Saat Nara baru saja pulang kuliah sampai di unit apartemennya ia cukup kaget menemukan sang suami yang sudah tidur pulas.
Cepat-cepat Nara melepas tas dan berjalan mendekati tempat tidur.
"Kak kamu kok udah pulang gawe sih jam segini?" Masih pukul satu siang maksud ucapannya. Lantas Nara menyentuh pipi Doyoung untuk ditepuk-tepuk pelan, mungkin pria itu akan terusik. Nyatanya, malah tidak. Doyoung tetap memejamkan matanya. Bahkan Nara sudah terhenyak sampai matanya melotot besar sebab ia terkejut suhu tubuh suaminya yang panas tinggi. "Kamu sakit yah?"
"Sayang... bangun hei." Lembut sekali Nara berbicara.
Ia terus mencari cara untuk membangunkan Doyoung.
Pun usahanya membuahkan hasil, Doyoung membuka matanya meskipun sepertinya masih berat. Melihat ada Nara di depannya maka Doyoung tersenyum simpul seolah ada setitik kebahagiaan ketika melihat perempuan itu.
"Udah pulang kamu sayang, pulang sama siapa?"
tanyanya."Lupa yah? Aku kan bawa mobil tadi pagi." Nara menjawab.
Oiya, Nara membawa mobil pemberian ayahnya untuk ia pakai sehari-hari. Ia tak ingin merepotkan Doyoung sampai harus membelikannya mobil yang baru sebagai hadiah pernikahan, sementara saat ini pria itu sedang mati-matian menabung untuk membeli rumah masa depan mereka.
Doyoung cuma tersenyum getir di depan Nara karena ia lupa sesuatu.
"Jawab dulu, kenapa kok udah pulang kerja ini?"
"Gak enak badan aja sayang tiba-tiba makanya pulang. Eh aku ada beli makanan buat kamu, makan gih," pinta Doyoung.
Kelihatannya Doyoung memang demam.
Nara jadi sedih. Ia mengusap rambut pria itu penuh sayang.
"Pasti kamu kecapean Kak. Kan udah dibilang kerja gausah yang sampe forsir waktu sama tenaga kamu habis-habisan. Istirahat juga perlu lho."
"Iya sayang maaf yah. Aku mau bobo aja gapapa kan?"
Nara mengangguk mengiyakan. Ia membantu menarik selimut tidur mereka agar semakin dalam membungkus tubuh suaminya itu.
"Aku ganti baju dulu trus makan, nanti kamu aku suapin mau yah. Kita ada obat penurun demam gak sih?" Perempuan itu bicara tapi sambil sudah sibuk sendiri menelusuri seisi apartemennya untuk mencari persediaan obat dan vitamin.
Karena kepala yang sangat pusing maka Doyoung memilih tak menjawab ucapan Nara, ia kembali memejamkan matanya.
Nara itu sayang banget sama Doyoung yang sekarang sudah berstatus sebagai suaminya. Sebisa mungkin setiap hari ia selalu merubah diri menjadi versi terbaik lagi dari dirinya yakni lebih detail memperhatikan pria itu. Ia dengan telaten merawat Doyoung sampai benar-benar sembuh.
"Kalo besok masih panas badannya kita ke rumah sakit." Perempuan itu meletakkan piring berisi bubur ayam yang tadi sempat ia buatkan. Bubur ayam itu sudah habis dimakan Doyoung yang awalnya terus menolak untuk makan karena mulutnya terasa pahit katanya. Tapi kalau Nara tak memaksa untuk makan kapan Doyoung bisa sembuh, kan cowok itu harus minum obat juga. Masa bodoh, kali ini Nara harus bawel. Ia tak mau suaminya sakit berlarut-larut.
"Gausah kerja deh besok. Ya?" pinta Nara.
"Kerjaan di kantor lagi sibuk-sibuknya Nar, aku gabisa ninggalin gitu aja." Keningnya mengerut seperti menahan sakit. Doyoung mencoba menyandarkan punggung di kepala tempat tidur. Ia yang terkulai lemas seperti ini benar-benar membuat Nara merasa kasihan.
"Kamu kan punya sekretaris. Siapa sih namanya? Jungwoo yah kalo gak salah?" terka Nara.
Doyoung mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Prince✔ [END]
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] Dia memang ketus dan galak, namun bukankah sifatnya yang susah ditaklukkan justru membuatmu makin penasaran? Doyoung fanfiction 2020 Cover: @cindy_muffin