Dua Puluh Lima

635 98 2
                                        

Membaca artikel yang dibuat oleh Jilly benar-benar membuat pikiran Arsya terusik tulisan wanita itu. Bagaimana tidak? Artikel yang kemungkinan besar ditulis Jilly di usia awal 20an nya itu membahas tentang wanita yang kemungkinan mendapatkan cinta kedua pangeran. Jilly memang hanya menyebutkan insial. IC. Tapi Jilly jelas memaparkan bukti dan kesaksian orang terdekat atas keberadaan seorang wanita yang dekat dengan Pangeran Rivandra karena mereka kuliah di kampus yang sama. Jilly juga menyebutkan bahwa Pangeran Arka lah yang sebenarnya lebih dulu dengan wanita yang kini keberadaan nya menjadi misteri itu.

Sebenarnya gaya penulisan Jilly cukup menarik dan mematik keingintahuan. Tapi entah kenapa, meski Arsya sudah mencari artikel serupa di database perpustakaan nasional. Arsya tidak menemukan satupun artikel lain yang mengangkat topik itu. Bahkan Jilly sendiri tidak lagi mengangkat topik itu. Hal yang justru membuat Arsya semakin penasaran.

Namun karena Arsya tidak bisa bertanya ke Maiza dan Carnell tanpa memicu kecurigaan mereka. Apalagi menanyakan hal itu pada Arka secara langsung. Arsya pun berakhir dengan menebak-nebak siapa wanita itu dan hubungan nya dengan kedua pangeran. Sambil mencoba mencari cara untuk bisa bertemu dengan Jilly dan berbicara dengannya.

Tentu saja bertemu dan berbicara berdua dengan Jilly tanpa alasan juga bukan hal mudah. Terlebih setelah Arka memenuhi permintaan Arsya untuk tidak mengajaknya ke pesta atau jamuan makan malam lagi. Bukannnya selama dua minggu ini Arsya tidak bertemu sama sekali dengan Jilly. Dengan adanya kegiatan 'pencitraan' yang dimasukkan Departement Public Relation ke dalam jadwalnya. Arsya beberapa kali disorot media saat sedang mengunjungi panti asuhan ataupun saat mengunjungi bangsal anak penderita kanker di rumah sakit. Arsya suka berinteraksi dengan anak-anak manis yang kurang beruntung itu. Tapi Arsya tidak suka dirinya menjadi sorotan media saat melakukannya.

Dan ya. Arsya tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan Jilly karena banyaknya awak media lain disana. Arsya justru melihat dirinya dinarasikan oleh Jilly di layar televisi sebagai gadis yang ingin menarik perhatian rakyat Chartreuse. Wanita itu bahkan secara terang-terangan menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Arsya adalah upaya pencitraan agar dirinya disukai rakyat Chartreuse.

"Hari ini tidak ada jadwal apapun 'kan?"

Arsya langsung menodongkan pertanyaan itu pada Maiza yang baru memasuki dapur saat dirinya sedang membuat nasi goreng.

"Tidak ada." Jawab Maiza yang mulai menyeruput kopi buatan Arsya dari mug nya. "Tapi bisa jadi pangeran Arka akan mengajakmu ke suatu tempat. Kebetulan hari ini adalah hari tanpa agenda khusus untuk Pangeran Arka. Kamu ingin pergi ke suatu tempat?"

"Entahlah. Aku..."

Ucapan Arsya terpotong bunyi bell yang sangat jarang terdengar di Corall Mansion. Terlebih di pagi hari di hari minggu seperti ini. Tentu saja hal itu membuat Arsya dan Maiza mengerutkan kening bersamaan.

"Apa Pangeran Arka menunggu kehadiran tamu?" Arsya bertanya sambil mematikan kompor.

"Setahuku tidak." Maiza mengulurkan piring pada Arsya sambil mengangkat bahu. "Pangeran Arka sendiri bahkan belum bangun karena baru kembali ke mansion dini hari setelah meeting panjang dengan calon partner bisnis nya."

Meski penasaran, baik Arsya maupun Maiza tidak ada yang beranjak dari dapur. Karena bunyi bell itu sudah berhenti. Mereka tau Carnell ataupun bodyguard lain yang berjaga di luar mansion kemungkinan sudah menemui siapapun yang menekan bell. Jadi cepat atau lambat Arsya dan Maiza pasti akan tau siapa yang datang.

Jawaban dari siapa yang datang, terungkap saat Arsya dan Maiza sedang menyajikan nasi goreng Arsya di meja makan. Meja dimana Arka, Arsya, Carnell dan Maiza biasa sarapan bersama sebelum mereka memulai kegiatan.

CHARTREUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang