65

850 97 8
                                    

"Gue mau ketemu Bunda bentar aja Kak masa gak boleh?" Suara anak laki-laki yang duduk di taman bersama gadis yang disebut kakak olehnya terdengar penuh memohon dan jika diperhatikan itu sangat mengundang rasa iba.

Juno seharusnya sudah berada di rumah Doyoung sekitar 15 menit yang lalu. Namun, Naya justru menarik tangannya pergi ke taman itu sebab ada yang ingin dia bicarakan bersama adik angkatnya itu.

Masih ada rasa marah yang Naya rasakan kalau mengingat saat kecil dia pernah tinggal serumah dengan mantan pacar ayahnya yang dulu masih dalam keadaan mengandung. Doyoung memperlakukan Sejeong lebih istimewa daripada istrinya karena keadaan itu.

Anak yang Doyoung amat sayangi padahal bukan dari darah dagingnya ada di hadapannya sekarang.

Naya benci akan fakta bahwa Juno tidak akan pernah bisa jauh-jauh dari keluarganya.

"Lo punya keluarga sendiri yang sayang sama lo Juno, jadi plis gausah lah ganggu keluarga gue lagi." Ucapan Naya tak kalah melirih. Air mukanya benar-benar menunjukkan ekspresi muak melihat Juno.

Juno tak mengeluh apapun. Dia diam saja.

Mengapa Naya jadi sebenci ini kepadanya?

"Naya gue sayang sama lo udah seperti kakak kandung. Gue yang selalu ada sa—"

"Berhenti sebut gue kakak lo!"

Naya berteriak lalu menjambak rambutnya sendiri kuat-kuat.

Untung keadaan taman sunyi. Sehingga hanya Juno lah yang melihat wajah Naya yang tiba-tiba jadi panik seperti ini.

Juno mencoba merangkul tubuh kurus Naya untuk ia dekap.

Juno dapat memahami dengan cepat kalau sekarang Naya sedang masuk ke dalam fase depresi. Dia memeluk Naya sambil mengelus punggungnya lembut meskipun berkali-kali Naya memberontak bahkan gadis itu sudah menangis tersedu-sedu di pelukannya.

"Maafin gue, Kak. Gue gak bermaksud buat ambil keluarga lo. Maafin gue." Juno tidak berhenti merapalkan kata maaf pada Naya.

Satu-satunya hal yang paling penting dalam hidup Naya adalah keluarga. Dan dia tidak mau ada yang merusak kebahagiaannya ketika sedang berkumpul dengan keluarga tercintanya itu.

Apalagi sampai direbut oleh orang asing seperti Juno ini.

Itulah alasan Juno minta maaf pada Naya.

Dia merasa bersalah sudah hadir di tengah-tengah keluarga gadis itu.

Tapi Juno juga tidak ada maksud untuk merusak kebahagiaan mereka.

Naya melerai pelukan itu. Naya duduk di bangku taman yang terbuat dari beton dengan pandangan yang menatap ujung kakinya.

"Bunda hamil lagi," katanya.

Mata Juno membesar pertanda kaget.

Sorot matanya berbinar seakan menunjukkan rasa bahagia yang terdalam.

Tujuan dia untuk berkunjung awalnya memang bukanlah hal yang sia-sia. Jika Juno tidak datang mungkin dia tidak akan tahu kabar baik ini.

"Biarin gue ketemu Bunda sebentar aja. Gue cuman mau peluk Bunda, ngucapin selamat ke dia. Gue kangen banget sama Bunda, Kak." Juno meminta sekali lagi.

"Itu semua gak perlu. Keluarga gue udah gak butuh lo, Juno. Udah ada Rendra dan Ayah yang bakal jagain gue sama Bunda dan calon adik yang ada di perut Bunda sekarang. Gue gamau lo dateng cuman buat merusak semuanya," kata Naya tajam.

Juno menggeleng. Ia mengusap-usap kedua telapak tangannya yang sudah saling bersentuhan di depan Naya seperti gestur memohon.

"Kalo abis ini gue harus pergi jauh gue bakal lakuin yang penting sekarang izinin gue ketemu Bunda. Ya?" Tapi Naya malah berpura-pura tidak mendengarnya.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang