25

2.2K 187 23
                                    

Untuk hari ini sebenarnya Nara enggan kuliah, suaminya itu masih sakit sehingga ia tidak bisa keluar rumah.

Tapi kenyataannya, alih-alih Nara yang sebisa mungkin memberikan waktu penuh untuk merawat Doyoung, tetapi pria itu justru sudah pergi ke kantor saat Nara masih terlelap. Pagi-pagi buta. Tidak biasanya.

Di meja makan Nara menemukan roti bakar dan segelas susu yang ia yakini buatan Doyoung yang diberikan khusus untuknya. Maka, Nara dengan senang hati memakan sarapan buatan suaminya tersayang itu.

Saat sampai di kampus Nara sudah bertemu dengan Yeri, ia pasrah saja lengannya ditarik Yeri menyambangi stand bazar satu ke yang lainnya. Tepatnya hari ini jatuh hari lahir universitasnya. Tidak ada perkuliahan, tetapi semua mahasiswa tetap wajib datang untuk mendukung nama fakultas masing-masing yang mengadakan pameran sesuai ciri khas fakultas masing-masing.

"Stand fakultas kita di mana sih anjir kok gak nemu-nemu deh?"

"Cari pake mata Yeri lo daritadi nyerocos mulu ah."

Nara memutar bola matanya kesal. Sahabatnya itu terlalu banyak mengoceh.

Matanya mengedar dengan teliti mencari bazar fakultas management.

"Iya maaf, Na. Eh beli itu dulu yuk." Yeri menunjuk stand jajanan yakni chicken stick yang lumayan ramai dikerumuni orang. Pasti rasanya sangat enak.

Nara mengangguk setuju dengan penawarannya. Sementara Yeri sibuk memesan di sana, Nara memainkan ponselnya karena ingin mengetahui kabar sang suami.

"Nanti suami lo jemput?" Pertanyaan Yeri yang diajukan untuk Nara berhasil menarik atensi orang-orang.

Tahu sendiri Yeri memiliki suara yang lumayan nyaring saat bicara jadi wajar jika sekarang semua orang di situ jadi menoleh memandangi Nara dengan sorot sinis. Sudah pasti mereka terkejut ketika mendengar kata suami disebut mengingat keadaan mereka yang saat ini masih berada di lingkungan kampus. Sebenarnya menikah sambil kuliah sah-sah saja dilakukan.

Dari badan akademiknya sendiri pun tak ada larangan atas hal tersebut. Namun mengingat mahasiswa jarang sekali melakukan hal tersebut secara bersamaan sudah pasti terdengar asing bagi mereka. Bisa saja hal tersebut jadi mengundang perspektif buruk, bukan?

Seakan mengerti Nara tak nyaman dengan posisinya sekarang, Yeri langsung pasang badan melindunginya. Dia sadar bahwa ini semua kesalahannya jadi mesti ia pertanggungjawabkan.

"Kenapa lo pada ngeliatin kita? Gue punya hutang ya?"

Mahasiswi yang di sana langsung segera membuang muka penuh angkuh.

"Udah nikah pas masih kuliah gini pasti temennya dia cewek gak bener deh."

"Heh lo kalo ngomongin temen gue sini langsung di depannya dong! Cemen banget, Bocah!"

Karena tak ingin ada keributan, Nara langsung menarik Yeri agar segera pergi dari tempat itu. Tidak penting untuk meladeni manusia julid seperti mereka.

"Lo apaan sih, Nar!" Yeri menghempaskan lengan Nara yang mencekalnya lumayan kasar.

Jelas sekali mahasiswi management itu sudah terbakar api emosinya saat ini. Tahu sendiri kalau Yeri ini orangnya lumayan bawel dan paling tidak suka diusik hidupnya sedikit saja.

"Ya lo yang apa-apaan, Yeri! Maksud lo apa coba nyebut suami-suami gitu di depan umum kayak tadi? Mau bikin gue malu?" tanya Nara ketus.

Yeri menggeleng. "Bukan gitu maksud gue, Na. Gue keceplosan tadi, ya sori."

Hanya dengusan kasar Nara berikan. Tak ingin terlalu banyak bicara hanya karena kesalahpahaman itu.

Nara ini orangnya sangat pemaaf sekali.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang