52

1.1K 142 9
                                    

Mengurus dua anak sekaligus yang bisa dikatakan jarak lahirnya berdekatan bukanlah hal yang mudah untuk Nara. Namun, dia bersyukur tidak melewatkan satu kesempatan pun untuk melihat perkembangan anak-anaknya itu. Ia sangat menikmati perannya sebagai istri dan ibu di umur mudanya ini.

Jika garis takdirnya memang tercipta menjadi pasangan hidup seorang Kim Doyoung, sama sekali tidak ada niat dari Nara untuk menolaknya. Karena setelah menikah dengan pria itu Nara benar-benar diperlakukan seperti ratu di rumah. Doyoung tidak pernah memaksa Nara melakukan hal yang tidak dia sukai, begitu juga sebaliknya.

Seperti misalnya, jika ditanya sekarang kesibukan Nara hanya sebagai ibu rumah tangga saja atau tidak, jawabannya tidak. Nara tetap mendapatkan izin dari suaminya untuk lanjut berkuliah. Tentang anak-anaknya kalau dia sedang berkuliah Nara titipkan pada ibunya maupun ibu mertuanya secara bergantian, bahkan terkadang sang suami juga rela libur kerja agar bisa menghabiskan waktu dengan sepasang anaknya itu.

Lima tahun berlalu, setelah lulus sarjana strata satu dan dua Nara memutuskan untuk fokus mengurus anak-anaknya dan juga menggeluti bisnis kuliner yang dia rintis bersama dua sahabatnya. Yeri dan Yuqi. Tidak ada lagi rumor buruk yang menghampiri pernikahannya. Nara sudah dapat percaya sepenuhnya kalau Doyoung telah menjadi suami yang setia dan penyayang keluarga.

Pagi ini kediaman keluarga Kim Doyoung pasti selalu berisik. Biasanya yang paling bawel dan cerewet ialah Naya, segala rengekan yang ia pinta harus segera terwujud. Berbeda dengan Juno yang lebih pendiam, tetapi terkadang dia juga bisa tidak kalah manja dari kakaknya. Tak jarang dua anak itu dikira orang-orang di luar sana adalah anak kembar tak identik. Benar-benar menggemaskan.

"Nanti Juno ikut aku ke sekolah lagi?"

Walaupun sekarang kesibukannya lumayan banyak, tetapi Nara sama sekali tidak pernah terlupakan untuk mengurus anak-anaknya terlebih dahulu sebelum mereka berangkat ke sekolah. Sekarang, Nara terlihat sedang mengucir rambut Naya dengan tatanan beraneka bentuk sama seperti pagi hari lainnya. Kalau pagi ini putri kecil Doyoung itu meminta untuk dikucir dua rambutnya. Anak perempuan Doyoung itu sudah masuk usia enam tahun, sudah duduk di bangku sekolah dasar.

"Nggak dong, Sayang. Kan udah semalem ke sekolah kakaknya. Hari ini Juno ikut sama Bunda ke kafe. Paham kan?"

Naya mengangguk dengan cepat. Sadar rambutnya sudah selesai ditata dia langsung merubah posisi duduknya jadi menghadap ibunya itu.

"Yahhh padahal aku maunya Juno ikut sekolah. Seru tau kalo dia sekolah bareng aku, akunya jadi ada temen."

Bocah perempuan itu mulai bercerita yang membuat ibunya penasaran.

"Emang temen Naya di sekolah nggak banyak?"

Naya menggeleng. "Kan temen aku Juno."

"Iya bener, tapi itu kan kalo di rumah. Kalo di sekolah Naya boleh kok temenan sama siapa aja. Kan Juno gak setiap hari bisa ikut sekolah sama Kakak," jelas Nara. Kalau di rumah bukannya dia tidak mengizinkan anak-anaknya untuk ikut bermain dengan anak tetangga dengan bebas, tetapi dia hanya tidak ingin anak-anaknya itu kenapa-napa selama tidak berada dalam jangkauannya.

Namun, Naya hanya menganggap jika dia cuma memiliki satu teman di dunia ini. Adiknya sendiri.

"Gak mau," balas Naya.

Nara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian tersenyum sembari mengelus pipi putrinya karena gemas.

"Anak Bunda udah cantik ayo sekarang temuin Ayah," ajak Nara.

"Ayah di mana?" tanya Naya.

"Lagi sarapan bareng Junolah. Kamu sih tidurnya ngebo terus." Sebelum keluar dari kamar Nara kembali mengecek penampilan anaknya itu sebelum berangkat ke sekolah. Menyemprotkan parfum ke seragamnya dan merapikan kembali tatanan rambut Naya. Walaupun sudah bersekolah Naya ini masih belum bisa tidur sendiri, dia masih mau tidur dengan orang tuanya.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang