Enam Puluh

509 95 0
                                    

"Kamu terlihat tidak terlalu akrab dengan Carnell?" Tanya Arsya setelah mengembalikan botol air minum pada Ray.

Ray menerima botol minuman nya sambil mengangkat bahu. Persona Arka itu mengalihkan pandangannya ke belakang Arsya begitu mata mereka bertemu.

"Dia adalah sahabat yang selalu berisik saat aku menyukai seseorang." Ujar Ray.

Well, meskipun Ray tidak mengarahkan pernyataan itu pada Arsya. Tapi Arsya tidak sebebal itu hingga tidak bisa menyadari hal yang sangat nyata, bahwa seseorang yang dimaksud Ray adalah dirinya. Dan tentu saja hal itu membuat pipi Arsya terasa hangat.

Memang kepribadian Ray terlihat lebih pemalu daripada Arka. Tapi Ray juga jauh lebih 'blak-blakan' dari Arka. Ray tidak akan berpikir dua kali untuk menyuarakan pikiran dan pendapatnya. Jadi Arsya pun tidak bisa mencegah debaran jantungnya yang meningkat.

Bagaimanapun itu adalah suara Arka yang mengakui perasaannya. Sebagaimana Arsya merasa cemburu saat Tristan muncul dalam tubuh Arka dan menunjukkan rasa sukanya pada Kayla. Arsya juga tidak bisa menghentikan euforia yang menyeruak dalam dirinya saat menyadari bahwa salah satu persona Arka menyukainya.

"Sudah siap untuk berjalan lagi?"

Ray mengulurkan tangannya di depan Arsya. Dengan satu alis terangkat mata biru langit Arka itu menatap hangat Arsya.

Benar. Ray juga jauh lebih care dari Arka. Meski bukan berarti Arka tidak peduli pada Arsya. Tapi bagaimana Ray meminta Arsya untuk beristirahat saat Arsya merasa mulai lelah berjalan menyusuri hutan Forsythia. Walapun Arsya sama sekali tidak menyuarakan rasa lelah itu. Benar-benar terasa menyenangkan bagi Arsya. Begitu pula uluran tangan Ray yang membantunya berdiri dari batu besar yang diduduki Arsya.

"Kamu bawa yang ini." Ray memberikan tas kamera nya yang jauh lebih kecil pada Arsya. Sementara dirinya mengambil tas perlengkapan lainnya yang lebih besar dan berat yang sebelumnya dibawa Arsya.

"Tidak. Aku 'kan asistenmu jadi seharusnya..."

Arsya mencoba menghentikan Ray membawa tas perlengkapannya. Tapi Ray yang sudah menyandang tali tas itu di bahunya berjalan begitu saja di depan Arsya. Sehingga Arsya pun hanya bisa mengendikan bahu dan berjalan menyusulnya.

Saat menatap punggung Arka yang berjalan di depannya. Arsya menyadari bahwa tidak sekalipun dirinya berdebat dengan pria di depannya ini. Tidak, sejak menit pertama Arsya bertemu dengan Ray. Mereka tidak sekalipun saling adu pendapat. Apa yang dikatakan Ray dapat dengan mudah diterima Arsya. Sementara apa yang disuarakan Arsya didengar dengan Ray. Bisa dikatakan mereka benar-benar sepemikiran.

Tapi kenapa Arsya justru merindukan perdebatannya dengan Arka yang sering kali membuatnya merasa kesal dan melelahkan? Padahal ini belum sehari berlalu sejak perdebatan mereka semalam. Seharusnya Arsya bersyukur atas 'break' dari perdebatan itu.

"Inilah spot kita hari ini."

Suara berat Arka yang disuarakan Ray membuat Arsya tidak dapat menjawab pertanyaan yang bergumul di pikirannya. Dan apa yang dilihat Arsya berikutnya benar-benar mengalihkan seluruh perhatian dan pemikiran Arsya pada rasa terpesona dan takjub yang melingkupinya.

Bagaimana tidak? Begitu punggung Arka bergeser dari depannya. Kini pandangan Arsya terpapar pada pesona alam yang luar biasa. Pemandangan indah dari Sang Pencipta yang mampu mencuri nafas Arsya dan membuatnya kehilangan kata-kata.

Surga dunia.

Arsya sesungguhnya bukan pecinta hutan dan gunung. Arsya adalah pecinta pantai. Dan selalu mengaggumi keindahan birunya laut dan langit serta ombak dan pasir. Sehingga sangat jarang Arsya menganggumi keindahan hutan ataupun isinya. Tapi kini Arsya benar-benar dibuat terpesona dengan pemandangan yang ada di depannya.

Kini Arsya mengerti kenapa Arka dan juga Ray begitu menyukai Frostyshia. Sebuah kolam luas dengan air berwarna biru dan uap yang menunjukkan temperaturnya, bersanding dengan indah dengan air terjun berair jernih yang mengalir dari tebing tinggi yang jatuh seperti tirai alami yang indah. Air terjun yang mirip dengan yang Arsya lihat di airport saat pertama kali datang ke Chartreuse.

Warna biru kolam air panas alami itu. Kalau selama ini Arsya berpikir bahwa warna mata Arka adalah warna biru langit sore. Arsya salah. Warna mata Arka yang kini menatapnya dengan rasa bangga dan kepuasan itu adalah warna dalam kolam air panas alami yang indah di depannya ini.

"Saphire Lagoon. Itu nama kolam sumber air panas alami ini. Sementara air terjun itu, namanya diamond waterfall." Ray berkata tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Arsya. "Dua anomali indah yang jadi harta tersembunyi di hutan Frosythia."

Untuk sesaat Arsya berpikira bahwa Arka lah yang memberikan informasi itu. Rasa bangga yang selalu didengar dalam suara Arka setiap suami nya itu membicarakan kehebatan dan keindahan Kerajaan Chatreuse, terasa kental pada suara beratnya yang disuarakan Ray kali ini. Tapi itu tidak mungkin. Persona yang ada dalam tubuh Arka saat ini adalah Ray. Bukan Arka.

"Dan sebelum kita mulai hunting." Ray meraih tangan Arsya dan menarik nya kearah batu besar dekat bohon pinus yang tinggi menjulang. Semua pikiran yang berkelebat di kepala Arsya pun menghilang seketika.

"Disini." Ray berjongkok dan meraih batu-batu kecil yang ada di di belakang batu Besar.

Dengan kening berkerut, Arsya pun mendekat. Berusaha melihat dengan lebih jelas apa yang sedang dilakukan Ray. Pria itu sedang memindahkan tumpukan batu kecil itu dari tempatnya. Hingga tidak lama kemudian terlihat plat besi berbentuk segi empat dengan handle di satu sisinya.

"Di dalam sini." Ujar Ray sambil menarik pelat besi yang luas nya tidak lebih besar dari novel Harry Potter itu. Kemudian mengeluarkan tas transparan dari dalamnya. Kemudian kembali bangkit berdiri dan menunjukkan tas itu pada Arsya. "Ini nama nya Mountalk."

Ray mengeluarkan dua buah benda yang sekilas mirip Handy Talky tapi juga mirip handphone zaman purba. Begitulah. Karena memiliki layar kecil, benda berwarna biru muda dan hitam itu hanya memiliki empat tombol seperti di stick playstation.

"Ini seperti HT." Ujar Arsya begitu menerima alat komunikasi yang baru pertama kali ini dilihatnya.

"Sedikit mirip memang." Ray mulai menerangkan saat Arsya membolak-balik benda itu dengan rasa penasaran tingkat tinggi. "Tapi in jauh lebih canggih. Tidak hanya jangkauan nya yang jauh lebih luas. MT ini juga punya fitur penunjuk arah, tracking, monitoring, dan emergency system yang terhubung dengan sistem keamanan yang dikendali anak buah Carnell. MT ini juga jauh lebih berguna dari ponsel karena bisa diandalkan saat cuaca buruk. Ataupun saat baterai ponselmu habis. Karena baterai MT ini bisa tahan selama 2 bulan. Dan Carnell selalu memastikan MT ini tidak pernah kehabisan baterai."

Setelah menjelaskan segala kelebihan alat komunikasi itu. Ray selanjutnya menunjukkan cara kerja MountTalk itu pada Arsya. Arsya yang memang menyukai hal baru, dengan senang hati mencoba alat komunikasi itu.

"Aku memang hampir tidak pernah menggunakannya." Imbuh Ray setelah mengembalikan batu terakhir pada tempatnya. "Tapi aku yakin kamu akan membutuhkan ini. Terlebih sedari tadi kamu berjalan tanpa konsentrasi penuh pada jalan yang kita lalui. Jadi kemungkinan kamu tersesat sangat tinggi. Dan jika itu terjadi, ikutilah suara aliran air Diamond waterfall. Kamu pasti akan sampai disini." 

Well, Ray benar-benar mengatakan semua yang dipikirkannya tanpa sensor.  Dan semua yang dikatakannya benar adanya. Arsya sangat mungkin tersesat jika harus menyusuri hutan ini sendiri. Bahkan meski Arsya membawa kompas sekalipun, Arsya tidak akan bisa menentukan mana arah utara atau selatan. Jadi ya, tidak ada salahnya untuk mengingat dimana tempat penyimpanan MT itu dan cara pakainya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang