Mari sekali-kali kita intip kehidupan Juno dan keluarganya. Tapi ini bukan hal yang sedikit membahagiakan untuk Juno. Dia malah takut pulang ke rumah. Kenapa?
Juno masih bingung harus kuliah atau enggak dengan nilai rapot segini yang dia punya. Kalau ibunya lihat mungkin Juno gak bakal lihat hari esok lagi. Sejeong memang sedikit tegas pada anak-anaknya jika menyangkut pendidikan. Tapi otak Juno terlalu sulit menerima semua pelajaran di sekolah.
Dia masih berleha-leha padahal udah kelas 12. Benar-benar turunan papahnya bangetlah.
Sangat santai.
Tapi pada akhirnya Juno harus jujur kepada kedua orang tuanya.
"Juno udah berapa kali Mamah bilang minimal kamu harus bisa dapet nilai A di pelajaran matematika, kimia, fisika, sama bahasa Inggris Nak kalo kamu mau masuk PTN! Lihat ini nilainya banyakan C! Trus juga kamu setiap hari nggak pergi sekolah ya? Kok ini banyak absen sama izin sih di keterangannya! Juno mau bikin Mamah nangis ya?"
Juno cuma berani menunduk mendengar setiap omelan ibunya.
Justru Mingyu menatap rapot dan surat kelulusan Juno sambil mengusap-usap telinganya yang panas.
Mingyu tahu kalau istrinya itu sangat perfeksionis dalam hal belajar. Dapat nilai paling terbaik bahkan harus menjadi juara adalah target Sejeong jika diberi kesempatan untuk kembali bersekolah. Itu terlalu mudah untuk Mingyu ketahui.
Itulah dari segi belajar jelas otak Sejeong lebih pintar dan cepat tanggap daripada dirinya.
Tapi Mingyu mempunyai prinsip jika ingin sukses gak muluk-muluk harus cerdas. Buktinya cowok yang cuma modal jago memotret itu bisa jadi direktur utama di sebuah perusahaan entertainment.
"Kerjaan Papah keren banget bisa ketemu banyak artis tiap hari," kata Juno yang pernah memujinya.
"Gapapa Mah yang penting kan Juno udah bisa lulus. Seharusnya kita bersyukur lho." Mingyu ikut bicara. Mereka sedang berkumpul di dapur. Tepatnya di bar mini yang ada di rumah.
Menemukan kedua orang tuanya yang sedang minum kopi dan roti bakar di sana itulah kenapa mereka bisa berkumpul di tempat itu sebagai awal ceritanya.
"Iya sih Mamah seneng Juno lulus, tapi kan dia bisa masuk universitas mana coba dengan nilai segini?" Sejeong rasanya ingin membakar kertas-kertas yang ada di depannya saat ini juga akibat terlalu marah.
"Juno minta maaf Mah janji bakal rajin belajar deh," cicit Juno.
"Mah lihat deh ini Juno jago lo di pelajaran penjaskes. Nak masuk prodi olahraga kamu teh. Mau kan?" Di saat Mingyu dan Juno saling mengumbar senyum karena saran ayah dua orang anak itu sangatlah cemerlang, justru Sejeong menggebrak meja karena dia lagi mode serius.
"Mamah gak setuju, Mamah gamau Juno mentok jadi guru olahraga doang." Wanita itu kemudian terlihat berpikir. Sejeong tahu kalau bidang olahraga memang Juno kuasai, tapi dia gak setuju aja gitu.
Sejeong memijat pelipisnya karena omongan sang suami semakin membuat kepalanya pening.
"Gatau deh ntar Mamah pikirin lagi gimana supaya kamu bisa masuk PTN meskipun nilainya pada bikin malu, seriusan deh." Ia mengusap wajahnya dan lanjut bicara. "Juno masuk kamar sekarang, sini hpnya! Trus Mamah juga bakal sita komputer kamu selain hp ini! Gak boleh ada yang ngebantah lagi."
"Mamah jangan dong!" rengek Juno.
Anak itu mencium punggung tangan ibunya berkali-kali bahkan bonus ciuman di pipi Sejeong juga ia berikan. Biasanya kalau dirayu seperti itu Sejeong bakal luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Prince✔ [END]
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] Dia memang ketus dan galak, namun bukankah sifatnya yang susah ditaklukkan justru membuatmu makin penasaran? Doyoung fanfiction 2020 Cover: @cindy_muffin