46

1.2K 147 6
                                    

Doyoung mulai bekerja mencari nafkah untuk keluarga kecilnya seperti biasa. Semua berjalan seperti semula meskipun kenangan yang Mingyu bawa sangat membekas di otak mereka. Terkadang Nara masih trauma karena ia yang diculik oleh Mingyu.

Tepat pukul lima sore Doyoung selalu sudah berada di rumah. Karena alasan ia selalu tepat waktu pulang kerja ingin cepat-cepat bertemu dengan istri dan anak tercintanya.

Setelah mobilnya terparkir rapi di depan garasi, Doyoung mempercepat langkahnya menuju pintu utama rumah. Terlihat di tangan Doyoung sibuk menenteng sesuatu. Rencananya, Doyoung ingin mengadakan pesta kecil-kecilan untuk ulang tahun pertama putrinya malam ini. Hal Itu belum ada dibicarakan bersama istrinya. Inilah yang disebut kejutan.

"Ayah pulang!" Melihat Naya yang berada di ruang tengah sendirian hanya ditemani tumpukan mainannya, Doyoung langsung menghampiri dengan penuh antusias.

Suara yang sudah tidak asing lagi masuk ke dalam telinganya sontak membuat Nara yang sedang sibuk mempersiapkan makan malam seketika menoleh. Senyum manis itu terukir indah di wajah cantiknya ketika mengetahui sang suami sudah pulang bekerja. Nara segera mencuci tangannya guna ingin menemui Doyoung yang selalu menyapa anak mereka terlebih dahulu jika baru sampai di rumah.

"Anak Ayah ngapain ini? Main boneka ya? Kasihan banget sih main sendirian." Doyoung mengangkat tubuh Naya untuk berada di atas pangkuannya, putri kecilnya itu masih fokus menggigiti boneka candy yang ada di tangannya.

"Apaan nih?" Saat sudah duduk di samping Doyoung melihat ada bingkisan di depannya Nara langsung mengambilnya karena penasaran.

"Cuma kue ulang tahun doang buat Naya, Bun." Suaminya menjawab.

Nara mengangguk semangat ketika sudah melihat isi plastik besar itu, sangat setuju jika malam ini mereka berpesta untuk merayakan ulang tahun si sulung. Meskipun hanya bertiga saja di rumah.

"Ngangguk kenapa kamu? Eh cium dululah suaminya kangen banget ini tolong." Doyoung mendekatkan pipinya ke arah Nara karena ingin meminta sebuah ciuman di bagian pipi itu. Setiap sudah melihat anggota keluarganya itu rasa lelahnya setelah bekerja seharian langsung sirna.

Nara berdecih. "Lebay banget sih."

Tapi dia tetap mencium pipi suaminya.

"Kamu langsung pergi mandi deh Mas nanti baru main sama Naya lagi. Orang yang habis dari luar biasanya suka ditempelin setan lho," ucap Nara.

Kening Doyoung mengernyit heran. "Emang iya?"

Dan Nara  cuma ngangguk-ngangguk karena pernyataan tersebut hanya datang sekelebat di otaknya.

"Yaudah deh Ayah pergi mandi dulu ya. Anak aku udah bisa apa aja hm?" tanya Doyoung pada Nara yang terlihat bersandar di lengannya dengan manja. Walaupun tidak berada di rumah sepanjang hari, tetapi mengetahui perkembangan anaknya adalah suatu kewajiban menurut Doyoung.

"Udah mulai lancar lho Mas jalannya anak kita ini. Nggak nyangka banget aku kalo dia bisa jalan di umurnya yang masih setahun gini. Ibunya siapa coba?" Nara menyembunyikan rambutnya di belakang telinganya sengaja agak angkuh. Hal Itu membuat Doyoung yang melihat langsung menarik Nara ke dalam pelukannya.

"Kok kamu bisa gemesin kayak gini sih Nar ya Allah!" Setiap anggota tubuh Nara di bagian kepala itu sudah basah karena ciuman Doyoung yang benar-benar membabi buta mengecupnya. Pria itu sudah sangat jatuh ke pesona sang istri.

Tawa Nara pecah. "Geli tau dicium kayak gini. Kena-kena kumis kamu itu," ujar Nara.

"Mana ada ya aku kumis. Udah dicukur kok," balas Doyoung.

Dengan senyuman yang tidak luntur terpampang di wajahnya Nara bangkit dari posisinya itu. Kasihan juga Doyoung pikirnya jika terlalu lama dibiarkan menahan dua manusia yang bersandar dengannya.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang