Bonus chapter 3

1.2K 85 15
                                    

Tiga tahun kemudian...

Apa yang terjadi?

Keluarga Kim tampaknya semakin bahagia dari hari ke hari. Anak-anak tumbuh baik dan sehat. Rumah selalu menjadi tempat pertama yang ingin mereka kunjungi untuk pulang. Tak ada yang membuat keluarga kecil itu merasa sedih ataupun marah lagi.

Jika pun ada pertengkaran, itu pun hanya karena hal sepele sehingga tak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.

Namun, hari ini agaknya akan menjadi hari yang paling membuat hati Doyoung patah.

Sejak semalam tangisnya keluar tak dapat dibendung.

Tugasnya menjadi ayah untuk Naya tidak akan pernah berakhir, hanya saja hari ini ia harus rela melepaskan putri satu-satunya itu jatuh ke pelukan pria lain selain dirinya yang telah menjadi cinta pertama anak itu.

Pernikahan Naya dan Sungchan benar-benar terjadi. Hari ini. Kendala yang paling membekas dalam ingatan ialah bagaimana dua sejoli itu cukup susah mendapatkan restu dari ayah tercinta, Doyoung. Tapi karena Naya dan Sungchan berhasil sukses menjadi dokter, tak ada lagi alasan Doyoung untuk menghalangi keduanya.

Syarat dari pria itu untuk bisa menikahi putrinya, harus tamat kuliah dulu.

"Ayah ih udah jangan nangis lagi dong! Aku pengen ketawa mulu dari tadi tapi susah ini akunya lagi di make up! Udah ih, Ayah!!"

Doyoung masih meneteskan air mata tiap kali melihat Naya. Seperti saat ini, ayah dari tiga orang anak itu tak melepaskan sedetik pun tangan anak perempuannya yang sedang sibuk dirias.

Acara akad nikah akan dilaksanakan dua jam lagi. Orang-orang cukup sibuk di gedung itu.

"Nanti kalau Kakak udah nikah pasti Kakak lupain Ayah ya?" Dan setelah bicara itu Doyoung kembali banjir air mata.

"Nggak ya ampun." Naya mengusap punggung pria itu.

Si perias pengantin memperhatikan komunikasi ayah dan itu rasa-rasanya ingin menyemburkan tawanya dengan keras. Namun lebih baik menahannya karena takut tak mendapat upah dari hasil kerjanya ini hanya karena kesalahan konyol itu.

"Masih nangis Ayah kamu?" Nara memasuki kamar hotel yang dipakai untuk make-up itu. Ia sudah cantik dengan balutan kebaya pink, tampak masih awet muda meskipun anak-anaknya sudah beranjak dewasa.

Devan tampak anteng dituntun sang ibu.

Naya menganggukkan kepalanya melihat Nara.

"Astaga Ayah lebay banget sih." Istri Kim Doyoung itu menjewer pelan kuping sang suami yang seketika pria itu menoleh. "Malu Mas masa nangis liat anaknya mau nikah??"

"Kan aku sedih nanti ditinggal Naya. Bunda..." Nangis lagi sambil meluk istrinya. Ini Doyoung empat tahun, bukan ayah yang udah masuk kepala empat.

Nara terkekeh. Ia mengelus rambut suaminya dengan sayang.

Sejujurnya Nara juga tidak rela melepaskan Naya yang sebentar lagi menjadi milik keluarga orang lain secara utuh. Tapi ini memang sudah takdir yang digariskan bahwa hari ini adalah hari dimana anak perempuannya itu melepas masa kesendiriannya itu.

Toh, Sungchan dan keluarganya memang orang baik. Ia yakin anaknya pun pasti akan selalu baik-baik saja selama bersama mereka.

"Papah aku juga dulu gini lho Mas waktu aku nikah sama kamu, dia nangis, gak rela lepasin aku mau diambil orang. Aku tahu kamu sayang banget sama Naya tapi kan dia juga harus memikirkan masa depannya sendiri Mas. Dia butuh pasangan hidup, dan Sungchan adalah orang itu. Sungchan pasti bisa kok bahagiain Naya jadi kamu gausah khawatir. Udah ya Yah jangan nangis, oke?" Nara mengusap air mata sang suami.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang