Sehingga rakyat Chartreuse bisa bersiap menyambut Raja baru Kerajaan Charteruse. Pangeran Lucas Arka Aleydis.

Sekarang semuanya menjadi jelas bagi Arsya. Pembicaraan Arka dengan Juna kemarin. Ditambah informasi yang didapat Arsya pagi ini. Dua hal itu sudah cukup bagi Arsya untuk menyimpulkan apa rencana yang sedang dilakukan Arka.

Hanya satu. Menjadikan dirinya sendiri target dari siapapun yang ingin melukai Arsya.

Meski pada akhirnya Arsya tetap akan mengkonfirmasi kesimpulannya ini dengan Arka. Tapi keyakinan Arsya atas kesimpulan yang dibuatnya ini telah menyulut amarah Arsya atas keputusan Arka itu. Amarah yang bercampur dengan rasa takut akan kehilangan Arka untuk selamanya. Kedua hal itu membuat pagi Arsya berubah menjadi sangat buruk. Merusak perasaan bahagia yang dirasakannya saat membuka mata dan teringat apa yang telah Arsya bagi dengan Arka semalam.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Arka sepenuhnya sadar bahwa Arsya sedang marah padanya. Meski istri Arka itu berusaha menyembunyikan nya dari Emme, Issi, dan nenek Arka bahkan Serina. Tapi senyum yang tidak menyentuh mata hijau indahnya itu tidak bisa membohongi Arka. Terlebih selama sarapan senyum itu tidak sekalipun diarahkan pada Arka.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang